Selasa, 10 Desember 2013

Aktivitas Anti-Ucer Ekstrak Daun Takokak (Solanum Torvum) Terhadap Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) Yang Mengalami Tukak Lambung


Aktivitas Anti-Ucer Ekstrak Daun Takokak (Solanum Torvum) Terhadap Tikus Wistar
(Rattus Norvegicus) Yang Mengalami Tukak Lambung
 Tugas Akhir Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Lulus
Mata Kuliah Metodologi Penelitian


cfghcfvhj.jpg




Oleh:
Winda Dwi Kurnia               12.047



Akademi Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA)
Jl. Barito 5 Malang
November 2013


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Persaingan antar individu dan kelompok dalam berbagai bidang semakin meningkat di zaman yang modern ini. Persaingan yang umumnya banyak terjadi pada dunia kerja. Tidak peduli baik laki-laki maupun perempuan lebih mementingkan untuk bekerja dan terkadang mereka lupa untuk makan. Bahkan banyak yang seringkali mengabaikan waktu makan sehingga berpotensi untuk menimbulkan banyak penyakit.
Penyakit yang timbul akibat makan tidak teratur maupun telat makan diantaranya tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja, pusing, lemas, lesu, lunglai, maag yang bisa menyebabkan  tukak lambung dan masih banyak lainnya. Selain makan tidak teratur tukak lambung juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs), stress, merokok, dan mengkonsumsi alkohol. Pada umumnya gejala tukak lambung hampir sama dengan orang menderita maag, yaitu mual, kembung, nyeri ulu hati, perut perih melilit, sering bersendawa, rasa terbakar, rasa penuh/sebah di ulu hati atau cepat merasa kenyang dan terkadang muntah-muntah. Tukak lambung biasa terjadi pada orang dewasa yang berusia 55-65 tahun, bahkan terkadang menyerang anak-anak yang berusia antara 8-17 tahun.
Tukak lambung yang dialami seseorang tidak boleh dianggap ringan. Jika dibiarkan penyakit ini dapat menyebabkan banyak masalah dari yang ringan hingga serius seperti, tidak nafsu makan, tukak esofagus, tukak duodenum, maag akut, maag kronis, bahkan kanker lambung dan sebagainya. Upaya pencegahan dan pengobatan terhadap tukak lambung perlu dilakukan dikarenakan dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya dan merugikan bagi manusia.
Pengobatan yang seringkali dilakukan pada penderita tukak lambung adalah dengan obat-obatan sintetik seperti Rabeprazole Sodium, Dexlansoprazole, Lansoprazole, Pantoprazole Sodium, dan masih banyak lagi. Namun penggunaan obat sintetik memiliki efek samping yang membahayakan sehingga mulai ditinggalkan oleh konsumen. Efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan sintetik adalah halusinasi, depresi, menyebabkan kebingungan, konsentrasi buruk, pandangan kabur, mulut kering, dan lain sebagainya. Maka dari itu banyak konsumen obat-obatan sintetik yang beralih ke pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan alam yang memiliki efek samping relatif lebih kecil dibanding sintetik.
Pada umumnya bahan alam yang digunakan sebagai obat adalah kandungan kimia yang terdapat pada bagian tanaman. Salah satu tanaman yang berpotensi mengobati tukak lambung adalah takokak (Solanum torvum). Bagian tanaman yang digunakan untuk mengobati tukak lambung adalah daunnya. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Telesphore B, Nguelefack CB, Feumebo G, Ateufack PW, Simplice T, Albert D, Atsamo PT and Albert K menunjukkan fakta baru bahwa daun takokak mengandung steroid glikosid dan saponins, flavonoid, vitamin B kompleks, vitamin C. Seperti yang diteliti oleh Antonio JM, Geacioso J, Toma W, Lopez L, Oliveira F, Brito A, bahwa senyawa flavonoid, steroid, triterpen inilah yang dapat berpotensi sebagai anti-ulcer. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk menguji aktivitas anti-ulcer tersebut.
Pengujian aktivitas anti-ulcer ini menggunakan ekstrak dari daun takokak yang mengandung senyawa flavonoid, steroid, triterpen. Pengambilan ekstrak ini menggunakan metode ekstraksi, sebelum diekstraksi daun takokak dikeringkan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar air dan mempermudah proses ekstraksi. Metode ekstraksi yang digunakan untuk mengambil senyawa flavonoid, steroid, triterpen dari daun takokak adalah metode maserasi. Pemilihan metode maserasi karena senyawa flavonoid, steroid, triterpen sendiri yang tidak tahan terhadap pemanasan dan pelarut yang digunakan ethanol karena harganya yang relatif murah dan mudah didapat.
Ekstrak yanng didapatkan kemudian dipekatkan untuk menghilangkan pelarut dan memekatkan ekstrak dan diujikan ke hewan percobaan. Hewan yang digunakan adalah tikus wistar (Rattus Norvegicus) karena mudah diberi perlakuan dan biaya yang digunakan relatif terjangkau. Tikus wistar diadaptasikan dengan lingkungan yang baru kemudian diinduksi dengan asam salisilat atau kafein selama 2-3 hari.
Tikus wistar dibagi menjadi lima kelompok besar yang masing-masing kelompok terdapat tiga ekor tikus yaitu kontrol positif, negatif, dosis A, dosis B, dan dosis C. Sebagai kontrol positif digunakan Dexlansoprazole, kontrol negatif digunakan aquadest. Dosis A berisi ekstrak daun takokak 20%, sedangkan dosis B berisi ekstrak daun takokak 40% dan dosis C berisi ekstrak daun takokak 70%. Pemberian ekstrak daun takokak dilakukan secara oral dengan sonde oral modifikasi sebanyak 0,5 mL. Pengamatan dilakukan dengan cara pembedahan organ dalam tikus wistar.

1.2  Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh aktivitas anti-ulcer ekstrak daun takokak (Solanum torvum) pada tikus wistar (Rattus Norvegicus) yang mengalami tukak lambung?

1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh aktivitas anti-ulcer ekstrak daun takokak (Solanum torvum) pada tikus wistar (Rattus Norvegicus) yang mengalami tukak lambung.


1.3.2        Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.        Mengetahui pengaruh anti-ulcer pada tikus wistar (Rattus Norvegicus) dengan berbagai variasi dosis ekstrak daun takokak (Solanum torvum).
2.        Mengetahui pada dosis berapakah ekstrak daun takokak (Solanum torvum) mempunyai aktivitas anti-ulcer pada tikus wistar (Rattus Norvegicus) yang paling efektif.

1.4  Manfaat Penelitian
1.4.1        Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini mahasiswa dapat mengetahui manfaat penggunaan ekstrak daun takokak sebagai anti-ulcer. Selain itu, mahasiswa dapat mengembangkan ekstrak daun takokak dalam dunia farmasi seperti pembuatan sediaan obat.

1.4.2        Bagi Institusi
Dengan penelitian ini, dapat dijadikan tambahan referensi sehingga dapat bermanfaat pada penelitian berikutnya. Dan juga diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah tentang khasiat ekstrak daun takokak untuk anti-ulcer tikus wistar (Rattus Norvegicus) dengan induksi kafein, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.3        Bagi Masyarakat
1.      Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan aktivitas ekstrak daun takokak sebagai anti-ulcer serta meningkatkan nilai ekonomis dari takokak.
2.      Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar penggunaan daun takokak sebagai pilihan alternatif untuk mengobati tukak lambung.

1.5  Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian
Adapun ruang lingkup dan keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.5.1        Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian adalah meneliti penggunaan ekstrak daun takokak sebagai anti-ulcer. Parameter yang diukur adalah menghitung jumlah bintik merah pada lambung tikus wistar (Rattus Norvegicus).
1.5.2        Keterbatasan penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah alat-alat yang digunakan antara lain rotary evaporator vakum dan sonde oral modifikasi 0,5 mL yang dianggap sudah pernah dikalibrasi. Daun takokak yang didapat tidak dibatasi oleh perbedaan jenis dan tempat tumbuh.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Takokak
Takokak atau terung pipit (Solanum torvum Sw.) Adalah tumbuhan dari suku terung-terungan (Solanaceae) yang buah dan bijinya dipakai sebagai sayuran atau bumbu dan pengobatan. Takokak merupakan buah yang bentuknya mirip ranti atau leunca dalam bahasa  Sunda karena memang keduanya masih berada dalam genus yang sama, Solanum. Bedanya, buah takokak memiliki kulit yang lebih tebal dibanding kulit buah ranti/ leunca. Selain itu, daun takok jugaMemiliki daun yang besar dan kasar serta batangnya berduri. Sedangkan leunca memiliki daun yang kecil, licin, dan batangnya tidak berduri. Dari rasanya, takokak memiliki rasa yang getir sedangkan leunca pahit agak manis.
Takokak berasal dari kepulauan Antilles yang penyebarannya sampai ke negara-negara tropika termasuk Indonesia. Tanaman ini tumbuh di daerah pulau Sumatera, Jawa, dataran rendah yang ketinggiannya sekitar 1-1.600 meter di atas permukaan laut (dpl), di tempat yang tidak terlalu berair, agak ternaungi dengan sinar matahari sedang dan tumbuh secara tersebar.
takokak1.jpg
Gambar tanaman takokak
2.1.1 Taksonomi/Klasifikasi
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Bangsa                        : Solanales      
Suku                : Solanaceae
Marga              : Solanum
Jenis                : Solanum torvum Swartz
Nama umum    : Terong cepoka
Nama daerah   : Terong pipit (Mefayu), Terong cepoka (Jawa Tengah) Takokak (Sunda)
2.1.2 Morfologi
Tanaman takokak merupakan tanaman perdu yang tumbuh tegak dan tinggi tanaman sekitar 3 m. Bentuk batang bulat, berkayu, bercabang, berduri jarang dan percabangannya simpodial dengan warna putih kotor. Daun takokak tunggal, berwarna hijau, tersebar, berbentuk bulat telur, bercangap, tepi rata, ujung meruncing dan panjangnya sekitar 27-30 cm dan lebar 20-24 cm, dengan bentuk pertulangan daunnya menyirip dan ibu tulang berduri.
Habitus            : Perdu, tinggi ± 2 m.
Batang             : Bulat, berkayu, bercabang, berduri, percabangan simpodial, putih kotor.
Daun                           : Tunggal, tersebar, bulat telur, bercangap, tepi rata, ujung meruncing, pangkal runcing, panjang 27-30 cm, lebar 20-24 cm, pertulangan menyirip, ibu tulangberduri, hijau.
Bunga                          : Majemuk, bentuk bintang, bertaju, waktu kuncup berbintiK ungu, kelopak berbulu, bertaju lima, runcing, panjang ± 5 mm, hijau muda, benang sari lima, tangkai panjang ± 1mm, kepala sari panjang ± 6 mm, bentuk jarum, kuning, tangkai putik ± 1 cm, putih kepala putik hijau, putih
Buah                            : Buni, bulat, masih muda hijau setelah tua jingga.
Biji                              : Pipih, kecil, licin, kuning pucat.
Akar                            : Tunggang, kuning pucat.

2.1.3 Kandungan
Takokak mengandung berbagai bahan kimia. Kandungan kimia yang terdapat pada buah dan daun mengandung alkaloid steroid yaitu jenis solasodine 0.84%, sedangkan kandungan buah kuning mengandung  solasonine  0.1%. Kemudian, buah mentahnya pun  mengandung  chlorogenin, sisologenenone,  torvogenin, vitamin A,  neo-chlorogenine, dan  panicolugenine, serta akarnya mengandung  jurubine  (Sirait 2009). Buah takokak ini pun diketahui mengandung glukoalkaloid, solasonine, sterolin (sitosterol-D glucoside), protein, lemak, dan mineral (Yuanyuan et al. 2009).
Berikut adalah tabel kandungan kimia dalam 100 gram buah takokak.
Komposisi
Satuan
Jumlah
Air
g
89
Protein
g
2
Lemak
g
0,1
Serat
g
8
Karbohidrat
g
10
Kalsium
mg
50
Fosfor
mg
30
Ferum
mg
2
Vitamin A
I.V.
750
Vitamin B1
mg
0,08
Vitamin C
mg
80
Sumber : Sirait (2009)


2.1.4 Manfaat
Farmakologi Cina menyebutkan bahwa buah takokak memiliki rasa pahit, pedas, sejuk dan agak beracun. Takokak pun mampu melancarkan sirkulasi darah, menghilangkan rasa sakit (analgetik) dan menghilangkan batuk (antitusif) (Rahmat 2009). Takokak memiliki aktivitas pembersih superoksida yang tinggi yakni di atas 70%. Kandungan kimia yang terdapat pada takokak mampu bertindak sebagai antioksidan dan dapat melindungi jaringan tubuh dari efek negatif radikal bebas. Kemudian, takokak berfungsi sebagai anti radang karena memiliki senyawa  sterol carpesterol  dan juga sebagai alat kontrasepsi karena buah dan daunnya mengandung  solasodine  0.84%, yang merupakan bahan baku hormon seks untuk kontrasepsi (Sirait 2009).

2.2 Tukak Lambung
2.2.1 Pengertian
Penyakit lambung, sering disebut juga sakit maag adalah yang  diakibatkan oleh kelebihan asam lambung, sehingga dinding lambung lama-lama tidak kuat menahan asam lambung tadi sehingga timbul rasa sakit yang sangat mengganggu sipenderita. Gejala khas sakit pada lambung adalah rasa panas di dada, rasa tidak nyaman waktu menelan, dan rasa sakit waktu menelan. Gejala tambahannya meliputi serangan asma yang frekuen, batuk lama rekfakter dengan pengobatan, suara serak, mual dan muntah, nyeri pada dada dan sering sendawa (Abdullah, 2008).
Maag sendiri merupakan kosa kata Belanda yang berarti lambung, yang kemudian di Indonesiakan menjadi maag yaitu sakit pada lambung. Umumnya penyakit ini  sering terjadi pada orang bergolongan darah O. Penyakit ini  berupa peradangan selaput lendir (mukosa) lambung (gastritis) atau luka mukosa lambung (gastric ulcer) yang dikenal dengan istilah tukak lambung (ulcus pepticum).  Lambung dalam  keadaan sakit terdapat borok-borok pada mukosa lambung. Borok terjadi akibat tidak seimbangnya sekresi asam lambung-pepsin dan mukus yaitu produk kelenjar pada mukosa lambung yang berfungsi sebagai benteng bagi lapisan mukosa lambung. Karena lambung terletak di rongga perut bagian atas agak ke kiri (ulu hati), maka penderita biasanya mengeluh sakit di bagian itu (Abdullah, 2008).


2.2.2 Penyebab tukak lambung
Penyebab penyakit pada lambung adalah zat yang dapat menginhibisi sekresi asam lambung. Misalnya zat kimia Histamin  dan Anti Inflamasi  non steroid. Kerja berat, pikiran tegang, tidak tenang, atau kurang tidur juga menyebabkan kadar asam lambung yang tinggi. Sering terlambat makan, kebiasaan minum obat yang bersifat asam saat perut kosong, minum minuman beralkohol, dan mengisap rokok berlebihan juga dapat menjadi penyebab penyakit ini. Demikian pula dengan infeksi bakteri Helicobacter pylory yang dapat menyerbu lapisan sub mukosa lambung.

2.2.3 Tanda-tanda tukak lambung
Tanda-tandanya penyakit maag adalah berasa tidak nyaman, sakit di ulu hati, mual, muntah, kembung, cepat kenyang dan nafsu makan berkurang. Pada kasus tertentu, ciri-cirinya di bagian perut hingga terasa menusuk ke belakang, di malam hari, atau rasanya nyeri sempat datang dan pergi, misalnya setelah makan sedikit, rasa nyeri hilang, tapi sebentar kemudian kambuh lagi. Selain itu maag bisa juga menyebabkan luka di kerongkongan, diiringi panas yang terasa membakar naik, mulut pahit dan sering bersendawa. Sering muntah agak asam, suhu badan naik, muka pucat, nafsu makan kurang, kalau sedang kosong perut terasa sakit, pedih, dan sesak pada bagian atas, ulu hati sakit hingga kadang-kadang membuat kita terbangun di tengah malam, buang hajat tidak  teratur, terkadang sembelit atau mencret.
Ini disebabkan terlalu banyak mengonsumsi lemak dan sedikit serat. Pola makan yang kurang baik ini bisa menyebabkan adanya klep di kerongkongan dan menimbulkan rasa tidak nyaman jika asam lambung naik ke kerongkongan. Penyakit maag ini timbul disebabkan pola makan yang tidak teratur, stres dan bakteri helicobacter pylory. Stres juga bisa memacu meningkatkan asam lambung. Sedangkan helicobacter pylory akan menimbulkan gangguan di lambung dan usus 12 jari. Kuman yang  hanya tinggal di lambung ini berkembang akibat mengonsumsi makanan dan minuman air yang tidak bersih. Pada keadaan parah, bisa mengakibatkan pendarahan dan maag kronis. 
Penyaklit maag tidak segera diobati bisa jadi tukak. Tukaknya adalah pendarahan pada lambung, kalau terjadi pendarahan yang berat, dan tidak bisa teratasi penderita bisa meninggal. Ada dua jenis kelainan maag, yakni dispepsia fungsional dan organik. Dispepsia fungsionsal hanya ditandai oleh kelainan minimal, seperti kemerahan pada alat pencernaan. Sedangkan kelainan organik lebih parah yaitu berupa luka dalam usus jari 12 atau kerongkongan, juga disetai polip. Tingkat keparahan penyakit maag pada seseorang tidak bisa ditentukan hanya dengan mengamati gejalanya. karena setiap orang memiliki  sensitivitas dan psikis yang berbeda. Ada orang lambungnya hanya kemerahan sedikit saja tetapi merasakan sakit yang luar biasa. Sebaliknya ada yang tetap dapat bekerja dan menjalankan aktivitas seperti biasa, padahal lambung sudah luka parah. Obat-obatan yang bisa menyebabkan penyakit maag ini adalah obat-obatan organik dan jamu-jamuan antara lain jamu pegal linu.
Untuk mengetahui kelainan pada alat pencernaan hanya bisa dilihat dengan cara endoskopi (teropong saluran pencernaan atas). Dari pemeriksaan ini akan terlihat, apakah alat pencernaan penderita luka atau tidak. Ada juga kemungkinan penderita penyakit maag tidak tertolong karena pendarahan. Ada empat penyebab terjadinya pendarahan di saluran cerna yaitu: 
1. Karena sakit maag, lambung sudah bocor
2. Karena penyakit liver
3. Ada kanker lambung.
4. Pendarahan disebabkan makan obat rematik.

2.2.4 Pengobatan
Berdasarkan penyebab penyakit lambung diatas, penyembuhannya dilakukan dengan menetralkan asam lambung, mengurangi produksi asam lambung, mengobati infeksi pada selaput lendir lambung, dan mengurangi rasa sakit akibat iritasi selaput lendir atau kekejangan otot dinding lambung. Obatnya adalah  antasid,  anti-histamin,  anti-kolinergik, demulcent (dapat mengurangi iritasi lokal pada tukak lambung, dan secara fisik melindungi sel-sel di bawahnya terhadap kontak dengan iritan dari luar).
Khusus untuk sakit lambung karena infeksi bakteri H. Pylory  pengobatannya menggunakan antibiotika. Penyembuhan juga harus memperbaiki pola makan yang baik misalnya penderita dianjurkan untuk makan dalam jumlah sedikit tetapi sering.
Memperbaiki pola makan memberi kontribusi penyembuhan penyakit maag yang sangat baik. Makanan yang mudah dicerna, nasi lembut, banyak makan makanan berserat dan tidak merangsang atau tidak terlalu pedas adalah salah satu pola yang baik dalam penyembuhan sakit maag. Hindari stres, karena stres menyebabkan  asam lambung meningkat  sehingga terjadilah penyakit maag.

2.3 Flavonoid
2.3.1 Deskripsi
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi dan S. Narasimhan, 1985). Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6  (White dan Y. Xing, 1951; Madhavi  et al., 1985; Maslarova, 2001) (Gambar 1).  Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya (Hess, tt). Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar molekulnya (Cook dan S. Samman, 1996).
Berbagai jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayur-sayuran dan buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon (Cuppett et al.,1954).
           
Gambar kerangka C6-C3-C6 flavonoid

2.3.2        Sumber Flavonoid
Fakta menunjukkan bahwa hampir semua komponen nutrisi yang diidentifikasi berperan sebagai agen protektif terhadap penyakit-penyakit tertentu dalam survei/penelitian mengenai diet, sejauh ini mempunyai beberapa sifat antioksidatif (Deshpande  et al., 1985). Pada uraian sebelumnya, telah dipaparkan bahwa beberapa senyawa flavonoid seperti quercetin, kaempferol, myricetin, apigenin, luteolin, vitexin dan isovitexin terdapat  pada sereal, sayuran, buah dan produk olahannya dengan kandungan yang bervariasi serta sebagian besar memiliki sifat sebagai antioksidan. Hal ini telah memperkuat dugaan bahwa flavonoid memiliki efek biologis tertentu berkaitan dengan sifat antioksidatifnya tersebut.

2.3.3 Manfaat Flavonoid
Flavonoida mencangkup  banyak pigmen yang banyak terdapat pada tumbuhan mulai dari jamur sampai angiospermae. Pada tumbuhan  tinggi, flavonoida terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Fungsi flavonoida  pada tumbuhan  adalah  dapat  menarik burung dan serangga yang membantu proses penyerbukan, pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus (Robinson, 1995). 
Sedangkan fungsi flavonoid pada manusia dalam dosis kecil adalah flavon bekerja sebagai stimulan pada jantung, hisperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler, flavon terhidroksilasi bekerja sebagai diuretik dan sebagai  antioksidan pada lemak (Sirait, 2007).
1. Bagi tumbuhan
a.       Untuk menarik serangga, yang membantu proses penyerbukan.
b.      Untuk menarik perhatian binatang yang membantu penyebaran biji.
2. Bagi manusia
a.       Dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulan pada jantung, hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler.
b.      Flavon terhdroksilasi bekerja sebagai diuretik dan sebagai antioksidan pada lemak.
Diduga bahwa flavon bekerja seperti auksin dalam menstimulir perkecambahan biji gandum.


2.4 Triterpen
2.4.1 Deskripsi
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik, yang umumnya sukar dicirikan karena tidak ada kereaktifan kimianya. Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Lierberman-Burchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru. (Harborne, 1987).
Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa : triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Kedua golongan yang terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang terutama terdapat sebagai glikosida. Banyak triterpena dikenal dalam tumbuhan dan secara berkala senyawa baru ditemukan dan dicirikan (misalnya Das dan Mahota, 1983). Banyak triterpen yang telah diketahui dari tumbuhan dan sesuatu yang baru ditemukan dan dikarakterisasi (Kulstha dkk, 1972). Sampai saat ini hanya beberapa saja yang diketahui tersebar luas. Senyawa tersebut ialah triterpena pentasiklik α-amirin dan β-amirin serta asam turunannya, yaitu asam ursolat dan asam oleanolat. Senyawa ini dan sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan malam daun dan dalam buah, seperti apel dan per. Dan mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan serangan mikroba. Triterpen juga terdapat dalam damar, kulit batang, dan getah (Euphorbia, Hevea, dan lain-lain).
Berdasarkan jumlah cincin yang terdapat dalam struktur molekulnya triterpen sebenarnya dapat dibagi atas:
1. Triterpen asiklik yaitu triterpen yang tidak mempunyai cincin tertutup, misalnya skualena.
2. Triterpen trisiklik adalah triterpen yang mempunyai tiga cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya: ambrein.
3. Triterpen tetrasiklik adalah triterpen yang mempunyai empat cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya:lanosterol.
4. Triterpen pentasiklik adalah triterpen yang mempunyai lima cincin tertutup pada struktur molekulnya, misalnya α-amirin.

2.4.2 Sumber Triterpen
            Triterpen dikenal dengan rasanya, terutama rasa pahit. Limonin adalah senyawa pahit larut dalam lemak yang terdapat dalam buah jeruk. Ini termasuk suatu seri pentasiklik triterpen yang berasa pahit, dikenal sebagai limonoid dan quasinoid. Triterpen umumnya terdapat pada Rutaceae, Meliaceae, dan Simarubaceae (Connlolly dkk, 1970) dan juga merupakan senyawa yang menarik dari sisi kemataksonomi (Dreyer, 1966).
            Kelompok lain yang merupakan triterpen pahit adalah kukurbitasin yang terutama terdapat pada biji berbagai Cucurbitaceae, namun akhir-akhir ini juga ditemukan pada Cruciferae dalam Iberis (Curtis dan Meade, 1971).

2.4.3 Manfaat Triterpen
Beberapa macam aktivitas fisiologi dari triterpenoid yang merupakan komponen aktif dari tumbuhan telah digunakan sebagai tumbuhan obat untk penyakit diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria.

2.5 Steroid
2.5.1 Deskripsi
Sterol atau steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidro fenantren. Dahulu sterol diduga sebagai senyawa yang terdapat pada hewan (sebagai hormon seks, asam empedu, dll), tapi belakangan ini terlihat penambahan jumlah senyawa semacam ini yang dideteksi dari jaringan tumbuhan. Memang, tiga senyawa yang disebut fitosterol mungkin terdapat pada setiap tumbuhanan tinggi: sitosterol (dahulu dikenal sebagai β-sitosterol), stigmasterol, dan kampesterol. Sterol umum ini terdapat dalam bentuk bebas dan sebagai glukosida sederhana. Sterol tumbuhan yang kurang umum ialah α-spinasterol, yaitu isomer stigmasterol yang terdapat dalam bayam, Amarantus alfafa, Medicago sativa, dan akar Polygala senega.
Sterol tertentu hanya terdapat dalam tumbuhan rendah, cintohnya ergosterol yang terdapat dalam khamir dan sejumlah fungus. Sterol lain terutama terdapat pada tumbuhan rendah, tetapi kadang-kadang terdapat juga dalam tumbuhan tinggi, misalnya fukosterol, yaitu steroid utama pada alga coklat dan juga terdeteksi pada kelapa.

2.5.2 Sumber Steroid
            Segi struktur kimia fotisterol berbeda dengan sterol hewan, sehingga penemuan sterol hewan dalam jaringan tumbuhan akhir-akhir ini sangat penarik perhatian. Salah satu yang menarik ialah estrogen hewan, yaitu esteron, dalam biji korma dan tepung sari (Bennet dkk, 1966). Sumber estron lainnya ialah biji delima, tetapi kadarnya sangat rendah; menurut laporan (Dean dkk, 1971) hanya terdapat 4μg estron/kg jaringan.
Mungkin yang kurang menarik perhatian dibandingkan ihwal estron ialah ditemukannya sesepora kolesterol dalam beberapa tumbuhan tinggi, termasuk korma, dan sejumlah alga merah (Gibbons dkk, 1967). Akhirnya harus disebut juga adanya hormon ganti kulit serangga, yaitu ekdison dalam tumbuhan, karena mereka dapat membuka jalan bagi kita untuk memahami hal yang menarik, yaitu cara tumbuhan berevolusi untuk melindungi dirinya dari serangga pemangsa. Ekdison ditemukan dalam tumbuhan pada tahun 1966 (Nakanishi dkk, 1966) dan selanjutnya telah ditemukan dalam berbagai jaringan tumbuhan. Konsentrasi tertinggi terdapat dalam sejumlah paku-pakuan (misalnya Petridium aqualinum) dan gimnospermae (misalnya Podocarpus nakaii).

2.5.3 Manfaat Steroid
Senyawa steroid merupakan jenis senyawa yang komponen organiknya berisi sebuah susunan kerangka karakteristik dari empat cincin sikloalkana yang saling berikatan satu dengan yang lainnya. Steroid mempunyai manfaat yang banyak dalam tubuh terutama sebagai hormon dalam tubuh. Hormon steroid mampu disintesis sendiri oleh tubuh manusia dan juga disintesis tumbuhan-tumbuhan dan hewan. Manfaat hormon steroid yang lain yaitu untuk menurunkan berat badan, terutama untuk penderita obesitas, diabetes, dan lupus.  Selain itu, senyawa steroid juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Dapat digunakan sebagai obat. Secara rinci beberapa manfaat steroid pada tumbuhan adalah sebagai berikut :
1.       Meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan
2.      Menghambat penuaan daun (senescence)
3.      Mengakibatkan lengkuk pada daun rumput-rumputan
4.      Menghambat proses gugurnya daunm
5.      Enghambat pertumbuhan akar tumbuhan
6.      Meningkatkan resistensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan
7.      Menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan
8.      Merangsang pertumbuhan pucuk tumbuhan
9.      Merangsang diferensiasi xylem tumbuhan
10.  Menghambat pertumbuhan pucuk pada saat kahat udara dan endogenus karbohidrat.

2.6 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi digunakan untuk memisahkan dua zat berdasarkan perbedaan kelarutan.
Metode ekstraksi dibagi menjadi dua, yaitu metode secara panas dengan bantuan pemanasan dan metode secara dingin, tanpa pemanasan.
1.   Metode secara panas meliputi :
a.       Sokhletasi
Yaitu ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ektraksi kontiniu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
b.      Digesti
Yaitu maserasi kinetik ( dengan pengadukan terus-menerus) pada temperatur yang lebih tinggi suhu kamar.
c.       Infus dan Dekok
Yaitu ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-980C selama waktu tertentu (15-20 menit).
d.      Reflux
Yaitu ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2.   Metode secara dingin meliputi :
a.    Maserasi
Yaitu cara ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan cara merendam simplisia dengan cairan penyari.
b.   Perkolasi
Yaitu cara ekstraksi dengan mengalirkan penyari secara lambat pada simplisia.

2.6.1 Maserasi
Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas.
Namun biasanya maserasi digunakan untuk mengekstrak senyawa yang tidak tahan panas (termolabil) atau senyawa yang belum diketahui sifatnya. Karena metoda ini membutuhkan pelarut yang banyak dan waktu yang lama.
Secara sederhana, maserasi dapat kita sebut metoda “perendaman” karena memang proses ekstraksi dilakukan dengan hanya merendam sample tanpa mengalami proses lain kecuali pengocokan (bila diperlukan). Prinsip penarikan (ekstraksi) senyawa dari sample adalah dengan adanya gerak kinetik dari pelarut, dimana pelarut akan selalu bergerak pada suhu kamar walaupun tanpa pengocokan. Namun untuk mempercepat proses biasanya dilakukan pengocokan secara berkala.

2.7  Tikus Wistar (Rattus norvegicus)
Tikus liar, tikus Norwegia, dan tikus cokelat, adalah hewan semarga dengan tikus laboratorium. Akan tetapi nama ilmiah tikus liar lain itu yaitu tikus hitam adalah Rattus rattus. Tikus ini mirip dengan tikus Norwegia dan sering terdapat di kota-kota di seluruh dunia tetapi jarang dipakai sebagai hewan laboratorium (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus dapat tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat melihat dan mendengar tikus lain. Jika dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus ini tenang dan mudah ditangani di laboratorium. Pemeliharaan dan makanan tikus lebih mahal daripada mencit tetapi tikus dapat berbiak sebaik mencit. Karena hewan ini lebih besar daripada mencit, maka untuk beberapa macam percobaan, tikus lebih menguntungkan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Klasifikasi tikus Wistar (Rattus norvegicus) :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Species : Rattus norvegicus
Dibandingkan dengan tikus liar, tikus laboratorium lebih cepat menjadi dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman, dan umumnya lebih mudah berkembang biak. Jika tikus liar dapat hidup selama 4-5 tahun, tikus laboratorium jarang hidup lebih dari 3 tahun (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Umumnya berat tikus laboratorium lebih ringan dibandingkan berat tikus liar. Biasanya pada umur empat minggu beratnya 35-40 gram, dan berat dewasa rata-rata 200-250 gram, tetapi bervariasi tergantung pada galur. Tikus jantan tua dapat mencapai 500 gram tetapi tikus betina jarang lebih dari 350 gram (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain. Tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

2.8  Cara penginduksi
Metode yang digunakan adalah metode induksi dengan kafein sebagai penginduksi. Induksi dilakukak secara oral menggunakan sonde oral modifikasi 0,5 mL selama 2-3 hari. Kemudian diterapi menggunaka ekstrak daun takokak dengan tikus wistar dibagi menjadi lima kelompok besar yang masing-masing kelompok terdapat tiga ekor tikus yaitu kontrol positif, negatif, dosis A, dosis B, dan dosis C. Sebagai kontrol positif digunakan Dexlansoprazole, kontrol negatif digunakan aquadest. Dosis A berisi ekstrak daun takokak 20%, sedangkan dosis B berisi ekstrak daun takokak 40% dan dosis C berisi ekstrak daun takokak 70%.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian
            Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen yang merupakan metode penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen. Pemilihan metode ini didasarkan pada objek analisis yaitu efektivitas ekstrak daun takokak dan anti-ucer pada lambung tikus wistar (Rattus Norvegicus). Adapun tahap-tahap persiapan penelitian ini terbagi atas tiga tahap yaitu tahap persiapan awal, tahap pelaksaan, dan tahap akhir.

3.1.1 Tahap awal meliputi
Persiapan alat, bahan serta penyiapan tikus wistar yang akan digunakan sebagai hewan uji.
3.1.2 Tahap pelaksanaan meliputi
            Determinasi sampel, pengambilan ekstrak dilakukan dengan cara proses pencucian, pemotongan, ekstraksi, dan rotary evaporator.
            Perlakuan untuk hewan uji dilakukan adaptasi sebelum digunakan sebagai hewan uji.

15 ekor tikus wistar

Kontrol positif

3 ekor tikus wistar
Kontrol negatif

3 ekor tikus wistar
Perlakuan
Dosis 1

3 ekor tikus wistar
Dosis 2

3 ekor tikus wistar
Dosis 3

3 ekor tikus wistar
 



 

Keterangan:
15 ekor tikus wistar (Rattus Norvegicus) dibagi 3 kelompok
1.      Kelompok 1: Kontrol positif                 tikus wistar yang tukak lambung diberi obat sintetik
2.      Kelompok 2: Kontrol negatif                tikus wistar yang tukak lambung diberi aquadest
3.         Kelompok 3: Perlakuan                         tikus wistar yang tukak lambung diberi 3 varians dosis
3.1.3        Tahap akhir penelitian ini dilakukan analisis data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian.
3.2        Populasi dan sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun takokak (Solanum torvum).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun takokak yang diambil secara acak di daerah Lawang, Malang sebanyak 1 kg sampel.

3.3        Definisi Operasional Variabel
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak daun takokak. Dan variabel terikat adalah anti-ulcer. Adapun definisi operasional vaiabel tertera pada tabel di bawah ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar