BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi
adalah minuman yang sudah tidak asing lagi dikonsumsi oleh orang Indonesia.
Kebanyakan orang mengkonsumsi kopi tersebut untuk mengusir rasa kantuk, karena
dalam kopi terdapat senyawa kafein yang berfungsi sebagai stimulant untuk
sistem saraf pusat (SSP), memiliki efek sementara menangkal mengantuk dan
mengembalikan kewaspadaan. Namun tidak banyak juga yang mengonsumsi kopi karena
sudah menjadi kebiasaan, hal ini dikarenakan kafein menimbulkan ketergantungan.
Sehingga ketika terbiasa menikmati kafein, maka ketika kinerja kognitif dan
suasana hati Anda menurun maka Anda berpikir bahwa hanya kafeinlah yang bisa
membuat Anda kembali bersemangat. Padahal sebenarnya kafein tidak meningkatkan
kinerja Anda, namun hanya mengembalikannya ke tingkat normal untuk waktu yang
singkat. Kafein memberi pengaruh pada perilaku emosional dan membuat Anda jadi
cepat marah, atau cemas. Berdasar studi yang dilakukan di Carnegie Mellon
University mengungkapkan, lonjakan adrenalin akibat kafein juga berakibat
negatif pada kenaikan tekanan darah, stimulasi jantung berlebihan, jantung
berdebar dan pernapasan yang lebih cepat dan tak teratur. Hal ini bisa
menghalangi masuknya oksigen ke dalam otak yang dibutuhkan untuk menjaga agar
pikiran tetap tenang dan rasional. Maka sebaiknya kita jangan mengonsumsi
kafein berlebihan, kadar kafein yang
disarankan adalah satu cangkir kafein per hari atau sekitar 100 mg kafein,
kalaupun kita mengurangi konsumsi kafein, pengurangan kafein tersebut bisa membuat seseorang mengalami sakit
kepala, mudah lelah, mengantuk, sulit konsentrasi, depresi dan kecemasan
setelah mengurangi asupan kafein satu cangkir per hari.
Maka
dari itu, kita ingin mengisolasi kafein dari kopi tersebut agar kita bisa tahu
rumus strukturnya sehingga kita bisa membuat sintesisnya. Jika kita bisa
membuat sintesisnya, kita bisa mudah mendapatkan kafein, tidak usah meminum
kopi terlebih dahulu, serta kita bisa mengonsumsinya dengan dosis yang sesuai.
Jika kita mengonsumsi kafein dalam bentuk kopi, kita tidak tahu kadar kafein
didalamnya apakah sesui atau tidak, sehingga bisa saja keuntungan mengonsumsi
kafein berubah menjadi kerugian apabila mengonsumsinya berlebihan.
1.2
Tujuan
1.
Memisahkan ekstrak kafein
dari kopi dengan metode sokhletasi
2.
Memisahkan ekstrak kafein
dari kopi dengan metode perkolasi
3.
Memurnikan kafein dengan cara
sublimasi
4.
Membandingkan ekstrak kafein
dari kopi dengan metode sokhletasi dan perkolasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Kopi
2.1.1 Klasifikasi
Tanaman Kopi
Klasifikasi
tanaman kopi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophita
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonea
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Coffea
Species : Coffea sp
2.1.2 Morfologi Tanaman Kopi.
Batang : Tegak lurus,
beruas-ruas dan cabang susunannya agak rumit.
Daun : Bulat telur dengan ujung agak
meruncing, daun tumbuh berhadapan pada batang,
cabang, dan ranting-rantingnya.
Akar : Umumnya
kopi memiliki sistem perakaran yang dangkal.
Bunga : Berukuran kecil, mahkotanya berwarna
putih dan berbau harum semerbak. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya
menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benangsarinya terdiri dari
5-7 tangkai yang berukuran pendek.
Buah : Terdiri dari daging buah dan
biji. Daging buah terdiri atas 3 (tiga) bagian lapisan kulit luar (eksokarp),
lapisan daging (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tetapi keras.
2.2 Deskripsi
Kafein
1,3,7-Trimetil xantin
Rumus
molekul : C8H10N4O2
BM : 194,19 g/mol
BJ : 1,2 g/cm3
Titik
leleh : 200-2010C
Gugus fungsional:
Pemerian
: Serbuk
putih atau bentuk jarum mengkilat putih; biasanya menggumpal; tidak berbau;
rasa pahit
Kelarutan
: agak sular larut dalam air dan dalam ethanol (95%) P; mudah larut dalam
chlorofom; sukar larut dalam eter P.
Kafein tergolong jenis alkaloid yang
juga dikenal sebagai trimetilsantin. Memiliki fungsi utama sebagai stimulan syaraf pusat dan kardiotonikum.
Kafein dijumpai secara alami
pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh, coklat. Pada tumbuhan kafein
berperan sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan mematikan serangga
tertentu yang memakan tanaman tersebut. kafein merupakan zat psikoaktif yang
paling banyak dikonsumsi di dunia, dan umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan
cara mengekstraksinya dari biji kopi dan daun teh.
2.2.1 Manfaat
kafein
Beberapa manfaat kafein yang ada dalam kopi
untuk manusia sebagai berikut:
·
Kafein membantu Anda untuk bisa berpikir lebih
cepat
·
menstimulasi otak dan sistem saraf
·
Kafein mencegah gigi berlubang
·
Kafein mengurangi derita sakit kepala
·
Kafein bisa melegakan napas penderita asma
dengan cara melebarkan saluran bronkial yang menghubungkan kerongkongan dengan
paru Kafein dapat membuat badan tidak cepat lelah.
·
Kafein bisa meningkatkan rasa riang, membuat
kita merasa lebih segar dan energik.
·
Perempuan yang minum dua cangkir kopi atau lebih
per hari dapat mengurangi risiko terkena pengeroposan tulang (osteoporosis).
·
Kopi dapat meningkatkan penampilan mental dan memori
karena kopi dapat merangsang banyak daerah dalam otak yang dapat mengatur tetap
terjaga, rangsangan, mood dan konsentrasi.
·
Kafein
dapat menangkal radikal bebas dan menghancurkan molekul yang dapat merusak sel
DNA.
·
Kafein
juga melindungi jantung dan kanker.
·
Untuk
mengurangi risiko pengidapan diabetes.
·
Mencegah Parkinson
pada pria.
·
Minum kopi membuat sperma berenang lebih cepat dan mampu meningkatkan
kesuburan pria.
2.2.2 Kerugian
Kafein
Kerugian jika mengonsumsi kafein secara berlebihan:
·
Menimbulkan ketergantungan.
·
Pada perilaku emosional dan membuat Anda jadi
cepat marah, atau cemas.
·
Stimulasi jantung berlebihan, jantung berdebar
dan pernapasan yang lebih cepat dan tak teratur. Hal ini bisa menghalangi masuknya oksigen ke
dalam otak yang dibutuhkan untuk menjaga agar pikiran tetap tenang dan rasional.
·
Pengurangan kafein membuat seseorang mengalami
sakit kepala, mudah lelah, mengantuk, sulit konsentrasi, depresi dan kecemasan
setelah mengurangi asupan kafein satu cangkir per hari.
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses
pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan
pelarut. Ekstraksi digunakan untuk memisahkan dua zat berdasarkan perbedaan
kelarutan.
Metode ekstraksi dibagi menjadi
dua, yaitu metode secara panas dengan bantuan pemanasan dan metode secara
dingin, tanpa pemanasan.
Metode secara panas meliputi :
-
Sokhletasi
Yaitu ekstraksi
menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus
sehingga terjadi ektraksi kontiniu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
-
Digesti
Yaitu maserasi kinetik (
dengan pengadukan terus-menerus) pada temperatur yang lebih tinggi suhu kamar.
-
Infus
dan Dekoksi
Yaitu ekstraksi dengan pelarut
air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air
mendidih, temperatur terukur 96-980C) selama waktu tertentu (15-20
menit).
-
Reflux
Yaitu
ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu
dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Metode secara dingin
meliputi :
-
Maserasi
Yaitu cara
ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan cara merendam simplisia dengan cairan
penyari.
-
Perkolasi
Yaitu
cara ekstraksi dengan mengalirkan penyari secara lambat pada simplisia.
2.3
Sublimasi
Sublimasi adalah perubahan zat dari wujud padat ke
gas atau sebaliknya. Proses sublimasi atau penyubliman merupakan proses pemurnian untuk senyawa-senyawa
yang dapat menyublim.
Kafein merupakan zat yang dapat menyublim, oleh
karena itu pemurniannya dapat dilakukan dengan sublimasi. Menurut literatur hasil yang diperoleh dari
proses sublimasi, berupa hablur kristal jarum yang mengkilap berwarna putih
tidak berbau, berasa pahit dan agak sukar larut dalam air.
2.4
Metode
Pemisahan dan Pemurnian Kafein.
Pada
literatur yang diperoleh, pemisahan ekstrak kafein dari kopi dilakukan
dengan metode refuks saja. Pemisahan
dilakukan dengan dua tahap, yang pertam a digunakan pelarut air, karena menurut
literatur, kafein mudah larut dalam air. Selain itu, air mudah didapat dan pada
suhu tinggi tidak merusak kafein selama isolasi. Kelemahan dari pelarut ini
adalah waktunya lebih lama, karena air mendidih pada suhu 100oC dan
pemecahan kafein dari garam-garam tanaman sukar. Hal ini menyebabkan ekstrak
kafein yang didapat lebih sedikit. Pemisahan tahap kedua, digunakan pelarut
kloroform dengan ekstraksi cair-cair. Ekstrak yang didapat kemudian dimurnikan
dengan cara sublimasi.
Metode
pemisahan yang digunakan untuk isolasi kafein kopi pada percobaan ini adalah
refluks dan maserasi. Hal ini bertujuan untuk membandingkan hasil ekstrak
kafein yang diperoleh antara metode ekstraksi secara panas (refluks) dengan
bantuan pemanasan dan secara dingin (maserasi) tanpa pemanasan.
Perlakuannya hampir sama dengan
literatur , tetapi pelarut yang digunakan pada pemisahan tahap pertama pertama adalah etanol.
2.5
Tabel
Perbandingan Metode Perkolasi
dan Sokhletasi
No.
|
|
Perkolasi
|
Sokhletasi
|
|
Suhu yang digunakan
|
Suhu ruangan
|
Tergantung pelarut
|
|
Waktu yang dibutuhkan
|
27jam
|
Tergantung pelarut
|
|
Keuntungan
|
1.Tidak
membutuhkan pemanasan.
2. bisa
digunakan untuk bahan yang tidak tahan terhadap panas.
|
1. Sampel diekstraksi dengan
sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan
sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung
cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan
sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil
senyawa organik berulang kali.
|
|
Kerugian
|
1. Membutuhkan
waktu yang lama.
2. Perlu
dilakukan proses maserasi terlebih dahulu sebelum dilakukan proses perkolasi.
3. Cairan
penyari yang digunakan banyak.
|
1. Tidak baik dipakai untuk
mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak atau senyawa senyawa yang
tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian.
2. Pelarut yang digunakan
mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.
|
2.6
Pengujian
Kafein
Pengujian perlu dilakukan
untuk memastikan bahwa ekstrak yang diperoleh adalah ekstrak kafein. Pengujian
dapat dilakukan secara fisika atau kimia. Secara fisika dapat berupa pengujian
titik leleh atau mengukur densitas. Sedangkan secara kimia dapat dilakukan
dengan penambahan reagen-reagen kimia, contohnya pereaksi Parri. Identifikasi dengan
pereaksi Parri
dilakukan dengan meneteskan beberapa tetes pereaksi parri lalu lihat
warna yang terbentuk, jika warnanya hijau kecoklatan, berarti positif
mengandung kafein.
2.8 Kerangka Teori
Percobaan
Pada literatur pelarut
yang digunakan adalah air, namun pada percobaan ini digunakan pelarut etanol.
Pelarut yang digunakan dalam pemisahan tahap pertama kafein ini adalah etanol
baik sokhletasi
maupun perkolasi.
Hal ini berdasarkan sifat kelarutan kafein yang agak sukar larut dalam etanol,
tetapi jika suhunya dinaikkan kelarutannya bisa bertambah. Pada metode sokhletasi, penggunaan etanol
diharapkan akan mempercepat proses ekstraksi, karena etanol mempunyai titik
didih ±70oC, sehingga lebih cepat mendidih bila dibandingkan dengan
air. Sedangkan pada metode perkolasi,
etanol digunakan untuk mencegah kontaminan bakteri atau jamur selama proses.
Pemisahan tahap dua, larutan
yang diperoleh dari proses pemisahan pertama disaring dengan corong Buchner. Sehingga didapatkan residu dan
filtrate. Filtrate yang diperoleh ditetesi dengan larutan Timbal setat dengan
sedikit demi sedikit. Lalu larutan disaring akan terdapat residu dan filtrate.
Filtrate yang didapatkan akan diproses dip roses pemisahan tahap tiga.
Pemisahan
tahap ketiga, filtrate yang didapatkan dari proses pemisahan tahap dua
dipisahkan menggunakan pelarut. Digunakan pelarut kloroform dengan
ekstraksi cair-cair yaitu pengocokan filtrate yang didapatkan dari proses pemisahan tahap
dua dan
pelarut klorofom dalam corong pisah. Kafein larut baik dalam kloroform sehingga
untuk memperoleh ekstrak kafein yang maksimal digunakan pelarut ini. Setelah
dikocok, akan terbentuk 2 lapisan. Lapisan
bawah (CHCl3) = coklat susu, bagiat atas (air)=coklat muda. Lalu didiamkan.
Pada
proses pemurnian, ekstrak yang didapat disublimasi. Ekstrak kafein akan menguap
dan langsung didinginkan, sehingga akan terbentuk endapan ekstrak kafein
dibawah kaca arloji.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
sebagai berikut :
1. Alat
perkolasi :
-
Percolator
-
Botol cairan penyari
-
Keran
-
Tutup karet
-
Gabus bertoreh
-
Sarangan
-
Botol perkolat
2. Gelas
beker
3. Kaca
arloji
4. Corong
pisah
5. Corong
Buchner
6. Kertas
saring whatman
7. Erlenmeyer
8. Gelas
ukur
9. Kompresor
10. Ayakan
11. Blender
12. Neraca
13. Kertas
perkamen
14. Sendok
tanduk
15. Waterbath
3.1.2
Bahan
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
1.
Biji
kopi yang telah dihaluskan.
2.
Etanol
3.
Es
batu
3.2
Proses
Pemisahan
3.2.1
Persiapan
Biji Kopi
Biji kopi dibeli dalam keadaan matang. Biji kopi
ditumbuk sebanyak 100 g sampai agak halus kemudian diblender hingga halus.
Serbuk kopi yang akan diekstrak perlu diayak dahulu agar derajat kehalusannya
sama. Ekstrak kopi menggunakan ayakan nomor 24/34.
3.2.2
Metode
Sokhletasi
20 g kopi
yang telah halus dimasukkan kedalam gulungan kertas saring, ikat dengan benang
dan masukkan ke dalam alat sokhletasi. Etanol ±180ml dimasukkan ke alat
sokletasi melalui ujung kondensor. Proses sokhletasi dilakukan dengan langkah
awal pemanasan pada dasar labu dengan temperature ±77 derajat celcius
agarproses berjalan maksimal. Esktrak kopi akan terangkat oleh etanol dan jatuh
menjadi datu dengan etanol didasar labu. Proses sokletasi dihentikan ketika
tetesan ekstrak yang bercampur dengan etanol berwarna pucat atau bening yang
menandakan ekstrak pada kopi habis.
3.2.3
Metode
perkolasi
Pemisahan tahap pertama,
20 g serbuk kopi direndam dengan menggunakan 150 ml etanol dalam gelas beaker
dan ditutup dengan kertas alumunium foil,
didiamkan selama 3
jam. Setelah 3
jam, massa dimasukkan ke dalam percolator sambil tiap kali ditekan
hati-hati. Selanjutnya dituangi cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai
menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Kemudian
percolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Selanjutnya cairan dibiarkan
menetes dengan kecepatan 1ml/menit dan ditambahkan berulang-ulang cairan
penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas
simplisia, hingga jika 500mg percolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak
meninggalkan sisa.
Pada proses pemurnian,
ekstrak yang ditampung dalam gelas beker, ditutup dengan kaca arloji yang
diatasnya diisi es batu, kemudian dipanaskan.
3.2.4
Skema Kerja
Perkolasi
3.2.5
Skema pemurnian pada proses perkolasi
3.2.6 Skema metode sokhletasi
3.2.7 Skema pemurnian pada proses sokhletasi
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pengamatan
4.1.1
Hasil Sokhletasi
Pada praktikum
yang telah dilakukan, 20 gram biji kopi yang telah dikeringkan dan dihaluskan
menjadi serbuk kopi dibungkus dengan kertas saring lalu dimasukkan kedalam
timbel dan dilakukan proses soxhletasi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 150
ml. Hasil dari proses sokhletasi diperoleh 100 ml larutan ekstrak biji kopi
berwarna coklat kehitaman dengan sirkulasi sebanyak 15 sirkulasi dengan rata-rata
waktu tiap sirkulasi antara 25 menit sampai 45 menit. Organoleptis dari larutan
ekstrak biji kopi sebagai berikut: larutan mempunyai bau campuran antara kopi
dengan etanol yang berwarna coklat kehitaman.
Selanjutnya
larutan ekstrak biji kopi masuk ke proses pemisahan. Proses pemisahan yang
pertama larutan disaring, dalam literature seharusnya larutan disaring
menggunakan corong Buchner, namun pada saat praktikum corong Buchner tidak
dapat digunakan sehingga kita menggunakan penyaringan manual menggunakan kertas
saring. Proses kedua. filtrate yang didapatkan dari proses pertama ditambahkan
timbal asetat sebanyak ml, lalu larutan
disaring menggunakan kertas saring dan didapatkan residu yang berwarna coklat
dan filtrate yang berwarna coklat kehitaman. Proses ketiga, filtrate yang
didapat pada proses kedua ditambahkan kloroform sebanyak 25 ml, lalu dikocok
menggunakan corong pisah. Pada proses ini didapatkan 2 lapisan. Lapisan bawah
adalah ekstrak kafein + klorofom ditampung. Kemudian lapisan atas dari proses
ketiga ditambahkan kloroform lagi sebanyak 20ml dan dikocok kembali.
Larutan
yang didapat sebanyak 300 ml larutan yang berwarna coklat kehitaman dan berbau
kopi. Selanjutnya disublimasi, tidak didapatkan Kristal kafein.
Identifikasi kafein :
Ekstrak kafein ditambah pereaksi Parri dihasilkan
larutan berwarna hijau kecoklatan
Ekstrak kafein ditambah aseton dan ditambah aquades
dilihat dimikroskop tidak terbentuk jarum panjang.
4.1.2
Hasil Perkolasi
Pada praktikum
yang telah dilakukan, 20 gram biji kopi yang telah dikeringkan dan dihaluskan
menjadi serbuk kopi dimasukkan kedalam beaker glass dan ditambahkan etanol 70%
sebanyak ml dan kemudian dimaserasi
selama satu hari. Setelah dimaserasi, kopi dan larutan dari proses maserasi
dimasukkan kedalam percolator. Kecepatan pelarut yang menetes diatur
permenitnya 150 ml larutan. Percolator selalu ditambahkan etanol bila etanol
dalam infuse sudah habis. Kita melakukan penambahan etanol sebanyak dua kali,
yang masing-masing ditambahkan sebanyak 150 ml. Proses perkolasi dilakukan
selama 1 minggu. Organoleptis dari larutan ekstrak biji kopi sebagai berikut:
larutan mempunyai bau campuran antara kopi dengan etanol yang berwarna coklat
kehitaman.
Selanjutnya
larutan ekstrak biji kopi di murnikan. Proses pemisahan yang pertama larutan
disaring, dalam literature seharusnya larutan disaring menggunakan corong
Buchner, namun pada saat praktikum corong Buchner tidak dapat digunakan
sehingga kita menggunakan penyaringan manual menggunakan kertas saring. Proses
kedua. filtrate yang didapatkan dari proses pertama ditambahkan timbal asetat
sebanyak ml, lalu larutan disaring
menggunakan kertas saring dan didapatkan residu yang berwarna coklat dan
filtrate yang berwarna coklat kehitaman. Proses ketiga, filtrate yang didapat
pada proses kedua ditambahkan kloroform sebanyak 25 ml, lalu dikocok
menggunakan corong pisah. Pada proses ini tidak terbentuk lapisan. Lalu ditambahkan
kloroform lagi sebanyak 25 ml dan dikocok kembali, namun tetap tidak terbentuk
lapisan. Larutan tersebut kemudian masuk proses rotary evaporator karena
pemurnian menggunakan penambahan bahan kimia tidak bisa. Larutan yang semula
sebanyak 450 ml menjadi 100 ml
.
Organoleptis larutan dari proses rotary evaporator sebagai berikut: destilat
berbau kopi berwarna coklat kehitaman berbentuk liquid yang kental. Larutan disublimasi
tidak didapatkan serbuk berwarna coklat yang menempel pada gelas arloji berbau
kopi.
Identifikasi
kafein :
Ekstrak
kafein yang ada kafein ditambah pereaksi Parri dihasilkan larutan berwarna
hijau kecoklatan
Ekstrak
kafein ditambah aseton dan ditambah aquades dilihat dimikroskop tidak terbentuk
jarum panjang.
4.2
Pembahasan
Pada
biji kopi yang telah dihaluskan diharapkan etanol dapat mengambil senyawa zat
yang berada didalam biji kopi yang didasarkan pada semakin besar ukuran
partikel maka semakin lama zat dalam partikel terambil karena ukuran partikel
berpengaruh pada luas permukaan, dan luas permukaan sangat berpengaruh pada
laju reaksi. Semakin besar luas permukaan maka reaksi yang berlangsung akan
semakin cepat. Dengan dihaluskannya biji kopi maka luas permukaan akan lebih
besar, sehingga waktu yang digunakan untuk reaksi lebih cepat dibandingkan
dengan biji kopi yang tidak dihaluskan.Pelarut yang digunakan adalah etanol
karena etanol dapat mengambil senyawa organic yang ada pada biji kopi, selain
itu harganya lebih murah dibandingkan pelarut lainnya, dan etanol mempunyai
titik didih lebih kecil daripada eter. Etanol mempunyai titik didih±780C
sedangkan eter mempunyai titik didih ±1400C, sementara kafein
mempunyai titik didih ±1780C,sehingga etanol dipilih menjadi pelarut
yang tepat karena perbedaan titik didih antara zat kafein dalam daun teh dan
etanol tidak terlalu dekat,dengan demikian pemisahan zat kafein dengan
pelarutnya lebih mudah terambil dan lebih maksimal daripada mengunakan eter.
Selain itu eter dan etanol dapat berbahaya bagi kesehatan, akan tetapi tingkat
bahaya eter lebih tinggi daripada etanol.
Larutan
zat yang didapat pada proses sokhletasi berwarna coklat kehitaman ini
menandakan bahwa senyawa dalam biji kopi dapat terambil dengan maksimal dengan
pelarut yang di pilih dan senyawa zat dalam daun teh serta pelarut dapat larut
didasar labu. Dalam sokhletasi pelarut mengambil semua senyawa zat dalam biji
kopi secara bertahap, hal ini menyebabkan sokhletasi berjalan beberapa kali
sirkulasi sehingga mendapatkan larutan coklat kehitaman yang pekat. Proses sokhletasi
di hentikan apabila larutan di dalam timbel sudah bening yang berarti zat dalam
biji kopi telah habis bereaksi dengan pelarut etanol. Dalam proses ini memiliki
kendala pada waktu yang kurang, sehingga proses soxhletasi tidak dapat dilakukan
dalam sekali praktikum tetapi dilakukan dalam dua kali praktikum dan larutan
didalam timbel tidak sampai bening. Sedangkan biji kopi yang diekstrak
menggunakan metode perkolasi larutan zat berwarna coklat kehitaman, namun
warnanya tidak sepekat pada proses sokhletasi, ini menandakan bahwa ekstrak
biji kopi yang terambil kurang sempurna dibandingkan dengan metode sokhletasi.
Selanjutnya
larutan hasil dari sokhletasi di pisahkan. Proses pemisahan yang pertama
larutan disaring, dalam literature seharusnya larutan disaring menggunakan
corong Buchner, namun pada saat praktikum corong Buchner tidak dapat digunakan
sehingga kita menggunakan penyaringan manual menggunakan kertas saring. Proses
kedua. filtrate yang didapatkan dari proses pertama ditambahkan timbal asetat
sebanyak ml, lalu larutan disaring
menggunakan kertas saring dan didapatkan residu yang berwarna coklat dan
filtrate yang berwarna coklat kehitaman. Proses ketiga, filtrate yang didapat
pada proses kedua ditambahkan kloroform sebanyak 25 ml, lalu dikocok
menggunakan corong pisah. Pada proses ini didapatkan 2 lapisan. Lapisan bawah
adalah ekstrak kafein + klorofom ditampung. Kemudian lapisan atas dari proses
ketiga ditambahkan kloroform lagi sebanyak 20ml dan dikocok kembali. Pada
proses ini didapatkan ditambahkan klorofrom
Proses
pemurnian untuk larutan yang dihasilkan dengan metode perkolasi sebenarnya sama
dengan pemurnian larutan pada metode sokhletasi, namum pada praktikum tidak
terbentuk lapisan seperti pada metode sokhletasi, sehingga larutan dimasukkan
ke dalam proses rotary evaporator. Pada proses rotary evaporator didapatkan
ekstrak kafein sebanyak 100 ml berwarna coklat kehitaman pekat dan kental.
Larutan
dari kedua metode di sublimasi untuk mendapatkan kristal kafein, penambahan kloroform
sebelum proses sublimasi berfungsi untuk mengikat kafein, dan pada saat menguap
diharapkan agar kafein tertinggal di bawah gelas arloji membentuk kristal
sedangkan kloroform akan menguap. Akan tetapi pada praktikum ini tidak berhasil
membentuk kristal kafein karena pada
sublimasi untuk membentuk suatu kristal seharusnya pada proses pendinginan uap,
uap tidak menetes kembali kedalam larutan, namun pada praktikum uap tersebut
menetes lagi sehingga tidak terbentuk Kristal.
Untuk
membuktikan adanya kafein di uji dengan pereaksi parri, pada serbuk kafein di
tetesi dengan pereaksi parri, namun karena pada praktikum tidak terbentuk
Kristal, maka menggunakan ekstrak, didapatkan hasil yang positif karena
menghasilkan larutan coklat kehitaman. Kemudian ekstrak kafein di tetesi aseton
dan air lalu di lihat di mikriskop dan tidak terdapat kristal jarum panjang.
BAB V
PENUTUP
Dari
praktikum yang kami lakukan dapat di simpulkan antara lain:
1. Untuk
mendapatkan kafein dari biji kopi kami melakukan proses sokhletasi, perkolasi,
rotary evaporator, memisahkan destilat dari pengotor, pemisahan dengan corong
pisah dan sublimasi.
2. Dalam
praktikum ini metode yang kami gunakan adalah ekstraksi soxhletasi, pemisahan rotary
evaporator, pemisahan dengan corong pisah. dan pemurnian dengan sublimasi.
3. Manfaat
kafein adalah sebagai
Kafein membantu Anda untuk bisa berpikir lebih cepat, menstimulasi otak dan
sistem saraf, mencegah gigi berlubang,
mengurangi derita sakit kepala, melegakan napas penderita asma dengan
cara melebarkan saluran bronkial yang menghubungkan kerongkongan dengan paru
Kafein dapat membuat badan tidak cepat lelah, meningkatkan rasa riang, membuat
kita merasa lebih segar dan energik, mengurangi risiko terkena pengeroposan tulang
(osteoporosis), meningkatkan penampilan mental dan memori karena kopi dapat
merangsang banyak daerah dalam otak yang dapat mengatur tetap terjaga,
rangsangan, mood dan konsentrasi, menangkal radikal bebas dan menghancurkan
molekul yang dapat merusak sel DNA,
melindungi jantung dan kanker, mengurangi risiko pengidapan diabetes,
mencegah Parkinson pada pria, membuat sperma
berenang lebih cepat dan mampu meningkatkan kesuburan pria. Namun
ada pula dampak negatifnya, yaitu menimbulkan ketergantungan, perilaku
emosional dan menjadi cepat marah, atau cemas, stimulasi jantung berlebihan,
jantung berdebar dan pernapasan yang lebih cepat dan tak teratur. Hal ini bisa menghalangi masuknya oksigen ke
dalam otak yang dibutuhkan untuk menjaga agar pikiran tetap tenang dan rasional.
4.
Serbuk kafein tidak diperoleh sehingga
tidak dapat diketahui secara kuantitatif.
5.2 Saran
1. Sebaiknya
bahan yang digunakan lebih banyak agar ekstrak yang di hasilkan juga banyak.
2. Pada
saat proses sublimasi lebih diperhatikan lagi prosedurnya, titik leleh kafein,
dan proses pemisahan kafein agar kafein benar-benar murni tidak ada pengotor.
3. Sebaiknya
diperhatikan seluruh proses yang dilakukan secara maksimal untuk meminimalisir
kesalahan yang terjadi pada saat praktikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar