Minggu, 17 November 2013

teknik pemisahan kopi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kopi adalah minuman yang sudah tidak asing lagi dikonsumsi oleh orang Indonesia. Kebanyakan orang mengkonsumsi kopi tersebut untuk mengusir rasa kantuk, karena dalam kopi terdapat senyawa kafein yang berfungsi sebagai stimulant untuk sistem saraf pusat (SSP), memiliki efek sementara menangkal mengantuk dan mengembalikan kewaspadaan. Namun tidak banyak juga yang mengonsumsi kopi karena sudah menjadi kebiasaan, hal ini dikarenakan kafein menimbulkan ketergantungan. Sehingga ketika terbiasa menikmati kafein, maka ketika kinerja kognitif dan suasana hati Anda menurun maka Anda berpikir bahwa hanya kafeinlah yang bisa membuat Anda kembali bersemangat. Padahal sebenarnya kafein tidak meningkatkan kinerja Anda, namun hanya mengembalikannya ke tingkat normal untuk waktu yang singkat. Kafein memberi pengaruh pada perilaku emosional dan membuat Anda jadi cepat marah, atau cemas. Berdasar studi yang dilakukan di Carnegie Mellon University mengungkapkan, lonjakan adrenalin akibat kafein juga berakibat negatif pada kenaikan tekanan darah, stimulasi jantung berlebihan, jantung berdebar dan pernapasan yang lebih cepat dan tak teratur. Hal ini bisa menghalangi masuknya oksigen ke dalam otak yang dibutuhkan untuk menjaga agar pikiran tetap tenang dan rasional. Maka sebaiknya kita jangan mengonsumsi kafein berlebihan, kadar kafein yang disarankan adalah satu cangkir kafein per hari atau sekitar 100 mg kafein, kalaupun kita mengurangi konsumsi kafein, pengurangan kafein tersebut  bisa membuat seseorang mengalami sakit kepala, mudah lelah, mengantuk, sulit konsentrasi, depresi dan kecemasan setelah mengurangi asupan kafein satu cangkir per hari.
Maka dari itu, kita ingin mengisolasi kafein dari kopi tersebut agar kita bisa tahu rumus strukturnya sehingga kita bisa membuat sintesisnya. Jika kita bisa membuat sintesisnya, kita bisa mudah mendapatkan kafein, tidak usah meminum kopi terlebih dahulu, serta kita bisa mengonsumsinya dengan dosis yang sesuai. Jika kita mengonsumsi kafein dalam bentuk kopi, kita tidak tahu kadar kafein didalamnya apakah sesui atau tidak, sehingga bisa saja keuntungan mengonsumsi kafein berubah menjadi kerugian apabila mengonsumsinya berlebihan.
1.2  Tujuan
1.      Memisahkan ekstrak kafein dari kopi dengan metode sokhletasi
2.      Memisahkan ekstrak kafein dari kopi dengan metode perkolasi
3.      Memurnikan kafein dengan cara sublimasi
4.      Membandingkan ekstrak kafein dari kopi dengan metode sokhletasi dan perkolasi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

index.jpgimages.jpg

2.1  Tinjauan Umum Kopi
2.1.1  Klasifikasi Tanaman Kopi
Klasifikasi tanaman kopi sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophita
Sub-divisio      : Angiospermae
Kelas               : Dicotiledonea
Ordo                : Rubiales
Family             : Rubiaceae
Genus              : Coffea
Species            : Coffea sp

2.1.2 Morfologi Tanaman Kopi.
Batang          : Tegak lurus, beruas-ruas dan cabang susunannya agak rumit.
Daun            : Bulat telur dengan ujung agak meruncing, daun tumbuh berhadapan pada  batang, cabang, dan ranting-rantingnya.
Akar             : Umumnya kopi memiliki sistem perakaran yang dangkal.
Bunga           : Berukuran kecil, mahkotanya berwarna putih dan berbau harum semerbak. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benangsarinya terdiri dari 5-7 tangkai yang berukuran pendek.
Buah             : Terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 (tiga) bagian lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk  (endokarp) yang tipis tetapi keras.



2.2  Deskripsi Kafein

1,3,7-Trimetil xantin

Rumus molekul : C8H10N4O2
BM : 194,19 g/mol
BJ : 1,2 g/cm3
Titik leleh : 200-2010C
Gugus fungsional:
Pemerian : Serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih; biasanya menggumpal; tidak berbau; rasa pahit
Kelarutan : agak sular larut dalam air dan dalam ethanol (95%) P; mudah larut dalam chlorofom; sukar larut dalam eter P.

            Kafein tergolong jenis alkaloid yang juga dikenal sebagai trimetilsantin. Memiliki fungsi utama sebagai stimulan syaraf pusat dan kardiotonikum.
Kafein dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun teh, coklat. Pada tumbuhan kafein berperan sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan mematikan serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. kafein merupakan zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia, dan umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan cara mengekstraksinya dari biji kopi dan daun teh.

2.2.1  Manfaat kafein
Beberapa manfaat kafein yang ada dalam kopi untuk manusia sebagai berikut:
·         Kafein membantu Anda untuk bisa berpikir lebih cepat
·         menstimulasi otak dan sistem saraf
·         Kafein mencegah gigi berlubang
·         Kafein mengurangi derita sakit kepala
·         Kafein bisa melegakan napas penderita asma dengan cara melebarkan saluran bronkial yang menghubungkan kerongkongan dengan paru Kafein dapat membuat badan tidak cepat lelah.
·         Kafein bisa meningkatkan rasa riang, membuat kita merasa lebih segar dan energik.
·         Perempuan yang minum dua cangkir kopi atau lebih per hari dapat mengurangi risiko terkena pengeroposan tulang (osteoporosis).
·         Kopi dapat meningkatkan penampilan mental dan memori karena kopi dapat merangsang banyak daerah dalam otak yang dapat mengatur tetap terjaga, rangsangan, mood dan konsentrasi.
·          Kafein dapat menangkal radikal bebas dan menghancurkan molekul yang dapat merusak sel DNA.
·          Kafein juga melindungi jantung dan kanker.
·          Untuk mengurangi risiko pengidapan diabetes.
·          Mencegah Parkinson pada pria.
·         Minum kopi membuat sperma  berenang  lebih cepat dan mampu meningkatkan kesuburan pria.

2.2.2  Kerugian Kafein
         Kerugian jika mengonsumsi kafein secara berlebihan:
·         Menimbulkan ketergantungan.
·         Pada perilaku emosional dan membuat Anda jadi cepat marah, atau cemas.
·         Stimulasi jantung berlebihan, jantung berdebar dan pernapasan yang lebih cepat dan tak teratur.  Hal ini bisa menghalangi masuknya oksigen ke dalam otak yang dibutuhkan untuk menjaga agar pikiran tetap tenang dan rasional.
·         Pengurangan kafein membuat seseorang mengalami sakit kepala, mudah lelah, mengantuk, sulit konsentrasi, depresi dan kecemasan setelah mengurangi asupan kafein satu cangkir per hari.


2.2    Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi digunakan untuk memisahkan dua zat berdasarkan perbedaan kelarutan.
Metode ekstraksi dibagi menjadi dua, yaitu metode secara panas dengan bantuan pemanasan dan metode secara dingin, tanpa pemanasan.
Metode secara panas meliputi :
-         Sokhletasi
Yaitu ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ektraksi kontiniu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
-         Digesti
Yaitu maserasi kinetik ( dengan pengadukan terus-menerus) pada temperatur yang lebih tinggi suhu kamar.
-         Infus dan Dekoksi
Yaitu ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
-         Reflux
Yaitu ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Metode secara dingin meliputi :
-       Maserasi
Yaitu cara ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan cara merendam simplisia dengan cairan penyari.
-       Perkolasi
Yaitu cara ekstraksi dengan mengalirkan penyari secara lambat pada simplisia.

2.3    Sublimasi
Sublimasi adalah perubahan zat dari wujud padat ke gas atau sebaliknya. Proses sublimasi atau penyubliman  merupakan proses pemurnian untuk senyawa-senyawa yang dapat menyublim.
Kafein merupakan zat yang dapat menyublim, oleh karena itu pemurniannya dapat dilakukan dengan sublimasi.  Menurut literatur hasil yang diperoleh dari proses sublimasi, berupa hablur kristal jarum yang mengkilap berwarna putih tidak berbau, berasa pahit dan agak sukar larut dalam air.
2.4         Metode Pemisahan dan Pemurnian Kafein.
Pada literatur yang diperoleh, pemisahan ekstrak kafein dari kopi dilakukan dengan  metode refuks saja. Pemisahan dilakukan dengan dua tahap, yang pertam a digunakan pelarut air, karena menurut literatur, kafein mudah larut dalam air. Selain itu, air mudah didapat dan pada suhu tinggi tidak merusak kafein selama isolasi. Kelemahan dari pelarut ini adalah waktunya lebih lama, karena air mendidih pada suhu 100oC dan pemecahan kafein dari garam-garam tanaman sukar. Hal ini menyebabkan ekstrak kafein yang didapat lebih sedikit. Pemisahan tahap kedua, digunakan pelarut kloroform dengan ekstraksi cair-cair. Ekstrak yang didapat kemudian dimurnikan dengan cara sublimasi.
Metode pemisahan yang digunakan untuk isolasi kafein kopi pada percobaan ini adalah refluks dan maserasi. Hal ini bertujuan untuk membandingkan hasil ekstrak kafein yang diperoleh antara metode ekstraksi secara panas (refluks) dengan bantuan pemanasan dan secara dingin (maserasi) tanpa pemanasan. Perlakuannya  hampir sama dengan literatur , tetapi pelarut yang digunakan pada pemisahan  tahap pertama pertama adalah etanol.

2.5         Tabel Perbandingan Metode Perkolasi dan Sokhletasi
No.

Perkolasi
Sokhletasi

Suhu yang digunakan
Suhu ruangan
Tergantung pelarut

Waktu yang dibutuhkan
27jam
Tergantung pelarut

Keuntungan
1.Tidak membutuhkan pemanasan.
2. bisa digunakan untuk bahan yang tidak tahan terhadap panas.
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.

Kerugian
1.      Membutuhkan waktu yang lama.
2.      Perlu dilakukan proses maserasi terlebih dahulu sebelum dilakukan proses perkolasi.
3.      Cairan penyari yang digunakan banyak.
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian.
2. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.

2.6      Pengujian Kafein
Pengujian perlu dilakukan untuk memastikan bahwa ekstrak yang diperoleh adalah ekstrak kafein. Pengujian dapat dilakukan secara fisika atau kimia. Secara fisika dapat berupa pengujian titik leleh atau mengukur densitas. Sedangkan secara kimia dapat dilakukan dengan penambahan reagen-reagen kimia, contohnya pereaksi Parri. Identifikasi dengan pereaksi Parri dilakukan dengan meneteskan beberapa tetes pereaksi parri lalu lihat warna yang terbentuk, jika warnanya hijau kecoklatan, berarti positif mengandung kafein.
2.8 Kerangka Teori Percobaan
Pada literatur pelarut yang digunakan adalah air, namun pada percobaan ini digunakan pelarut etanol. Pelarut yang digunakan dalam pemisahan tahap pertama kafein ini adalah etanol baik sokhletasi maupun perkolasi. Hal ini berdasarkan sifat kelarutan kafein yang agak sukar larut dalam etanol, tetapi jika suhunya dinaikkan kelarutannya bisa bertambah. Pada metode sokhletasi, penggunaan etanol diharapkan akan mempercepat proses ekstraksi, karena etanol mempunyai titik didih ±70oC, sehingga lebih cepat mendidih bila dibandingkan dengan air. Sedangkan pada metode perkolasi, etanol digunakan untuk mencegah kontaminan bakteri atau jamur selama proses.
Pemisahan tahap dua, larutan yang diperoleh dari proses pemisahan pertama disaring dengan corong Buchner. Sehingga didapatkan residu dan filtrate. Filtrate yang diperoleh ditetesi dengan larutan Timbal setat dengan sedikit demi sedikit. Lalu larutan disaring akan terdapat residu dan filtrate. Filtrate yang didapatkan akan diproses dip roses pemisahan tahap tiga.
Pemisahan tahap ketiga, filtrate yang didapatkan dari proses pemisahan tahap dua dipisahkan menggunakan pelarut. Digunakan pelarut kloroform dengan ekstraksi cair-cair yaitu pengocokan filtrate yang didapatkan dari proses pemisahan tahap dua dan pelarut klorofom dalam corong pisah. Kafein larut baik dalam kloroform sehingga untuk memperoleh ekstrak kafein yang maksimal digunakan pelarut ini. Setelah dikocok, akan terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah (CHCl3) = coklat susu, bagiat atas (air)=coklat muda. Lalu didiamkan.
Pada proses pemurnian, ekstrak yang didapat disublimasi. Ekstrak kafein akan menguap dan langsung didinginkan, sehingga akan terbentuk endapan ekstrak kafein dibawah kaca arloji.


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1  Alat dan Bahan
3.1.1  Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :

1.      Alat perkolasi :
-         Percolator
-         Botol cairan penyari
-         Keran
-         Tutup karet
-         Gabus bertoreh
-         Sarangan
-         Botol perkolat
2.      Gelas beker
3.      Kaca arloji
4.      Corong pisah
5.      Corong Buchner
6.      Kertas saring whatman
7.      Erlenmeyer
8.      Gelas ukur
9.      Kompresor
10.  Ayakan
11.  Blender
12.  Neraca
13.  Kertas perkamen
14.  Sendok tanduk
15.  Waterbath

3.1.2        Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
1.         Biji kopi yang telah dihaluskan.
2.         Etanol
3.         Es batu
3.2    Proses Pemisahan
3.2.1        Persiapan Biji Kopi
              Biji kopi dibeli dalam keadaan matang. Biji kopi ditumbuk sebanyak 100 g sampai agak halus kemudian diblender hingga halus. Serbuk kopi yang akan diekstrak perlu diayak dahulu agar derajat kehalusannya sama. Ekstrak kopi menggunakan ayakan nomor 24/34.
3.2.2        Metode Sokhletasi
20 g kopi yang telah halus dimasukkan kedalam gulungan kertas saring, ikat dengan benang dan masukkan ke dalam alat sokhletasi. Etanol ±180ml dimasukkan ke alat sokletasi melalui ujung kondensor. Proses sokhletasi dilakukan dengan langkah awal pemanasan pada dasar labu dengan temperature ±77 derajat celcius agarproses berjalan maksimal. Esktrak kopi akan terangkat oleh etanol dan jatuh menjadi datu dengan etanol didasar labu. Proses sokletasi dihentikan ketika tetesan ekstrak yang bercampur dengan etanol berwarna pucat atau bening yang menandakan ekstrak pada kopi habis.
3.2.3        Metode perkolasi
Pemisahan tahap pertama, 20 g serbuk kopi direndam dengan menggunakan 150 ml etanol dalam gelas beaker dan ditutup dengan kertas alumunium foil, didiamkan selama 3 jam.  Setelah 3 jam, massa dimasukkan ke dalam percolator sambil tiap kali ditekan hati-hati. Selanjutnya dituangi cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Kemudian percolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Selanjutnya cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1ml/menit dan ditambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia, hingga jika 500mg percolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa.
Pada proses pemurnian, ekstrak yang ditampung dalam gelas beker, ditutup dengan kaca arloji yang diatasnya diisi es batu, kemudian dipanaskan.
3.2.4        Skema Kerja Perkolasi


































Rounded Rectangle: 20 g serbuk kopi
Rounded Rectangle: Dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi etanol










Rounded Rectangle: Dipindahkan ke perkolator
Rounded Rectangle: Larutan didiamkan selama 3 jam dan ditutup dengan alumunium foil














Rounded Rectangle: Dibiarkan menetes dengan kecepatan 1ml per menit
Rounded Rectangle: Percolator ditutup dan didamkan selama 24 jam.










Rounded Rectangle: Diuapkan hingga tidak meninggalkan sisa

Rounded Rectangle: Dituangi cairan penyari dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari










Rounded Rectangle: Disuling dengan suhu 5o derajat celcius
 


















3.2.5          Skema pemurnian pada proses perkolasi

3.2.6 Skema metode sokhletasi
















Rounded Rectangle: Masukkan ke dalam alat sokletasi
Rounded Rectangle: Masukkan etanol  ±100 ml melalui ujung kondensor

Rounded Rectangle: 20 gram kopi











Rounded Rectangle: Dilakukan proses soxhletasi  dengan suhu ±77 derajat C sampai tetesan ekstrak yang bercampur dengan etanol berwarna pucat atau bening

 











3.2.7 Skema pemurnian pada proses sokhletasi


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil Pengamatan
4.1.1        Hasil Sokhletasi
Pada praktikum yang telah dilakukan, 20 gram biji kopi yang telah dikeringkan dan dihaluskan menjadi serbuk kopi dibungkus dengan kertas saring lalu dimasukkan kedalam timbel dan dilakukan proses soxhletasi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 150 ml. Hasil dari proses sokhletasi diperoleh 100 ml larutan ekstrak biji kopi berwarna coklat kehitaman dengan sirkulasi sebanyak 15 sirkulasi dengan rata-rata waktu tiap sirkulasi antara 25 menit sampai 45 menit. Organoleptis dari larutan ekstrak biji kopi sebagai berikut: larutan mempunyai bau campuran antara kopi dengan etanol yang berwarna coklat kehitaman.
Selanjutnya larutan ekstrak biji kopi masuk ke proses pemisahan. Proses pemisahan yang pertama larutan disaring, dalam literature seharusnya larutan disaring menggunakan corong Buchner, namun pada saat praktikum corong Buchner tidak dapat digunakan sehingga kita menggunakan penyaringan manual menggunakan kertas saring. Proses kedua. filtrate yang didapatkan dari proses pertama ditambahkan timbal asetat sebanyak   ml, lalu larutan disaring menggunakan kertas saring dan didapatkan residu yang berwarna coklat dan filtrate yang berwarna coklat kehitaman. Proses ketiga, filtrate yang didapat pada proses kedua ditambahkan kloroform sebanyak 25 ml, lalu dikocok menggunakan corong pisah. Pada proses ini didapatkan 2 lapisan. Lapisan bawah adalah ekstrak kafein + klorofom ditampung. Kemudian lapisan atas dari proses ketiga ditambahkan kloroform lagi sebanyak 20ml dan dikocok kembali.
Larutan yang didapat sebanyak 300 ml larutan yang berwarna coklat kehitaman dan berbau kopi. Selanjutnya disublimasi, tidak didapatkan Kristal kafein.
Identifikasi kafein :
Ekstrak kafein ditambah pereaksi Parri dihasilkan larutan berwarna hijau kecoklatan
Ekstrak kafein ditambah aseton dan ditambah aquades dilihat dimikroskop tidak terbentuk jarum panjang.


4.1.2        Hasil Perkolasi
Pada praktikum yang telah dilakukan, 20 gram biji kopi yang telah dikeringkan dan dihaluskan menjadi serbuk kopi dimasukkan kedalam beaker glass dan ditambahkan etanol 70% sebanyak  ml dan kemudian dimaserasi selama satu hari. Setelah dimaserasi, kopi dan larutan dari proses maserasi dimasukkan kedalam percolator. Kecepatan pelarut yang menetes diatur permenitnya 150 ml larutan. Percolator selalu ditambahkan etanol bila etanol dalam infuse sudah habis. Kita melakukan penambahan etanol sebanyak dua kali, yang masing-masing ditambahkan sebanyak 150 ml. Proses perkolasi dilakukan selama 1 minggu. Organoleptis dari larutan ekstrak biji kopi sebagai berikut: larutan mempunyai bau campuran antara kopi dengan etanol yang berwarna coklat kehitaman.
Selanjutnya larutan ekstrak biji kopi di murnikan. Proses pemisahan yang pertama larutan disaring, dalam literature seharusnya larutan disaring menggunakan corong Buchner, namun pada saat praktikum corong Buchner tidak dapat digunakan sehingga kita menggunakan penyaringan manual menggunakan kertas saring. Proses kedua. filtrate yang didapatkan dari proses pertama ditambahkan timbal asetat sebanyak   ml, lalu larutan disaring menggunakan kertas saring dan didapatkan residu yang berwarna coklat dan filtrate yang berwarna coklat kehitaman. Proses ketiga, filtrate yang didapat pada proses kedua ditambahkan kloroform sebanyak 25 ml, lalu dikocok menggunakan corong pisah. Pada proses ini tidak terbentuk lapisan. Lalu ditambahkan kloroform lagi sebanyak 25 ml dan dikocok kembali, namun tetap tidak terbentuk lapisan. Larutan tersebut kemudian masuk proses rotary evaporator karena pemurnian menggunakan penambahan bahan kimia tidak bisa. Larutan yang semula sebanyak 450 ml menjadi 100 ml
. Organoleptis larutan dari proses rotary evaporator sebagai berikut: destilat berbau kopi berwarna coklat kehitaman berbentuk liquid yang kental. Larutan disublimasi tidak didapatkan serbuk berwarna coklat yang menempel pada gelas arloji berbau kopi.
Identifikasi kafein :
Ekstrak kafein yang ada kafein ditambah pereaksi Parri dihasilkan larutan berwarna hijau kecoklatan
Ekstrak kafein ditambah aseton dan ditambah aquades dilihat dimikroskop tidak terbentuk jarum panjang.

4.2    Pembahasan
Pada biji kopi yang telah dihaluskan diharapkan etanol dapat mengambil senyawa zat yang berada didalam biji kopi yang didasarkan pada semakin besar ukuran partikel maka semakin lama zat dalam partikel terambil karena ukuran partikel berpengaruh pada luas permukaan, dan luas permukaan sangat berpengaruh pada laju reaksi. Semakin besar luas permukaan maka reaksi yang berlangsung akan semakin cepat. Dengan dihaluskannya biji kopi maka luas permukaan akan lebih besar, sehingga waktu yang digunakan untuk reaksi lebih cepat dibandingkan dengan biji kopi yang tidak dihaluskan.Pelarut yang digunakan adalah etanol karena etanol dapat mengambil senyawa organic yang ada pada biji kopi, selain itu harganya lebih murah dibandingkan pelarut lainnya, dan etanol mempunyai titik didih lebih kecil daripada eter. Etanol mempunyai titik didih±780C sedangkan eter mempunyai titik didih ±1400C, sementara kafein mempunyai titik didih ±1780C,sehingga etanol dipilih menjadi pelarut yang tepat karena perbedaan titik didih antara zat kafein dalam daun teh dan etanol tidak terlalu dekat,dengan demikian pemisahan zat kafein dengan pelarutnya lebih mudah terambil dan lebih maksimal daripada mengunakan eter. Selain itu eter dan etanol dapat berbahaya bagi kesehatan, akan tetapi tingkat bahaya eter lebih tinggi daripada etanol.
Larutan zat yang didapat pada proses sokhletasi berwarna coklat kehitaman ini menandakan bahwa senyawa dalam biji kopi dapat terambil dengan maksimal dengan pelarut yang di pilih dan senyawa zat dalam daun teh serta pelarut dapat larut didasar labu. Dalam sokhletasi pelarut mengambil semua senyawa zat dalam biji kopi secara bertahap, hal ini menyebabkan sokhletasi berjalan beberapa kali sirkulasi sehingga mendapatkan larutan coklat kehitaman yang pekat. Proses sokhletasi di hentikan apabila larutan di dalam timbel sudah bening yang berarti zat dalam biji kopi telah habis bereaksi dengan pelarut etanol. Dalam proses ini memiliki kendala pada waktu yang kurang, sehingga proses soxhletasi tidak dapat dilakukan dalam sekali praktikum tetapi dilakukan dalam dua kali praktikum dan larutan didalam timbel tidak sampai bening. Sedangkan biji kopi yang diekstrak menggunakan metode perkolasi larutan zat berwarna coklat kehitaman, namun warnanya tidak sepekat pada proses sokhletasi, ini menandakan bahwa ekstrak biji kopi yang terambil kurang sempurna dibandingkan dengan metode sokhletasi.
Selanjutnya larutan hasil dari sokhletasi di pisahkan. Proses pemisahan yang pertama larutan disaring, dalam literature seharusnya larutan disaring menggunakan corong Buchner, namun pada saat praktikum corong Buchner tidak dapat digunakan sehingga kita menggunakan penyaringan manual menggunakan kertas saring. Proses kedua. filtrate yang didapatkan dari proses pertama ditambahkan timbal asetat sebanyak   ml, lalu larutan disaring menggunakan kertas saring dan didapatkan residu yang berwarna coklat dan filtrate yang berwarna coklat kehitaman. Proses ketiga, filtrate yang didapat pada proses kedua ditambahkan kloroform sebanyak 25 ml, lalu dikocok menggunakan corong pisah. Pada proses ini didapatkan 2 lapisan. Lapisan bawah adalah ekstrak kafein + klorofom ditampung. Kemudian lapisan atas dari proses ketiga ditambahkan kloroform lagi sebanyak 20ml dan dikocok kembali. Pada proses ini didapatkan ditambahkan klorofrom
Proses pemurnian untuk larutan yang dihasilkan dengan metode perkolasi sebenarnya sama dengan pemurnian larutan pada metode sokhletasi, namum pada praktikum tidak terbentuk lapisan seperti pada metode sokhletasi, sehingga larutan dimasukkan ke dalam proses rotary evaporator. Pada proses rotary evaporator didapatkan ekstrak kafein sebanyak 100 ml berwarna coklat kehitaman pekat dan kental.
Larutan dari kedua metode di sublimasi untuk mendapatkan kristal kafein, penambahan kloroform sebelum proses sublimasi berfungsi untuk mengikat kafein, dan pada saat menguap diharapkan agar kafein tertinggal di bawah gelas arloji membentuk kristal sedangkan kloroform akan menguap. Akan tetapi pada praktikum ini tidak berhasil membentuk  kristal kafein karena pada sublimasi untuk membentuk suatu kristal seharusnya pada proses pendinginan uap, uap tidak menetes kembali kedalam larutan, namun pada praktikum uap tersebut menetes lagi sehingga tidak terbentuk Kristal.
Untuk membuktikan adanya kafein di uji dengan pereaksi parri, pada serbuk kafein di tetesi dengan pereaksi parri, namun karena pada praktikum tidak terbentuk Kristal, maka menggunakan ekstrak, didapatkan hasil yang positif karena menghasilkan larutan coklat kehitaman. Kemudian ekstrak kafein di tetesi aseton dan air lalu di lihat di mikriskop dan tidak terdapat kristal jarum panjang.


BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Dari praktikum yang kami lakukan dapat di simpulkan antara lain:
1.      Untuk mendapatkan kafein dari biji kopi kami melakukan proses sokhletasi, perkolasi, rotary evaporator, memisahkan destilat dari pengotor, pemisahan dengan corong pisah dan sublimasi.
2.      Dalam praktikum ini metode yang kami gunakan adalah ekstraksi soxhletasi, pemisahan rotary evaporator, pemisahan dengan corong pisah. dan pemurnian dengan sublimasi.
3.      Manfaat kafein adalah sebagai Kafein membantu Anda untuk bisa berpikir lebih cepat, menstimulasi otak dan sistem saraf, mencegah gigi berlubang,  mengurangi derita sakit kepala, melegakan napas penderita asma dengan cara melebarkan saluran bronkial yang menghubungkan kerongkongan dengan paru Kafein dapat membuat badan tidak cepat lelah, meningkatkan rasa riang, membuat kita merasa lebih segar dan energik, mengurangi risiko terkena pengeroposan tulang (osteoporosis), meningkatkan penampilan mental dan memori karena kopi dapat merangsang banyak daerah dalam otak yang dapat mengatur tetap terjaga, rangsangan, mood dan konsentrasi, menangkal radikal bebas dan menghancurkan molekul yang dapat merusak sel DNA,  melindungi jantung dan kanker, mengurangi risiko pengidapan diabetes, mencegah Parkinson pada pria, membuat sperma  berenang  lebih cepat dan mampu meningkatkan kesuburan pria. Namun ada pula dampak negatifnya, yaitu menimbulkan ketergantungan, perilaku emosional dan menjadi cepat marah, atau cemas, stimulasi jantung berlebihan, jantung berdebar dan pernapasan yang lebih cepat dan tak teratur.  Hal ini bisa menghalangi masuknya oksigen ke dalam otak yang dibutuhkan untuk menjaga agar pikiran tetap tenang dan rasional.
4.      Serbuk kafein tidak diperoleh sehingga tidak dapat diketahui secara kuantitatif.



5.2  Saran
1.      Sebaiknya bahan yang digunakan lebih banyak agar ekstrak yang di hasilkan juga banyak.
2.      Pada saat proses sublimasi lebih diperhatikan lagi prosedurnya, titik leleh kafein, dan proses pemisahan kafein agar kafein benar-benar murni tidak ada pengotor.
3.      Sebaiknya diperhatikan seluruh proses yang dilakukan secara maksimal untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi pada saat praktikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar