Aktivitas Anti-Ucer
Ekstrak Daun Takokak (Solanum Torvum)
Terhadap Tikus Wistar
(Rattus Norvegicus)
Yang Mengalami Tukak Lambung
Tugas Akhir Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Lulus
Mata Kuliah Metodologi
Penelitian
Oleh:
Winda Dwi Kurnia 12.047
Akademi Analis
Farmasi dan Makanan (AKAFARMA)
Jl. Barito 5 Malang
November 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Persaingan
antar individu dan kelompok dalam berbagai bidang semakin meningkat di zaman
yang modern ini. Persaingan yang umumnya banyak terjadi pada dunia kerja. Tidak
peduli baik laki-laki maupun perempuan lebih mementingkan untuk bekerja dan
terkadang mereka lupa untuk makan. Bahkan banyak yang seringkali mengabaikan
waktu makan sehingga berpotensi untuk menimbulkan banyak penyakit.
Penyakit
yang timbul akibat makan tidak teratur maupun telat makan diantaranya tidak
bisa berkonsentrasi dalam bekerja, pusing, lemas, lesu, lunglai, maag yang bisa
menyebabkan tukak lambung dan masih
banyak lainnya. Selain makan tidak teratur tukak lambung juga dapat disebabkan
oleh penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs), stress, merokok, dan
mengkonsumsi alkohol. Pada umumnya gejala tukak lambung hampir sama dengan
orang menderita maag, yaitu mual, kembung, nyeri ulu hati, perut perih melilit,
sering bersendawa, rasa terbakar, rasa penuh/sebah di ulu hati atau cepat
merasa kenyang dan terkadang muntah-muntah. Tukak lambung biasa terjadi pada
orang dewasa yang berusia 55-65 tahun, bahkan terkadang menyerang anak-anak
yang berusia antara 8-17 tahun.
Tukak
lambung yang dialami seseorang tidak boleh dianggap ringan. Jika dibiarkan
penyakit ini dapat menyebabkan banyak masalah dari yang ringan hingga serius
seperti, tidak nafsu makan, tukak esofagus, tukak duodenum, maag akut, maag
kronis, bahkan kanker lambung dan sebagainya. Upaya pencegahan dan pengobatan
terhadap tukak lambung perlu dilakukan dikarenakan dampak yang ditimbulkan
sangat berbahaya dan merugikan bagi manusia.
Pengobatan
yang seringkali dilakukan pada penderita tukak lambung adalah dengan
obat-obatan sintetik seperti Rabeprazole Sodium, Dexlansoprazole, Lansoprazole,
Pantoprazole Sodium, dan masih banyak lagi. Namun penggunaan obat sintetik
memiliki efek samping yang membahayakan sehingga mulai ditinggalkan oleh
konsumen. Efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan sintetik adalah
halusinasi, depresi, menyebabkan kebingungan, konsentrasi buruk, pandangan
kabur, mulut kering, dan lain sebagainya. Maka dari itu banyak konsumen
obat-obatan sintetik yang beralih ke pengobatan tradisional dengan menggunakan
bahan alam yang memiliki efek samping relatif lebih kecil dibanding sintetik.
Pada
umumnya bahan alam yang digunakan sebagai obat adalah kandungan kimia yang
terdapat pada bagian tanaman. Salah satu tanaman yang berpotensi mengobati tukak
lambung adalah takokak (Solanum torvum).
Bagian tanaman yang digunakan untuk mengobati tukak lambung adalah daunnya.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Telesphore B, Nguelefack CB, Feumebo G,
Ateufack PW, Simplice T, Albert D, Atsamo PT and Albert K menunjukkan fakta
baru bahwa daun takokak mengandung steroid glikosid dan saponins, flavonoid,
vitamin B kompleks, vitamin C. Seperti yang diteliti oleh Antonio JM, Geacioso
J, Toma W, Lopez L, Oliveira F, Brito A, bahwa senyawa flavonoid, steroid, triterpen
inilah yang dapat berpotensi sebagai anti-ulcer. Oleh karena itu penelitian ini
ditujukan untuk menguji aktivitas anti-ulcer tersebut.
Pengujian
aktivitas anti-ulcer ini menggunakan ekstrak dari daun takokak yang mengandung
senyawa flavonoid, steroid, triterpen. Pengambilan ekstrak ini menggunakan
metode ekstraksi, sebelum diekstraksi daun takokak dikeringkan terlebih dahulu
untuk mengurangi kadar air dan mempermudah proses ekstraksi. Metode ekstraksi
yang digunakan untuk mengambil senyawa flavonoid, steroid, triterpen dari daun
takokak adalah metode maserasi. Pemilihan metode maserasi karena senyawa
flavonoid, steroid, triterpen sendiri yang tidak tahan terhadap pemanasan dan
pelarut yang digunakan ethanol karena harganya yang relatif murah dan mudah didapat.
Ekstrak
yanng didapatkan kemudian dipekatkan untuk menghilangkan pelarut dan memekatkan
ekstrak dan diujikan ke hewan percobaan. Hewan yang digunakan adalah tikus
wistar (Rattus Norvegicus) karena
mudah diberi perlakuan dan biaya yang digunakan relatif terjangkau. Tikus
wistar diadaptasikan dengan lingkungan yang baru kemudian diinduksi dengan asam
salisilat atau kafein selama 2-3 hari.
Tikus
wistar dibagi menjadi lima kelompok besar yang masing-masing kelompok terdapat
tiga ekor tikus yaitu kontrol positif, negatif, dosis A, dosis B, dan dosis C.
Sebagai kontrol positif digunakan Dexlansoprazole, kontrol negatif digunakan aquadest.
Dosis A berisi ekstrak daun takokak 20%, sedangkan dosis B berisi ekstrak daun
takokak 40% dan dosis C berisi ekstrak daun takokak 70%. Pemberian ekstrak daun
takokak dilakukan secara oral dengan sonde oral modifikasi sebanyak 0,5 mL.
Pengamatan dilakukan dengan cara pembedahan organ dalam tikus wistar.
1.2
Rumusan
Masalah
Apakah
ada pengaruh aktivitas anti-ulcer ekstrak daun takokak (Solanum torvum) pada tikus wistar (Rattus Norvegicus) yang mengalami tukak lambung?
1.3
Tujuan
Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui
pengaruh aktivitas anti-ulcer ekstrak daun takokak (Solanum torvum) pada tikus wistar (Rattus Norvegicus) yang mengalami tukak lambung.
1.3.2
Tujuan Khusus
Tujuan
khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengetahui pengaruh
anti-ulcer pada tikus wistar (Rattus Norvegicus)
dengan berbagai variasi dosis ekstrak daun takokak (Solanum torvum).
2.
Mengetahui pada dosis
berapakah ekstrak daun takokak (Solanum
torvum) mempunyai aktivitas anti-ulcer pada tikus wistar (Rattus Norvegicus) yang paling efektif.
1.4
Manfaat
Penelitian
1.4.1
Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini
mahasiswa dapat mengetahui manfaat penggunaan ekstrak daun takokak sebagai
anti-ulcer. Selain itu, mahasiswa dapat mengembangkan ekstrak daun takokak
dalam dunia farmasi seperti pembuatan sediaan obat.
1.4.2
Bagi Institusi
Dengan penelitian
ini, dapat dijadikan tambahan referensi sehingga dapat bermanfaat pada
penelitian berikutnya. Dan juga diharapkan penelitian ini dapat memberikan
informasi ilmiah tentang khasiat ekstrak daun takokak untuk anti-ulcer tikus
wistar (Rattus Norvegicus) dengan
induksi kafein, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian
selanjutnya.
1.4.3
Bagi Masyarakat
1. Dengan
dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan aktivitas
ekstrak daun takokak sebagai anti-ulcer serta meningkatkan nilai ekonomis dari
takokak.
2. Penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan dasar penggunaan daun takokak sebagai pilihan
alternatif untuk mengobati tukak lambung.
1.5
Ruang
lingkup dan keterbatasan penelitian
Adapun
ruang lingkup dan keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.5.1
Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam
penelitian adalah meneliti penggunaan ekstrak daun takokak sebagai anti-ulcer.
Parameter yang diukur adalah menghitung jumlah bintik merah pada lambung tikus
wistar (Rattus Norvegicus).
1.5.2
Keterbatasan
penelitian
Keterbatasan
penelitian ini adalah alat-alat yang digunakan antara lain rotary evaporator vakum dan sonde oral modifikasi 0,5 mL yang
dianggap sudah pernah dikalibrasi. Daun takokak yang didapat tidak dibatasi
oleh perbedaan jenis dan tempat tumbuh.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun Takokak
Takokak atau terung pipit (Solanum torvum Sw.) Adalah tumbuhan dari suku
terung-terungan (Solanaceae) yang buah dan
bijinya dipakai sebagai sayuran atau bumbu dan pengobatan. Takokak merupakan buah yang bentuknya mirip
ranti atau leunca dalam bahasa Sunda karena memang keduanya masih berada
dalam genus yang sama, Solanum. Bedanya, buah takokak memiliki kulit yang lebih
tebal dibanding kulit buah ranti/ leunca. Selain itu, daun takok jugaMemiliki
daun yang besar dan kasar serta batangnya berduri. Sedangkan leunca memiliki
daun yang kecil, licin, dan batangnya tidak berduri. Dari rasanya, takokak
memiliki rasa yang getir sedangkan leunca pahit agak manis.
Takokak berasal dari kepulauan Antilles yang
penyebarannya sampai ke negara-negara tropika termasuk Indonesia. Tanaman ini
tumbuh di daerah pulau Sumatera, Jawa, dataran rendah yang ketinggiannya
sekitar 1-1.600 meter di atas permukaan laut (dpl), di tempat yang tidak
terlalu berair, agak ternaungi dengan sinar matahari sedang dan tumbuh secara
tersebar.
Gambar tanaman takokak
2.1.1 Taksonomi/Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Solanales
Suku : Solanaceae
Marga : Solanum
Jenis : Solanum torvum Swartz
Nama umum : Terong cepoka
Nama daerah : Terong pipit (Mefayu), Terong cepoka (Jawa
Tengah) Takokak (Sunda)
2.1.2 Morfologi
Tanaman takokak merupakan tanaman perdu yang tumbuh
tegak dan tinggi tanaman sekitar 3 m. Bentuk batang bulat, berkayu, bercabang,
berduri jarang dan percabangannya simpodial dengan warna putih kotor. Daun
takokak tunggal, berwarna hijau, tersebar, berbentuk bulat telur, bercangap,
tepi rata, ujung meruncing dan panjangnya sekitar 27-30 cm dan lebar 20-24 cm,
dengan bentuk pertulangan daunnya menyirip dan ibu tulang berduri.
Habitus : Perdu, tinggi ± 2 m.
Batang : Bulat, berkayu, bercabang,
berduri, percabangan simpodial, putih kotor.
Daun :
Tunggal, tersebar, bulat telur, bercangap, tepi rata, ujung meruncing, pangkal
runcing, panjang 27-30 cm, lebar 20-24 cm, pertulangan menyirip, ibu
tulangberduri, hijau.
Bunga :
Majemuk, bentuk bintang, bertaju, waktu kuncup berbintiK ungu, kelopak berbulu,
bertaju lima, runcing, panjang ± 5 mm, hijau muda, benang sari lima, tangkai
panjang ± 1mm, kepala sari panjang ± 6 mm, bentuk jarum, kuning, tangkai putik
± 1 cm, putih kepala putik hijau, putih
Buah :
Buni, bulat, masih muda hijau setelah tua jingga.
Biji :
Pipih, kecil, licin, kuning pucat.
Akar :
Tunggang, kuning pucat.
2.1.3 Kandungan
Takokak
mengandung berbagai bahan kimia. Kandungan kimia yang terdapat pada buah dan
daun mengandung alkaloid steroid yaitu jenis solasodine 0.84%, sedangkan
kandungan buah kuning mengandung
solasonine 0.1%. Kemudian, buah
mentahnya pun mengandung chlorogenin, sisologenenone, torvogenin, vitamin A, neo-chlorogenine, dan panicolugenine, serta akarnya mengandung jurubine
(Sirait 2009). Buah takokak ini pun diketahui mengandung glukoalkaloid,
solasonine, sterolin (sitosterol-D glucoside), protein, lemak, dan mineral
(Yuanyuan et al. 2009).
Berikut
adalah tabel kandungan kimia dalam 100 gram buah takokak.
Komposisi
|
Satuan
|
Jumlah
|
Air
|
g
|
89
|
Protein
|
g
|
2
|
Lemak
|
g
|
0,1
|
Serat
|
g
|
8
|
Karbohidrat
|
g
|
10
|
Kalsium
|
mg
|
50
|
Fosfor
|
mg
|
30
|
Ferum
|
mg
|
2
|
Vitamin
A
|
I.V.
|
750
|
Vitamin
B1
|
mg
|
0,08
|
Vitamin
C
|
mg
|
80
|
Sumber
: Sirait (2009)
2.1.4 Manfaat
Farmakologi
Cina menyebutkan bahwa buah takokak memiliki rasa pahit, pedas, sejuk dan agak
beracun. Takokak pun mampu melancarkan sirkulasi darah, menghilangkan rasa
sakit (analgetik) dan menghilangkan batuk (antitusif) (Rahmat 2009). Takokak
memiliki aktivitas pembersih superoksida yang tinggi yakni di atas 70%.
Kandungan kimia yang terdapat pada takokak mampu bertindak sebagai antioksidan
dan dapat melindungi jaringan tubuh dari efek negatif radikal bebas. Kemudian,
takokak berfungsi sebagai anti radang karena memiliki senyawa sterol carpesterol dan juga sebagai alat kontrasepsi karena buah
dan daunnya mengandung solasodine 0.84%, yang merupakan bahan baku hormon seks
untuk kontrasepsi (Sirait 2009).
2.2 Tukak Lambung
2.2.1 Pengertian
Penyakit
lambung, sering disebut juga sakit maag adalah yang diakibatkan oleh kelebihan asam lambung,
sehingga dinding lambung lama-lama tidak kuat menahan asam lambung tadi
sehingga timbul rasa sakit yang sangat mengganggu sipenderita. Gejala khas
sakit pada lambung adalah rasa panas di dada, rasa tidak nyaman waktu menelan,
dan rasa sakit waktu menelan. Gejala tambahannya meliputi serangan asma yang
frekuen, batuk lama rekfakter dengan pengobatan, suara serak, mual dan muntah,
nyeri pada dada dan sering sendawa (Abdullah, 2008).
Maag
sendiri merupakan kosa kata Belanda yang berarti lambung, yang kemudian di
Indonesiakan menjadi maag yaitu sakit pada lambung. Umumnya penyakit ini sering terjadi pada orang bergolongan darah
O. Penyakit ini berupa peradangan selaput
lendir (mukosa) lambung (gastritis) atau luka mukosa lambung (gastric ulcer)
yang dikenal dengan istilah tukak lambung (ulcus pepticum). Lambung dalam
keadaan sakit terdapat borok-borok pada mukosa lambung. Borok terjadi
akibat tidak seimbangnya sekresi asam lambung-pepsin dan mukus yaitu produk
kelenjar pada mukosa lambung yang berfungsi sebagai benteng bagi lapisan mukosa
lambung. Karena lambung terletak di rongga perut bagian atas agak ke kiri (ulu
hati), maka penderita biasanya mengeluh sakit di bagian itu (Abdullah, 2008).
2.2.2 Penyebab tukak
lambung
Penyebab
penyakit pada lambung adalah zat yang dapat menginhibisi sekresi asam lambung.
Misalnya zat kimia Histamin dan Anti
Inflamasi non steroid. Kerja berat,
pikiran tegang, tidak tenang, atau kurang tidur juga menyebabkan kadar asam
lambung yang tinggi. Sering terlambat makan, kebiasaan minum obat yang bersifat
asam saat perut kosong, minum minuman beralkohol, dan mengisap rokok berlebihan
juga dapat menjadi penyebab penyakit ini. Demikian pula dengan infeksi bakteri
Helicobacter pylory yang dapat menyerbu lapisan sub mukosa lambung.
2.2.3 Tanda-tanda
tukak lambung
Tanda-tandanya
penyakit maag adalah berasa tidak nyaman, sakit di ulu hati, mual, muntah,
kembung, cepat kenyang dan nafsu makan berkurang. Pada kasus tertentu,
ciri-cirinya di bagian perut hingga terasa menusuk ke belakang, di malam hari,
atau rasanya nyeri sempat datang dan pergi, misalnya setelah makan sedikit,
rasa nyeri hilang, tapi sebentar kemudian kambuh lagi. Selain itu maag bisa
juga menyebabkan luka di kerongkongan, diiringi panas yang terasa membakar
naik, mulut pahit dan sering bersendawa. Sering muntah agak asam, suhu badan
naik, muka pucat, nafsu makan kurang, kalau sedang kosong perut terasa sakit,
pedih, dan sesak pada bagian atas, ulu hati sakit hingga kadang-kadang membuat
kita terbangun di tengah malam, buang hajat tidak teratur, terkadang sembelit atau mencret.
Ini
disebabkan terlalu banyak mengonsumsi lemak dan sedikit serat. Pola makan yang
kurang baik ini bisa menyebabkan adanya klep di kerongkongan dan menimbulkan
rasa tidak nyaman jika asam lambung naik ke kerongkongan. Penyakit maag ini
timbul disebabkan pola makan yang tidak teratur, stres dan bakteri helicobacter
pylory. Stres juga bisa memacu meningkatkan asam lambung. Sedangkan
helicobacter pylory akan menimbulkan gangguan di lambung dan usus 12 jari.
Kuman yang hanya tinggal di lambung ini
berkembang akibat mengonsumsi makanan dan minuman air yang tidak bersih. Pada
keadaan parah, bisa mengakibatkan pendarahan dan maag kronis.
Penyaklit
maag tidak segera diobati bisa jadi tukak. Tukaknya adalah pendarahan pada
lambung, kalau terjadi pendarahan yang berat, dan tidak bisa teratasi penderita
bisa meninggal. Ada dua jenis kelainan maag, yakni dispepsia fungsional dan
organik. Dispepsia fungsionsal hanya ditandai oleh kelainan minimal, seperti
kemerahan pada alat pencernaan. Sedangkan kelainan organik lebih parah yaitu
berupa luka dalam usus jari 12 atau kerongkongan, juga disetai polip. Tingkat
keparahan penyakit maag pada seseorang tidak bisa ditentukan hanya dengan
mengamati gejalanya. karena setiap orang memiliki sensitivitas dan psikis yang berbeda. Ada
orang lambungnya hanya kemerahan sedikit saja tetapi merasakan sakit yang luar
biasa. Sebaliknya ada yang tetap dapat bekerja dan menjalankan aktivitas
seperti biasa, padahal lambung sudah luka parah. Obat-obatan yang bisa menyebabkan
penyakit maag ini adalah obat-obatan organik dan jamu-jamuan antara lain jamu
pegal linu.
Untuk
mengetahui kelainan pada alat pencernaan hanya bisa dilihat dengan cara
endoskopi (teropong saluran pencernaan atas). Dari pemeriksaan ini akan
terlihat, apakah alat pencernaan penderita luka atau tidak. Ada juga
kemungkinan penderita penyakit maag tidak tertolong karena pendarahan. Ada
empat penyebab terjadinya pendarahan di saluran cerna yaitu:
1.
Karena sakit maag, lambung sudah bocor
2.
Karena penyakit liver
3.
Ada kanker lambung.
4.
Pendarahan disebabkan makan obat rematik.
2.2.4 Pengobatan
Berdasarkan
penyebab penyakit lambung diatas, penyembuhannya dilakukan dengan menetralkan
asam lambung, mengurangi produksi asam lambung, mengobati infeksi pada selaput
lendir lambung, dan mengurangi rasa sakit akibat iritasi selaput lendir atau
kekejangan otot dinding lambung. Obatnya adalah
antasid, anti-histamin, anti-kolinergik, demulcent (dapat mengurangi
iritasi lokal pada tukak lambung, dan secara fisik melindungi sel-sel di
bawahnya terhadap kontak dengan iritan dari luar).
Khusus
untuk sakit lambung karena infeksi bakteri H. Pylory pengobatannya menggunakan antibiotika.
Penyembuhan juga harus memperbaiki pola makan yang baik misalnya penderita dianjurkan
untuk makan dalam jumlah sedikit tetapi sering.
Memperbaiki
pola makan memberi kontribusi penyembuhan penyakit maag yang sangat baik.
Makanan yang mudah dicerna, nasi lembut, banyak makan makanan berserat dan
tidak merangsang atau tidak terlalu pedas adalah salah satu pola yang baik
dalam penyembuhan sakit maag. Hindari stres, karena stres menyebabkan asam lambung meningkat sehingga terjadilah penyakit maag.
2.3 Flavonoid
2.3.1 Deskripsi
Flavonoid
merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak
ditemukan di dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi dan S. Narasimhan, 1985).
Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia
C6-C3-C6 (White dan Y. Xing, 1951;
Madhavi et al., 1985; Maslarova, 2001)
(Gambar 1). Kerangka flavonoid terdiri
atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa
heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini
dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya (Hess, tt).
Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar molekulnya
(Cook dan S. Samman, 1996).
Berbagai
jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah
satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayur-sayuran dan
buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan
dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat
logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau
dalam bentuk bebas yang disebut aglikon (Cuppett et al.,1954).
Gambar kerangka C6-C3-C6
flavonoid
2.3.2
Sumber Flavonoid
Fakta
menunjukkan bahwa hampir semua komponen nutrisi yang diidentifikasi berperan
sebagai agen protektif terhadap penyakit-penyakit tertentu dalam
survei/penelitian mengenai diet, sejauh ini mempunyai beberapa sifat
antioksidatif (Deshpande et al., 1985).
Pada uraian sebelumnya, telah dipaparkan bahwa beberapa senyawa flavonoid
seperti quercetin, kaempferol, myricetin, apigenin, luteolin, vitexin dan
isovitexin terdapat pada sereal,
sayuran, buah dan produk olahannya dengan kandungan yang bervariasi serta
sebagian besar memiliki sifat sebagai antioksidan. Hal ini telah memperkuat
dugaan bahwa flavonoid memiliki efek biologis tertentu berkaitan dengan sifat
antioksidatifnya tersebut.
2.3.3 Manfaat
Flavonoid
Flavonoida
mencangkup banyak pigmen yang banyak
terdapat pada tumbuhan mulai dari jamur sampai angiospermae. Pada tumbuhan tinggi, flavonoida terdapat baik dalam bagian
vegetatif maupun dalam bunga. Fungsi flavonoida
pada tumbuhan adalah dapat
menarik burung dan serangga yang membantu proses penyerbukan, pengatur
tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus (Robinson,
1995).
Sedangkan
fungsi flavonoid pada manusia dalam dosis kecil adalah flavon bekerja sebagai
stimulan pada jantung, hisperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler, flavon
terhidroksilasi bekerja sebagai diuretik dan sebagai antioksidan pada lemak (Sirait, 2007).
1. Bagi tumbuhan
a.
Untuk menarik
serangga, yang membantu proses penyerbukan.
b.
Untuk menarik
perhatian binatang yang membantu penyebaran biji.
2. Bagi manusia
a.
Dosis kecil, flavon
bekerja sebagai stimulan pada jantung, hesperidin mempengaruhi pembuluh darah
kapiler.
b.
Flavon terhdroksilasi
bekerja sebagai diuretik dan sebagai antioksidan pada lemak.
Diduga bahwa flavon
bekerja seperti auksin dalam menstimulir perkecambahan biji gandum.
2.4 Triterpen
2.4.1 Deskripsi
Triterpenoid
adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu
skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa
alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanwarna,
berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik, yang
umumnya sukar dicirikan karena tidak ada kereaktifan kimianya. Uji yang banyak
digunakan adalah reaksi Lierberman-Burchard (anhidrida asetat-H2SO4
pekat) yang dengan kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna
hijau-biru. (Harborne, 1987).
Triterpenoid
dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa : triterpena
sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Kedua golongan yang
terakhir sebenarnya triterpena atau steroid yang terutama terdapat sebagai
glikosida. Banyak triterpena dikenal dalam tumbuhan dan secara berkala senyawa
baru ditemukan dan dicirikan (misalnya Das dan Mahota, 1983). Banyak triterpen
yang telah diketahui dari tumbuhan dan sesuatu yang baru ditemukan dan
dikarakterisasi (Kulstha dkk, 1972). Sampai saat ini hanya beberapa saja yang diketahui
tersebar luas. Senyawa tersebut ialah triterpena pentasiklik α-amirin dan
β-amirin serta asam turunannya, yaitu asam ursolat dan asam oleanolat. Senyawa
ini dan sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan malam daun dan dalam buah,
seperti apel dan per. Dan mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk
menolak serangga dan serangan mikroba. Triterpen juga terdapat dalam damar,
kulit batang, dan getah (Euphorbia, Hevea, dan lain-lain).
Berdasarkan
jumlah cincin yang terdapat dalam struktur molekulnya triterpen sebenarnya
dapat dibagi atas:
1. Triterpen
asiklik yaitu triterpen yang tidak mempunyai cincin tertutup, misalnya
skualena.
2. Triterpen
trisiklik adalah triterpen yang mempunyai tiga cincin tertutup pada struktur
molekulnya, misalnya: ambrein.
3. Triterpen
tetrasiklik adalah triterpen yang mempunyai empat cincin tertutup pada struktur
molekulnya, misalnya:lanosterol.
4. Triterpen
pentasiklik adalah triterpen yang mempunyai lima cincin tertutup pada struktur
molekulnya, misalnya α-amirin.
2.4.2 Sumber
Triterpen
Triterpen dikenal dengan rasanya,
terutama rasa pahit. Limonin adalah senyawa pahit larut dalam lemak yang
terdapat dalam buah jeruk. Ini termasuk suatu seri pentasiklik triterpen yang
berasa pahit, dikenal sebagai limonoid dan quasinoid. Triterpen umumnya
terdapat pada Rutaceae, Meliaceae, dan Simarubaceae (Connlolly dkk, 1970) dan
juga merupakan senyawa yang menarik dari sisi kemataksonomi (Dreyer, 1966).
Kelompok lain yang merupakan
triterpen pahit adalah kukurbitasin yang terutama terdapat pada biji berbagai
Cucurbitaceae, namun akhir-akhir ini juga ditemukan pada Cruciferae dalam
Iberis (Curtis dan Meade, 1971).
2.4.3 Manfaat
Triterpen
Beberapa macam aktivitas fisiologi dari triterpenoid yang
merupakan komponen aktif dari tumbuhan telah digunakan sebagai tumbuhan obat
untk penyakit diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit,
kerusakan hati dan malaria.
2.5 Steroid
2.5.1 Deskripsi
Sterol
atau steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana
perhidro fenantren. Dahulu sterol diduga sebagai senyawa yang terdapat pada
hewan (sebagai hormon seks, asam empedu, dll), tapi belakangan ini terlihat
penambahan jumlah senyawa semacam ini yang dideteksi dari jaringan tumbuhan.
Memang, tiga senyawa yang disebut fitosterol mungkin terdapat pada setiap
tumbuhanan tinggi: sitosterol (dahulu dikenal sebagai β-sitosterol),
stigmasterol, dan kampesterol. Sterol umum ini terdapat dalam bentuk bebas dan
sebagai glukosida sederhana. Sterol tumbuhan yang kurang umum ialah
α-spinasterol, yaitu isomer stigmasterol yang terdapat dalam bayam, Amarantus alfafa, Medicago sativa, dan akar
Polygala senega.
Sterol
tertentu hanya terdapat dalam tumbuhan rendah, cintohnya ergosterol yang
terdapat dalam khamir dan sejumlah fungus. Sterol lain terutama terdapat pada
tumbuhan rendah, tetapi kadang-kadang terdapat juga dalam tumbuhan tinggi,
misalnya fukosterol, yaitu steroid utama pada alga coklat dan juga terdeteksi
pada kelapa.
2.5.2 Sumber Steroid
Segi struktur kimia fotisterol
berbeda dengan sterol hewan, sehingga penemuan sterol hewan dalam jaringan
tumbuhan akhir-akhir ini sangat penarik perhatian. Salah satu yang menarik
ialah estrogen hewan, yaitu esteron, dalam biji korma dan tepung sari (Bennet
dkk, 1966). Sumber estron lainnya ialah biji delima, tetapi kadarnya sangat
rendah; menurut laporan (Dean dkk, 1971) hanya terdapat 4μg estron/kg jaringan.
Mungkin
yang kurang menarik perhatian dibandingkan ihwal estron ialah ditemukannya
sesepora kolesterol dalam beberapa tumbuhan tinggi, termasuk korma, dan
sejumlah alga merah (Gibbons dkk, 1967). Akhirnya harus disebut juga adanya
hormon ganti kulit serangga, yaitu ekdison dalam tumbuhan, karena mereka dapat
membuka jalan bagi kita untuk memahami hal yang menarik, yaitu cara tumbuhan
berevolusi untuk melindungi dirinya dari serangga pemangsa. Ekdison ditemukan
dalam tumbuhan pada tahun 1966 (Nakanishi dkk, 1966) dan selanjutnya telah
ditemukan dalam berbagai jaringan tumbuhan. Konsentrasi tertinggi terdapat
dalam sejumlah paku-pakuan (misalnya Petridium
aqualinum) dan gimnospermae (misalnya Podocarpus
nakaii).
2.5.3 Manfaat Steroid
Senyawa steroid merupakan jenis senyawa yang komponen
organiknya berisi sebuah susunan kerangka karakteristik dari empat cincin
sikloalkana yang saling berikatan satu dengan yang lainnya. Steroid mempunyai
manfaat yang banyak dalam tubuh terutama sebagai hormon dalam tubuh. Hormon
steroid mampu disintesis sendiri oleh tubuh manusia dan juga disintesis
tumbuhan-tumbuhan dan hewan. Manfaat hormon steroid yang lain yaitu untuk
menurunkan berat badan, terutama untuk penderita obesitas, diabetes, dan lupus.
Selain itu, senyawa steroid juga mampu meningkatkan kekebalan
tubuh. Dapat digunakan sebagai obat. Secara rinci beberapa manfaat steroid
pada tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan
2. Menghambat
penuaan daun (senescence)
3. Mengakibatkan
lengkuk pada daun rumput-rumputan
4. Menghambat
proses gugurnya daunm
5. Enghambat
pertumbuhan akar tumbuhan
6. Meningkatkan
resistensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan
7. Menstimulasi
perpanjangan sel di pucuk tumbuhan
8. Merangsang
pertumbuhan pucuk tumbuhan
9. Merangsang
diferensiasi xylem tumbuhan
10. Menghambat
pertumbuhan pucuk pada saat kahat udara dan endogenus karbohidrat.
2.6 Ekstraksi
Ekstraksi
adalah proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi digunakan untuk memisahkan dua zat
berdasarkan perbedaan kelarutan.
Metode
ekstraksi dibagi menjadi dua, yaitu metode secara panas dengan bantuan
pemanasan dan metode secara dingin, tanpa pemanasan.
1.
Metode secara panas meliputi :
a.
Sokhletasi
Yaitu ekstraksi
menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus
sehingga terjadi ektraksi kontiniu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
b.
Digesti
Yaitu maserasi
kinetik ( dengan pengadukan terus-menerus) pada temperatur yang lebih tinggi
suhu kamar.
c.
Infus dan Dekok
Yaitu ekstraksi
dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam
penangas air mendidih, temperatur terukur 96-980C selama waktu
tertentu (15-20 menit).
d.
Reflux
Yaitu
ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu
dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
2.
Metode secara dingin meliputi :
a.
Maserasi
Yaitu
cara ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan cara merendam simplisia dengan
cairan penyari.
b.
Perkolasi
Yaitu
cara ekstraksi dengan mengalirkan penyari secara lambat pada simplisia.
2.6.1 Maserasi
Maserasi
adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini
pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi
merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan
panas ataupun tahan panas.
Namun
biasanya maserasi digunakan untuk mengekstrak senyawa yang tidak tahan panas
(termolabil) atau senyawa yang belum diketahui sifatnya. Karena metoda ini
membutuhkan pelarut yang banyak dan waktu yang lama.
Secara
sederhana, maserasi dapat kita sebut metoda “perendaman” karena memang proses
ekstraksi dilakukan dengan hanya merendam sample tanpa mengalami proses lain
kecuali pengocokan (bila diperlukan). Prinsip penarikan (ekstraksi) senyawa
dari sample adalah dengan adanya gerak kinetik dari pelarut, dimana pelarut
akan selalu bergerak pada suhu kamar walaupun tanpa pengocokan. Namun untuk
mempercepat proses biasanya dilakukan pengocokan secara berkala.
2.7
Tikus
Wistar (Rattus norvegicus)
Tikus liar, tikus Norwegia, dan tikus cokelat, adalah hewan
semarga dengan tikus laboratorium. Akan tetapi nama ilmiah tikus liar lain itu
yaitu tikus hitam adalah Rattus rattus.
Tikus ini mirip dengan tikus Norwegia dan sering terdapat di kota-kota di
seluruh dunia tetapi jarang dipakai sebagai hewan laboratorium (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1988).
Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit
jantan. Tikus dapat tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat melihat dan
mendengar tikus lain. Jika dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus ini
tenang dan mudah ditangani di laboratorium. Pemeliharaan dan makanan tikus
lebih mahal daripada mencit tetapi tikus dapat berbiak sebaik mencit. Karena
hewan ini lebih besar daripada mencit, maka untuk beberapa macam percobaan,
tikus lebih menguntungkan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Klasifikasi
tikus Wistar (Rattus norvegicus) :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Rattus
Species
: Rattus norvegicus
Dibandingkan dengan tikus liar, tikus laboratorium lebih
cepat menjadi dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman, dan umumnya
lebih mudah berkembang biak. Jika tikus liar dapat hidup selama 4-5 tahun,
tikus laboratorium jarang hidup lebih dari 3 tahun (Smith dan Mangkoewidjojo,
1988).
Umumnya berat tikus laboratorium lebih ringan dibandingkan
berat tikus liar. Biasanya pada umur empat minggu beratnya 35-40 gram, dan
berat dewasa rata-rata 200-250 gram, tetapi bervariasi tergantung pada galur.
Tikus jantan tua dapat mencapai 500 gram tetapi tikus betina jarang lebih dari
350 gram (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Ada dua sifat yang membedakan tikus
dari hewan percobaan lain. Tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi
yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus tidak
mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
2.8
Cara
penginduksi
Metode
yang digunakan adalah metode induksi dengan kafein sebagai penginduksi. Induksi
dilakukak secara oral menggunakan sonde oral modifikasi 0,5 mL selama 2-3 hari.
Kemudian diterapi menggunaka ekstrak daun takokak dengan tikus wistar dibagi
menjadi lima kelompok besar yang masing-masing kelompok terdapat tiga ekor
tikus yaitu kontrol positif, negatif, dosis A, dosis B, dan dosis C. Sebagai
kontrol positif digunakan Dexlansoprazole, kontrol negatif digunakan aquadest.
Dosis A berisi ekstrak daun takokak 20%, sedangkan dosis B berisi ekstrak daun
takokak 40% dan dosis C berisi ekstrak daun takokak 70%.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode
eksperimen yang merupakan metode penelitian dengan melakukan percobaan terhadap
kelompok eksperimen. Pemilihan metode ini didasarkan pada objek analisis yaitu
efektivitas ekstrak daun takokak dan anti-ucer pada lambung tikus wistar (Rattus Norvegicus). Adapun tahap-tahap
persiapan penelitian ini terbagi atas tiga tahap yaitu tahap persiapan awal,
tahap pelaksaan, dan tahap akhir.
3.1.1 Tahap awal
meliputi
Persiapan
alat, bahan serta penyiapan tikus wistar yang akan digunakan sebagai hewan uji.
3.1.2 Tahap
pelaksanaan meliputi
Determinasi sampel, pengambilan
ekstrak dilakukan dengan cara proses pencucian, pemotongan, ekstraksi, dan
rotary evaporator.
Perlakuan untuk hewan uji dilakukan
adaptasi sebelum digunakan sebagai hewan uji.
Kontrol positif
3 ekor tikus
wistar
|
Kontrol negatif
3 ekor tikus
wistar
|
Perlakuan
|
Dosis
1
3 ekor tikus
wistar
|
Dosis
2
3 ekor tikus
wistar
|
Dosis
3
3 ekor tikus
wistar
|
Keterangan:
15 ekor tikus wistar
(Rattus Norvegicus) dibagi 3 kelompok
1.
Kelompok 1: Kontrol
positif tikus wistar yang
tukak lambung diberi obat sintetik
2.
Kelompok 2: Kontrol
negatif tikus wistar yang
tukak lambung diberi aquadest
3.
Kelompok 3: Perlakuan
tikus wistar yang
tukak lambung diberi 3 varians dosis
3.1.3
Tahap akhir
penelitian ini dilakukan analisis data yang diperoleh berdasarkan hasil
penelitian.
3.2
Populasi
dan sampel
Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun takokak (Solanum torvum).
Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun takokak yang diambil secara acak
di daerah Lawang, Malang sebanyak 1 kg sampel.
3.3
Definisi
Operasional Variabel
Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah ekstrak daun takokak. Dan variabel terikat adalah
anti-ulcer. Adapun definisi operasional vaiabel tertera pada tabel di bawah
ini.
No
|
Variabel
|
Definisi Operasional
|
Indikator
|
Alat ukur
|
Skala ukur
|
1
|
Bebas:
Ekstrak daun
takokak
|
Ekstrak daun
takokak didapat dengan cara di ekstraksi metode maserasi dengan pelarut
ethanol 95% kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator vacum kemudian ekstraknya ditimbang.
|
Ekstrak pekat daun
takokak
|
Seperangkat alat maserasi,
timbangan analitik dan rotary evaporator
vacum
|
Rasio
|
2
|
Terikat:
Anti-ulcer
|
Penginduksian
mencit dengan kafein sebanyak 1
|
Jumlah bintik merah
per cm2
|
Jangka sorong
|
Rasio
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar