Kamis, 12 Desember 2013

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KUBIS MERAH TERHADAP DPPH DENGAN METODE KLT


AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KUBIS MERAH
TERHADAP DPPH DENGAN METODE KLT


OLEH
             VIVI CHRISTIANTI         
12.046
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTERA INDONESIA
MALANG
NOVEMBER 2013


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Masyarakat pasti tidak asing lagi dengan istilah radikal bebas, yang dimana radikal bebas itu sendiri merupakan atom atau senyawa yang kehilangan pasangan elektronnya (Kumalaningsih,2006) sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil electron dari molekul atau sel yang lain. Radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh seperti pada saat manusia bernafas. Senyawa tubuh seperti proses oksidasi, metabolism sel, olahraga berlebihan dan peradangan, selain itu radikal bebas juga dapat terbentuk karena factor eksternal seperti asap rokok, zat kimiawi dalam makanan dan polutan yang lain. Untuk melindungi tubuh dari serangan akibat radikal bebas dan juga meredam banyak dampak negative tubuh memerlukan antioksidan. Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau menghambat proses oksidasi (Morie,2009) berfungsi melindungi sel dari efek berbahaya akibata radikal bebas. Proses oksidasi sebenarnya penting untuk metabolisme tubuh, namun jika molekul yang dihasilkan jumlahnya berlebihan salah satunya akibat pengaruh gaya hidup tidak sehat ( merokok, stress, polusi, radiasi ) maka proses itu justru dapat merusak kesehatan. Tidak semua zat antioksidan sama jenis dan fungsinya, ada sekitar 10.000 senyawa kimia yang berperan sebagai antioksian, meski berbeda-beda semuanya memiliki kemampuan memusnahkan substansi radikal bebas, yang dapat mencederai sel-sel dalam tubuh dan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit seperti kanker. Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi lemak. Mekanisme oksidasi lemak teriri dari tiga tahap utama yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikan asam lemak, pada tahap propagasi radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi. Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak yang baru (Kumalaningsih,2006). Dalam proses melumpuhkan radikal bebas, vitamin E menjadi pelopor diikuti oleh vitamin C dan dengan bantuan senyawa glutathione, betakaroten, seng, mangan dan selenium akan memudahkan pelumpuhan radikal bebas. Di samping itu kelompok senyawa lain seperti flavonoid juga dapat memberikan yang sama pada reaksi penghambatan oksidasi lemak.
            Setiap manusia pada hakekatnya mendambakan hidup sehat. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, untuk itu diperlukan upaya kesehatan terpadu ( sehat jasmani, rohani dan social ) yang meliputi pencegahan penyakit pengobatan, pemulihan kesehatan salah satunya sengan memanfaatkan tanaman sebagai pengobatan alami, namun tidak sedikit juga yang menggunakan pengobatan sintetik. Karena pengobatan sintetik yang mempunyai banyak dampak buruk bagi kesehatan dan menimbulkan penyakit baru yang sebenarnya tidak pernah mengalaminya seperti kerusakan ginjal, jantung, hati, hipertengsi, menyebabkan tumor dan penyakt lainnya. Meskipun zat dapat merasa baik pada awalnya namun lama-kelamaan dapat membahayakan tubuh dan otak itu sebabnya masyarakat lebih berpikir dua kali untuk memilih pengobatan sintetik dan beralih ke pengobatan alami. Pengobatan bahan alam baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat dikarenakan tidak menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan dan juga mudah didapat apabila menggunakan bahan-bahan alami sebagai pengobatan.
            Masyarakat dapat menggunakan tanaman yang bermanfaat salah satunya adalah kubis merah, kubis merah banyak ditanam di dataran tinggi. Ada sekitar 400 varietas kubis di seluruh dunia yang bervariasi dalam bentuk, ukuran dan warna. Kubis merah merupakan tanaman budidaya Indonesia yang mudah dikembangkan sehinga jumlahnya cukup melimpah. Kubis merah memberikan banyak manfaat yaitu mencegah pertumbuhan kanker, mengatasi tungkak lambung, anti-inflamasi dan menangkal radikal bebas.
            Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, asam sinamat, kumarin, dan asam-asam organic polifungsional (Anonym,2010). Jenis flavonoid yang banyak ditemukan di alam diantaranya flavon, flavonol dan antosianidin. Glikosida antosianidin dikenal sebagai sebagai antosianin (Prayogo,2010). Antosianin merupakan senyawa antioksidan yang kuat dan dapat menangkap berbagai radikal bebas. Antosianin pada buah-buah an saja mempunyai sifat antioksidan yang tinggi tetapi turut bertindak sebagai anti radang, anti bakteri, anti kanker, memperbaiki fungsi penglihatan anti tumor dan anti penuaan.
            Antosianin mudah ditemukan pada sayuran dan buah-buah an berwarna merah lembayung seperti kubis merah. Kubis merah mengandung 36 antosianin dari 300 macam antosianin yang berperan dalam berbagai warna merah dan biru pada tanaman. Molekul pigmen ini disimpan dalam sel-sel daun kubis merah. Warna merah lembayung berasal dari sianidin termasuk antosianidin yang merupakan aplikon antosianin yang terbentuk bila dihidrolisis dengan asam selain mengandung antosianin, kubis segar juga mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, seerat. Kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, vitamin ( A,C,E, tiamin, riboflavin, nicotinamide ) dan beta karoten.
            Penarikan senyawa antosianin pada tanaman kubis merah dapat dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dalam suasana asam. Antosianin lebih stabil dalam suasana asam disbanding suasana alkalis maupun netral. Pemberian suasana asam  dapat digunakan asam tartarat 0,75%. Proses maserasi ini dilakukan pada suhu ruang selama 24 jam sambil dilakukan pengadukan. Hasil dari proses maserasi ini kemudian disentrifuge dan disaring dengan penyaring vacuum, filtrate yang didapat selanjtunya dipekatkan dengan evaporator.
            Aktivitas antioksidan tidak dapat diukur secara langsung, melainkan melalui efek antioksidan dalam mengontrol proses oksidasi. Untuk mengetahui daya antioksidan dari senyawa antosianin yang terdapat di dalam kubis merah , maka perlu dilakukan pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak kubis merah menggunakan metode DPPH.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana aktivitas antioksidan pada kubis merah ( Brasicca oleracea L ) ?
1.3  Tujuan
            Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan ektrak kubis merah
 ( Brasicca oleracea L ) yang diduga mengandung senyawa antosianin
1.4  Manfaat Penelitian
  1. referensi tentang pemanfaatan kubis merah  ( Brasicca oleracea L ) sebagai antioksidan
  2. memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat dari ekstrak kubis merah
     ( Brasicca oleracea L )
1.5  Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
            Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah pengujian aktivitas antioksidan  pada ekstrak kubis merah menggunakan pereaksi DPPH.           Adapun keterbatasan masalah pada penelitian ini adalah kubis merah yang diperoleh di dataran tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kubis
2.1.1        sejarah
Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupatumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak zaman purbakala (2500-2000 SM) dan merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani Kuno.Mulanya kol merupakan tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh liar disepanjang pantai Laut Tengah, di karang-karang pantai Inggris, Denmark dan pantaiBarat Prancis sebelah Utara. Kol mulai ditanam di kebun-kebun Eropa kira-kira abadke 9 dan dibawa ke Amerika oleh emigran Eropa serta ke Indonesia abad ke 16 atau17. Pada awalnya kol ditanam untuk diambil bijinya.Di Indonesia Kol banyak ditanam di dataran tinggi dengan sentra terdapat diDieng, Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari, Purbalingga,Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang, Garut, Pengalengan dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya,tetapi beberapa varietas dapat ditanam di dataran rendah. Sedangkan untuk daerah budidaya di Sumatera Barat sendiri banyak terdapat di daerah Padang Panjang dan Alahan Panjang.
2.1.2 Deskripsi tanaman
            Kol tau Kubis ialah tumbuhan yang tergolong dalam keluarga cruciferae dan genus Brasicca. Ia merupakan tanaman asli yunani kuno dan Eropa. Buahya biasa digunakan sebagai sayur untuk masakan. Kubis ialah tumbuhan yang sering ditanam secara tahunan. Daun tanaman kubis berbentuk bulat telur, sampai lonjong dan lebar-lebar. Daun bagian luar ditutupi lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun bagian bawah tumbuhnya tidak membengkok, dapat mencapai panjang sekitar 30 cm. Batang tersebut berwarna hijau, tebal, dan lunak dan cukup kuat dan
bunga kubis merupakan bunga sempurna yang memiliki putik dan benang sari. ( Balai Penelitian Hortikultur Lembang,1993).
            Kubis terdiri dari berbagai macam beberapa diantaranya antara lain : Kubis putih (B.o. var. capitata L. f.alba DC.),Kubis merah (B.o. var. capitata L. f. rubra.) ,kubis Savoy (B.o. var. sabauda L.)
2.2 Kubis Merah      
  2.2.1 Klasifikasi Ilmiah
            Divisi               :    Spermatophyta
            Sub Divisi       :    Angiospermae
            Kelas               :    Dicotyledonae
            Family             :    Cruciferae
            Genus              :    Brasicca
            Spesies            :    Brasicca oleracea
            Kelas               :    Dicotyledonae
  2.2.2 Morfologi 
            Umumnya tanaman kubis merupakan tanaman semusim (annual) yang berbentuk perdu. Dengan susunan organ tubuh utama batang daun, bunga, buah, biji dsn akar, system perakaran tanaman ini relative dalam yang dpat menembus permukaan tanah yang kedalamannya antara 20-30 cm (Rukmana,1994). Pada umumnya tanaman tampak, yang ditutupi daun-daun yang disekelilingi batang hingga titik tumbuh, dan terdapat helaian daun yang bertangkai pendek (Rukmana,1994). kubis memiliki batang yang pendek dan banyak mengandung air (herbaeceous).. Tanaman ini memiliki batang yang bercabang yang tidak begitu
            Daun tanaman kubis berbentuk bulat telur, sampai lonjong dan lebar-lebar. Daun bagian luar ditutupi lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun bagian bawah tumbuhnya tidak membengkok, dapat mencapai panjang sekitar 30 cm, daun-daun berikutnya mulai membengkok menutupi daun muda yang ada diatasnya. Pada frase pertumbuhan daun ini akan terbentuk krop (Pracaya,2001). Kadang karena besarnya tekanan-tekanan daun-daun muda yang terbentuk dibagian dalam tanpa diimbangi mengembangnya daun tersebut mengakibatkan kepala krop pecah.keadaan ini bisa  terjadi ketika tanaman akan berbunga. Bunga dari tanaman ini merupakan kumpulan masa bunga yang berjumlah 500 kuntum,
2.2.3 Kandungan Gizi
kubis segar juga mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, seerat. Kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, vitamin ( A,C,E, tiamin, riboflavin, nicotinamide ) dan beta karoten. Kubis segar merupakan sumber antioksidan alami, vitamin C. Mengandung 36,6 mg atau sekitar 61% dari RDA, melebihi jeruk,

2.2.4 Kandungan Kimia
Sianohidroksibutena, Sulforan, Iberin (Ekasari,2010)
2.2.5 Manfaat
            Mencegah pertumbuhan kanker, mengatasi tungkak lambung, kubis adalah sumber yang baik dari asam amino glutamine dan dipercaya untuk membantu  mereka yang menderita dari semua jenis peradangan (anti-inflamasi), karena tinggi akan vitamin C kubis membantu tubuh untuk melawan terhadap radikal bebas (meningkatkan system kekebalan tubuh) , mencegah resiko katarak, vitamin K dan antosianin, antioksidan mengurangi plak pada otak, sehingga dapat membantu mencegah penyakit Alzheimer,meringankan sembelit, asam laktat membantu meringankan nyeri otot.
2.3 Flavonoid
            Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6.
            Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuyhan termasuk daun, akar, kayu, kulit tepung sari, nectar, bunga, buah buni, dan biji.
            Klasifikasi flavonoid sangat beragam, diantaranya ada yang mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavonol, flavonon, antosianin, dan kalkon.  (lenny,2006)

2.4 Radikal Bebas
            Radikal bebas adalah atom atau senyawa yang kehilangan pasangan elektronnya (Kumalaningsih,2006). Radikal bebas merupakan spesies yang tidak stabil karena memiliki electron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan electron dalam makromolekul biologi. Radikal bebas memiliki reaktivitas yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh sifatnya yang segera menarik atau menyerang electron di sekelilingnya (winarsi,2007), baik berupa senyawa lipid, lipoprotein, protein, karhohidrat, RNA, maupun DNA. Radikal bebas dapat masuk dan terbentuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kondisi lingkungan yang tidak sehat dan makanan berlemak.
2.5 Antosianin
Gambar 2.5.1 Rumus Struktur Antosianin    
2.5.1 Deskripsi
            Antosianin merupakan pigmen pembawa warna merah keunguan pada buah-buahan, sayuran, dan tanaman bunga. Antosianin merupakan senyawa flavonois yang dapat melindungi sel dari ultraviolet (Anonym, 2010). Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatic tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi (Prayogo, 2010)
            Antosianin tidak mantap dalam larutan netral atau basa, maka dari itu harus diekstraksi dengan pelarut dalam suasana asam dan larutannya harus disimpan di tempat gelap dan sebaiknya didinginkan.
2.5.2 Sumber Antosianin
            Antosianin mudah ditemukan pada sayuran dan buah-buahan berwarna merah keunguan. Contoh pangan kaya antosianin adalah blackberry, blueberry, cranberry, black raspberry, red raspberry, strawberry, buah terong belanda, plum, murbei, anggur, kismis, kubnis merah, lobak merah, bawang merah, terong dan lain-lain. Antosianin dalam jumlah sangat sedikit juga ditemukan pada buah pisang, asparagus, kacang polong, buah pir dan kentang (Anonym,2010)
2.5.2 Manfaat Antosianin
            Salah satu fungsi antosianin adalah sebagai antioksidan di dalam tubuh, yaitu dengan cara memperlambat atau mencegah proses oksidasi, sehingga dapat mencegah terjadinya ateroklerosis, penyakit penyumbatan pembuluh darah. Selain itu, antosianin juga merelaksasi pembuluh darah untuk mencegah penyakit asteoklerosis dn penyakit kardiovaskuler lainnya. Berbagai manfaat positif dari antosianin untuk kesehatan manusia adalah melindungi lambung dari kerusakan, menghambat sel tumor, meningkatkan kemampuan penglihatan mata, serta berfungsi sebagai senyawa anti-inflamasi yang melindungi otak dari kerusakan. Selain itu, dapat menangkal radikal bebas.
2.5.4 Stabilitas Antosianin
            Antosianin secara umum mempunyai stabilitas yang rendah. Pada pemanasan yang tinggi, kestabilan dan ketahanan zat warna antosianin akan berubah dan mengakibatkan kerusakan. Selain mempengaruhi warna antosianin, pH juga mempengaruhi stabilitasnya, dimana dalam suasana asam akan bewarna merah dan suasana basa bewarna biru. Antosianin lebih stabil dalam suasana asam daripada dalam suasana alkalis maupun netral. Zat ini juga tidak stabil dengan adanya oksigen dan asam askorbat. Asam askorbat kadang melindungi antosianin tetapi ketika antosianin menyerap oksigen, asam askorbat akan menghalangi terjadinya oksidasi. Pada kasus lain,jika enzim menyerang asam askorbat yang akan menghasilkan hydrogen peroksida yabng mengoksidasi sehingga antosianin mengalami perubahan warna (Luthana,2010).
2.5.5 Ekstraksi Antosianin
            Isolasi pigmen antosianin dilakukan dengan modifikasi metode Wijaya Widjanarko dan Susanto (2010). Ekstraksi dimulai dengan menimbang kubis merah sebanyak 50 g, lalu tambahkan 1/3 bagian dari total larutan pengekstrak (500 ml) dan dihancurkan dengan blender. Larutan pengekstrak ( aquades, etanol, atau etil asetat ) dibuat dalam kondisi asam ( asam sitrat, asam asetat, dan asam tartarat ). Setelah itu hancuran kubis merah dipindahkan ke dalam gelas kimia dan sisa larutan pengekstrak (2/3 bagian) ditambahkan ke dalam hancuran kubis merah. Kemudianb dilakukan proses ekstraksi secara maserasi yaitu mengaduk campuran kubis merah dan pelarut tersebut dengan pengaduk magnetic pada suhu ruang selama 24 jam. Hasil yang diperoleh disentrifugasi, lalu supernatannya disaring dengan penyaring vacuum. Filtrate yang diperoleh dipekatkan dengan evaporator sehingga diperoleh ekstrak pekat yang siap dianalisis (Tensiska, Een, & Dita,2010).

2.6 Antioksidan
2.6.1  Mekanisme Kerja Antioksidan
            Antioksidan merupakan senyawa yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi lemak (Kumalaningsih,2006). Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama, yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam emak, yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari hilangnya satu atom hydrogen. Pada tahap propagasi yaitu pemanjangan rantai radikal, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi. Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak dengan radikal asam lemak lain atau dengan penangkal radikal, sehingga potensi propagasinya rendah/
            Antioksidan yang baik akan bereaksi dengan radikal asam lemak segera setelah senyawa tersebut terbentuk. Dari berbagai antioksidan yang ada, mekanisme kerja serta kemampuannya sebagai antioksidan sangat bervariasi. Seringkali, kombinasi beberapa jenis antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik (sinergisme) terhadap oksidasi disbanding dengan satu jenis antioksidan saja (Kumalaningsih,2006).
2.6.2 Sumber Antioksidan
            Berdasarkan asalnya, antioksidan terdiri atas antioksidan yang berasal dari dalam tubuh (endogen) dan dari luar tubuh (eksogen). Adakalanya sistem endogen tidak cukup mampu mengatasi stress oksidatif yang berlebihan. Stress oksidatif merupakan keadaan saat mekanisme antioksidan tidak cukup untuk memecah spesi oksidasi reaktif. Oleh karna itu, diperlukan antioksidan dari luar (eksogen) untuk mengatasinya.
2.6.3  Penggolongan Antioksidan
2.6.3.1 Penggolongan Antioksidan Berdsarkan Sumbernya
            Penggolongan antioksidan berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi antioksidan amai dan sintetik.
2.6.3.2 Penggolongan Antioksidan Berdasarkan Mekanisme Kerjanya
2.6.3.2.1 Antioksidan Primer
            Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal bebas baru dengan memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil. Contoh antioksidan primer ialah enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, dan glutation dimustase.
2.6.3.2.2 Antioksidan Sekunder
            Antioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa radikal serta mencegah terjadinya reaaksi berantai. Contoh antioksidan sekunder diantaranya yaitu vitamin E, vitamnin C.
2.6.3.2.3  Antioksidan Tersier
            Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Contohnya yaitu enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase.
2.7  Pengujian Antioksidan
            Aktivitas antioksidan tidak dapat diukur secara langsung, melainkan melalui efek antioksidan dalam mengontrol proses oksidasi. Banyak metode yang bisa digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidan, pada pengukuran aktivitas antioksidan perlu diperhatikan sumber radikal bebas dan substrat. Hal ini dikarenakan antioksidan melindungi lipid dari kerusakan oleh radika bebas, namun di waktu yang sama dapat mempercepat kerusakan molekul sel lainnya. Untuk mengatasi masalah ini dapat digunakan metode pengukuran aktivitas antioksidan untuk mengevaluasi efek dari antioksidan yang salah satunya menggunakan uji DPPH atau 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil. DPPH merupakan suatu radikal bebas yang stabil dan tidak membentuk dimer akibat delokalisasi dari electron bebas pada seluruh molekul. Delokalisi electron bebas ini juga mengakibatkan terbentuknya warna ungu pada larutan DPPH sehingga bisa diukur absorbansinya pada panjang gelombang sekitar 520 nm.
            Ketika larutan DPPH dicampur dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hydrogen, maka awarna ungu dari larutan akan hilang seiring dengan tereduksinya DPPH. Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode ini berdasarkan dari hilangnya awarna ungu akibat teredukasinya DPPH oleh antioksidan.
2.9  Kromatografi Lapis Tipis ( KLT )
Kromatografi merupakan salah satu teknik analisis yang terpenting untuk pemisahan campuran senyawa-senyawa kimia. Pada dasarnya teknik kromatografi terdiri atas dua fase yaitu fase diam (berupa cairan atau padat) dan fase gerak (berupa cairan dan gas). Pemisahan komponen campuran dapat terjadi karena adanya perbedaan kecepatan migrasi. Sedangkan perbedaan kecepatan migrasi ini timbul karena adanya perbedaan perbandingan distribusi (penyerapan) dari komponen campuran diantara dua fase tersebut (Khopkar, S. M., 1990).
Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorbsi atau partisi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut pengembang atau pelarut pengembangan campuran. Dalam kromatografi terdapat fase diam dan fase gerak. Fase diam adalah bahan padat yang diletakkan pada plat gelas, logam atau plastik secara uniform dengan ketebalan lebih kurang 0,250 mm. Fase gerak dipakai cairan atau campuran cairan yang dikenal sebagai pelarut pengembang atau pelarut pengembangan. Kromatografi lapis tipis merupakan metode kromatografi yang paling mudah di antara yang lainnya. Kromatografi ini menggunakan plat yang dicelupkan ke dalam larutan pengembang. setelah elusi selesai lempeng dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan DPPH 0,01 Nm dalam methanol.
2.9 Maserasi
            Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhama. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding seldan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang ada diluar sel, maka larutan yag terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di dalam sel.
            Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang  dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,stiral, dll.
            Cairan yang digunakan dapat berupa air, ethanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air, maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan pada awal penyarian.
            Keuntungan cara pemnyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan (Depkes RI,1986)
2.10  Filtrasi
            Filtrasi adalah operasi dimana campuran yang heterogen antara fluida dan partikel-partikel padatan dipisahkan oleh media filter yang meloloskan fluida tetapi menahan partikel-partikel padatan. Hal yang paling utama dalam filtrasi adalah mengalirkan fluida memlalui media berpori. Filtrasi dapat terjadi karena adanya gaya dorong, misalnya gravitasi, tekanan, dan gaya sentrifugal (Anonym,2010)
2.11  Evaporasi
            Evaporasi atau penguapan merupakan pengambilan sebagai uap air yang bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi padatan dari suatu bahan cair. Salah satu tujuan lain adalah untuk mengurangi volume dari suatu produk sampai batas-batas tertentu tanpa menyebabkan kehilangan zat-zat mengandung gizi. Evaporasi terjadi karena molekul-molekul air punya cukup energy kinetic untuk melepaskan diri dari permukaan cairan (Anonym,2010)


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1       Rancangan Penelitian
Tahap pertama

Persiapan Alat dan Bahan                   disiapkan kubis merah               ethanol 70%
Untuk proses penyarian & aktivitas                                                         dan asam tartarat  
antioksidan
Tahap Kedua

Maserasi          sentrifugasi      Filtrasi             Evaporasi                   

Tahap Ketiga

                                                Identifikasi senyawa flavonoid dan antosianin
dalam ekstrak kubis merah

flavonoid dilakukan dengan                                       antosianin dilakukan dengan
                 metode reaksi warna                                                 kromatografi kertas

3.2       Populasi dan Sampel
   Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak kubis merah.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kubis merah di daerah Lawang, Malang sebanyak 1 buah sampel.
3.4       Definisi  Operasional
Variabel
Definisi  Operasional
indikator
Alat ukur
Hasil ukur
» Bebas
Ekstrak kubis merah
dengan metode maserasi menggunakan etanol 70% dalam suasana asam , asam tartarat 0,76% dilakukan pada suhu ruang selama 24 jam sambil dilakukan pengadukan, kemudian di sentrifuge untuk memisahkan filtrate dan residu disaring dengan penyaring vacuum filtrate yang didapatkan di pekatkan dengan evaporator
Ekstrak         pekat





Maserasi
Evaporator





Rasio







» Terikat
(aktivitas antioksidan)
Menggunakan fase gerak BAA
 (Butano-Asam Asetat-Air) (4:1:5)  setelah elusi selesai lempeng dikeringkan dan disemprotkan denganlarutan DPPH 0,01 Nm dalam methanol.

Warna kuning
KLT dengan penampak noda( ungu ke kuning)
Nominal


1 komentar:

  1. boleh tau gak sih hasil ekstrak kental dari kubis merah itu setelah proses maserasi

    BalasHapus