Minggu, 15 Desember 2013

UJI VISKOSITAS EMULSI



UJI VISKOSITAS EMULSI








Oleh
1. Ilma Anggun
                                                           2. Intan Irene Virera
                                                           3. Prilla Aditya Saputri
  4. Trisna Frans Himawan





AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG
TAHUN 2013-2014
1.   EMULSI
A. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan–tetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok.
      Emulsi berasal dari kata emulgeo yang berartinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam bij tersebut.
      Pada pertengahana abad XVIII, ahli farmasi perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragacanth dan kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan.
B. Komponen Emulsi
Komponen komponen dari Emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
Komponen Dasar:
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi, biasanya terdiri dari :
1. Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
2. Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
3. Emulgator
Adalah bagian Berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Komponen Tambahan:
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis,odoris, colouris, preservatif (pengawet), antoksidant.
Preservatif yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll.
Antioksidant yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan asam gallat.
C. Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minak).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal. 
F. Bahan Pengemulsi (Emulgator)
ñ Emulgator alam
Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan :
1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
Bahan-bahan karbohidrat , bahan-bahan alami seperti akasia (gom), tragakan, agar, kondrus dan pectin. Bahan-bahan ini membentuk koloid hidrofilik bila ditambahkan kedalam air dan umumnya menghasilkan emulsi m/a.
a. Gom arab
Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu :
- Kerja gom sebagai koloid pelindung
- Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).
- Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat.
- Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.
- Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak.
- Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak.
- Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform.
- Balsam-balsam.
- Oleum lecoris aseli
b. Tragacanth
c. Agar-agar
d. Chondrus
e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.
2. Emulgator alam dari hewan
Zat-zat protein seperti : gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae. Bahan-bahan ini menghasilkan emulsi tipe m/a. kerugian gelatin sebagai suatu zat pengemulsi adalah sediaan menjadi terlalu cair dan menjadi lebih cair pada pendiaman.
3. Emulgator alam dari tanah mineral
Zat padat yang terbagi halus, seperti : tanah liat koloid termasuk bentonit, magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida. Umumnya membentuk emulsi tipe m/a bila bahan padat ditambahkan ke fase air jika jumlah volume air lebih besar dari minyak. Jika serbuk bahan padat ditambahkan dalam inyak dan volume fase minyak lebih banyak dari air, suatu zat seperti bentonit sanggup membentuk suatu emulsi a/m. Selain itu juga terdapat Veegum / Magnesium Aluminium Silikat
ñ Emulgator buatan
1. Sabun
2. Tween 20; 40; 60; 80
3. Span 20; 40; 80

I. Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya irreversibel (tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:
ñ Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan CaO / CaCL2
ñ Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan dan pengadukan.
ñ Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi W/O menjadi O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible.
Viskositas emulsi dapat dipengaruhi oleh perubahan komposisi :
1.Adanya hubungan linear antara viskositas emulsi dan viskositas fase kontinu.
2.Makin besar volume fase dalam, makin besar pula viskositas nyatanya.
3. Untuk mengatur viskositas emulsi, tiga factor interaksi yang harus dipertimbangkan oleh pembuat formula, yaitu :
ñ Viskositas emulsi m/a dan a/m dapat ditingkatkan dengan mengurangi ukuran partikel fase terdispersi ,
ñ Kestabilan emulsi ditingkatkan denganpengurangan ukuran partikel, dan Flokulasi atau penggumpalan, yang cenderung membentuk fase dalam yang dapat meningkatkan efek penstabil, walaupun ia meningkatkan viskositas.
4. Biasanya viskositas emulsi meningkat dengan meningkatnya umur sediaan tersebut.
2. Viskometer Brookfield
Viskometer Brookfield adalah alat yang digunakan untuk mengukur viskositas dari suatu zat cair dengan menggunakan gasing atau kumparan yang dicelupkan ke dalam zat cair dan mengukur tahanan gerak dari bagian yang berputar.
                        Spindle                                                                                Viskometer Brookfield

Keteranagan :
Sample container : tempat sampel yang akan diuji  viskositasnya.
Spindle : pengaduk sampel. Spindle dicelupkan sampai batas.

3. UJI VISCOSITAS EMULSI DENGAN VISKOMETER BROOKFIELD
1.    Alat dan bahan
Alat : seperangkat alat Viskometer Brookfield
Bahan : saos
Langkah kerja:
1.       Disiapkan Viskoseter dipasangkan spindle 01 pada Viskometer Brookfield.  
2.       Dimasukan saos  kedalam cup yang telah disiapkan,
3.       Diarahkan spindle yang telah terpasang kedalam cup secara tegak lurus sampai tanda batas.
4.       Kemudian dihidupkan viskotester brookfield
5.       Diamati jarum penunjuk nya, dicatat angka yang tertunjuk oleh jarum
6.       Dilakukan pengamatan pada spindel 02, dan 03.

PENGUKURAN VISKOSITAS
DENGAN VISKOMETER BROOKFIELD

1.             Tujuan : untuk menetapkan viskositas dari suatu zat cair
2.             Prinsip dasar :
Viskositas atau kekentalan adalah pernyataan yang digunakan untuk menyatakan hambatan untuk mengalir dari suatu zat cair, makin kental suatu cairan, makin besar kekuatan yang diperlukan untuk digunakan supaya cairan tersebut dapat mengalir dengan laju tertentu.
Viskositas dari suatu zat cair harus ditentukan untuk mengetahui kualitas dari suatu zat cair. Semakin viskos suatu zat cair, maka zat tersebut semakin kental dan sukar untuk terpindahkan. Sedangkan bila suatu zat cair kurang viskos, maka zat tersebut semakin encer dan mempengaruhi proses pemindahannya.
Dalam menentukan viskositas, penentuan suhu penting karena kekentalan dapat berubah sesuai suhu. Viskositas akan menurun apabila suhunya dinaikkan.
Viskometer Brookfield adalah alat yang digunakan untuk mengukur viskositas dari suatu zat cair dengan menggunakan gasing atau kumparan yang dicelupkan ke dalam zat cair dan mengukur tahanan gerak dari bagian yang berputar.

Rangkaian alat :
Keteranagan :
Sample container : tempat sampel yang akan diuji  viskositasnya.
Spindle : pengaduk sampel. Spindle dicelupkan sampai batas.


Satuan dasar yang digunakan untuk menetapkan viskositas adalah poise. Namun, satuan yang dihasilkan oleh alat viskometer brookfield adalah dPas. (1 dPas = 100 cp).
Faktor-fsktor yang mempengaruhi viskositas :
-        Suhu, semakin tinggi suhu, semakin rendah viskositasnya
-                                            Tekanan, bila tekanannya tinggi, semakin rendah viskositasnya
-       Berat molekul, viskositas akan semakin besar apabila berat molekulnya besar
-                                            Konsentrasi, viskositas semakin besar bila konsentrasi zatnya besar

3.        Alat dan bahan
Alat yang digunakan yaitu : viskometer brookfield, termometer, beaker glass. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu : zat cair yang akan diukur viskositasnya, es batu.
4.        Cara kerja
a.       Masukkan sampel sebanyak 200 mL ke dalam beaker glass
b.      Kondisikan sampel pada suhu 20oC dengan menggunakan ice bath
c.       Tuangkan sampel ke dalam wadah ( sample container )
d.      Celupkan spindle pada viskometer brookfield ke dalam sample container  sampai spindle tercelup hingga batas
e.       Nyalakan viskometer brookfield
f.       Baca skala yang tertera dan catat
g.      Masing-masing perlakuan direplikasi 3 kali

5.        Data pengamatan dan perhitungan

Sampel A
Sampel B
Data pertama


Data kedua


Data ketiga


Rata-rata


±SD


6.        Pembahasan
7.        Kesimpulan
8.        Pustaka : FI IV hal 1051 dan farmasi fisik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar