AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KUBIS MERAH
TERHADAP DPPH DENGAN METODE KLT
OLEH
VIVI CHRISTIANTI
12.046
AKADEMI ANALIS
FARMASI DAN MAKANAN PUTERA INDONESIA
MALANG
NOVEMBER 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat pasti tidak asing lagi
dengan istilah radikal bebas, yang dimana radikal bebas itu sendiri merupakan
atom atau senyawa yang kehilangan pasangan elektronnya (Kumalaningsih,2006)
sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil
electron dari molekul atau sel yang lain. Radikal bebas dapat dihasilkan dari
hasil metabolisme tubuh seperti pada saat manusia bernafas. Senyawa tubuh
seperti proses oksidasi, metabolism sel, olahraga berlebihan dan peradangan,
selain itu radikal bebas juga dapat terbentuk karena factor eksternal seperti
asap rokok, zat kimiawi dalam makanan dan polutan yang lain. Untuk melindungi
tubuh dari serangan akibat radikal bebas dan juga meredam banyak dampak
negative tubuh memerlukan antioksidan. Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat
atau menghambat proses oksidasi (Morie,2009) berfungsi melindungi sel dari efek
berbahaya akibata radikal bebas. Proses oksidasi sebenarnya penting untuk
metabolisme tubuh, namun jika molekul yang dihasilkan jumlahnya berlebihan
salah satunya akibat pengaruh gaya hidup tidak sehat ( merokok, stress, polusi,
radiasi ) maka proses itu justru dapat merusak kesehatan. Tidak semua zat
antioksidan sama jenis dan fungsinya, ada sekitar 10.000 senyawa kimia yang
berperan sebagai antioksian, meski berbeda-beda semuanya memiliki kemampuan
memusnahkan substansi radikal bebas, yang dapat mencederai sel-sel dalam tubuh
dan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit seperti kanker. Mekanisme kerja
antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi lemak. Mekanisme oksidasi
lemak teriri dari tiga tahap utama yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi.
Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikan asam lemak, pada tahap
propagasi radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi. Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan
hidroperoksida dan radikal asam lemak yang baru (Kumalaningsih,2006). Dalam
proses melumpuhkan radikal bebas, vitamin E menjadi pelopor diikuti oleh
vitamin C dan dengan bantuan senyawa glutathione, betakaroten, seng, mangan dan
selenium akan memudahkan pelumpuhan radikal
bebas. Di samping itu kelompok senyawa lain seperti flavonoid juga dapat
memberikan yang sama pada reaksi penghambatan oksidasi lemak.
Setiap manusia pada hakekatnya
mendambakan hidup sehat. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia, untuk itu diperlukan upaya kesehatan terpadu ( sehat jasmani, rohani
dan social ) yang meliputi pencegahan penyakit pengobatan, pemulihan kesehatan
salah satunya sengan memanfaatkan tanaman sebagai pengobatan alami, namun tidak
sedikit juga yang menggunakan pengobatan sintetik. Karena pengobatan sintetik
yang mempunyai banyak dampak buruk bagi kesehatan dan menimbulkan penyakit baru
yang sebenarnya tidak pernah mengalaminya seperti kerusakan ginjal, jantung,
hati, hipertengsi, menyebabkan tumor dan penyakt lainnya. Meskipun zat dapat
merasa baik pada awalnya namun lama-kelamaan dapat membahayakan tubuh dan otak
itu sebabnya masyarakat lebih berpikir dua kali untuk memilih pengobatan
sintetik dan beralih ke pengobatan alami. Pengobatan bahan alam baik sebagai
obat maupun tujuan lain cenderung meningkat dikarenakan tidak menyebabkan
dampak buruk bagi kesehatan dan juga mudah didapat apabila menggunakan
bahan-bahan alami sebagai pengobatan.
Masyarakat dapat menggunakan tanaman
yang bermanfaat salah satunya adalah kubis merah, kubis merah banyak ditanam di
dataran tinggi. Ada sekitar 400 varietas kubis di seluruh dunia yang bervariasi
dalam bentuk, ukuran dan warna. Kubis merah merupakan tanaman budidaya
Indonesia yang mudah dikembangkan sehinga jumlahnya cukup melimpah. Kubis merah
memberikan banyak manfaat yaitu mencegah pertumbuhan kanker, mengatasi tungkak
lambung, anti-inflamasi dan menangkal radikal bebas.
Senyawa antioksidan alami tumbuhan
umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan
flavonoid, asam sinamat, kumarin, dan asam-asam organic polifungsional
(Anonym,2010). Jenis flavonoid yang banyak ditemukan di alam diantaranya
flavon, flavonol dan antosianidin. Glikosida antosianidin dikenal sebagai
sebagai antosianin (Prayogo,2010). Antosianin merupakan senyawa antioksidan
yang kuat dan dapat menangkap berbagai radikal bebas. Antosianin pada buah-buah
an saja mempunyai sifat antioksidan yang tinggi tetapi turut bertindak sebagai
anti radang, anti bakteri, anti kanker, memperbaiki fungsi penglihatan anti
tumor dan anti penuaan.
Antosianin mudah ditemukan pada
sayuran dan buah-buah an berwarna merah lembayung seperti kubis merah. Kubis
merah mengandung 36 antosianin dari 300 macam antosianin yang berperan dalam
berbagai warna merah dan biru pada tanaman. Molekul pigmen ini disimpan dalam
sel-sel daun kubis merah. Warna merah lembayung berasal dari sianidin termasuk
antosianidin yang merupakan aplikon antosianin yang terbentuk bila dihidrolisis
dengan asam selain mengandung antosianin, kubis segar juga mengandung air,
protein, lemak, karbohidrat, seerat. Kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium,
vitamin ( A,C,E, tiamin, riboflavin, nicotinamide ) dan beta karoten.
Penarikan senyawa antosianin pada
tanaman kubis merah dapat dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut
etanol 70% dalam suasana asam. Antosianin lebih stabil dalam suasana asam
disbanding suasana alkalis maupun netral. Pemberian suasana asam dapat digunakan asam tartarat 0,75%. Proses
maserasi ini dilakukan pada suhu ruang selama 24 jam sambil dilakukan
pengadukan. Hasil dari proses maserasi ini kemudian disentrifuge dan disaring
dengan penyaring vacuum, filtrate yang didapat selanjtunya dipekatkan dengan
evaporator.
Aktivitas antioksidan tidak dapat
diukur secara langsung, melainkan melalui efek antioksidan dalam mengontrol
proses oksidasi. Untuk mengetahui daya antioksidan dari senyawa antosianin yang
terdapat di dalam kubis merah , maka perlu dilakukan pengujian aktivitas
antioksidan pada ekstrak kubis merah menggunakan metode DPPH.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana aktivitas antioksidan pada kubis merah ( Brasicca oleracea L ) ?
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan ektrak kubis merah
( Brasicca
oleracea L ) yang diduga mengandung senyawa antosianin
1.4 Manfaat Penelitian
1. referensi
tentang pemanfaatan kubis merah ( Brasicca oleracea L ) sebagai
antioksidan
2. memberikan informasi kepada masyarakat
tentang khasiat dari ekstrak kubis merah
( Brasicca
oleracea L )
1.5 Ruang Lingkup dan
Keterbatasan Penelitian
Ruang Lingkup dalam penelitian ini
adalah pengujian aktivitas antioksidan
pada ekstrak kubis merah menggunakan pereaksi DPPH. Adapun keterbatasan masalah pada
penelitian ini adalah kubis merah yang diperoleh di dataran tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kubis
2.1.1
sejarah
Kol atau kubis merupakan tanaman
sayur famili Brassicaceae berupatumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak
zaman purbakala (2500-2000 SM) dan merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan
masyarakat Yunani Kuno.Mulanya kol merupakan tanaman pengganggu (gulma) yang
tumbuh liar disepanjang pantai Laut Tengah, di karang-karang pantai Inggris,
Denmark dan pantaiBarat Prancis sebelah Utara. Kol mulai ditanam di kebun-kebun
Eropa kira-kira abadke 9 dan dibawa ke Amerika oleh emigran Eropa serta ke
Indonesia abad ke 16 atau17. Pada awalnya kol ditanam untuk diambil bijinya.Di
Indonesia Kol banyak ditanam di dataran tinggi dengan sentra terdapat diDieng,
Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari, Purbalingga,Malang,
Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang, Garut, Pengalengan dan beberapa
daerah lain di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya,tetapi
beberapa varietas dapat ditanam di dataran rendah. Sedangkan untuk daerah
budidaya di Sumatera Barat sendiri banyak terdapat di daerah Padang Panjang dan
Alahan Panjang.
2.1.2 Deskripsi tanaman
Kol tau Kubis ialah tumbuhan yang
tergolong dalam keluarga cruciferae dan genus Brasicca. Ia merupakan tanaman
asli yunani kuno dan Eropa. Buahya biasa digunakan sebagai sayur untuk masakan.
Kubis ialah tumbuhan yang sering ditanam secara tahunan. Daun tanaman kubis
berbentuk bulat telur, sampai lonjong dan lebar-lebar. Daun bagian luar
ditutupi lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun bagian bawah tumbuhnya tidak
membengkok, dapat mencapai panjang sekitar 30 cm. Batang tersebut berwarna
hijau, tebal, dan lunak dan cukup kuat dan
bunga kubis
merupakan bunga sempurna yang memiliki putik dan benang sari. ( Balai
Penelitian Hortikultur Lembang,1993).
Kubis
terdiri dari berbagai macam beberapa diantaranya antara lain : Kubis putih (B.o. var. capitata
L. f.alba DC.),Kubis merah (B.o. var. capitata L. f. rubra.) ,kubis Savoy (B.o.
var. sabauda L.)
2.2 Kubis Merah
2.2.1 Klasifikasi Ilmiah
Divisi : Spermatophyta
Sub
Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Family : Cruciferae
Genus : Brasicca
Spesies : Brasicca oleracea
Kelas : Dicotyledonae
2.2.2 Morfologi
Umumnya tanaman kubis merupakan
tanaman semusim (annual) yang berbentuk perdu. Dengan susunan organ tubuh utama
batang daun, bunga, buah, biji dsn akar, system perakaran tanaman ini relative
dalam yang dpat menembus permukaan tanah yang kedalamannya antara 20-30 cm
(Rukmana,1994). Pada umumnya tanaman tampak, yang ditutupi daun-daun yang
disekelilingi batang hingga titik tumbuh, dan terdapat helaian daun yang
bertangkai pendek (Rukmana,1994). kubis memiliki batang yang pendek dan banyak
mengandung air (herbaeceous).. Tanaman ini memiliki batang yang bercabang yang
tidak begitu
Daun tanaman kubis berbentuk bulat
telur, sampai lonjong dan lebar-lebar. Daun bagian luar ditutupi lapisan lilin
dan tidak berbulu. Daun bagian bawah tumbuhnya tidak membengkok, dapat mencapai
panjang sekitar 30 cm, daun-daun berikutnya mulai membengkok menutupi daun muda
yang ada diatasnya. Pada frase pertumbuhan daun ini akan terbentuk krop
(Pracaya,2001). Kadang karena besarnya tekanan-tekanan daun-daun muda yang
terbentuk dibagian dalam tanpa diimbangi mengembangnya daun tersebut
mengakibatkan kepala krop pecah.keadaan ini bisa terjadi ketika tanaman akan berbunga. Bunga
dari tanaman ini merupakan kumpulan masa bunga yang berjumlah 500 kuntum,
2.2.3 Kandungan
Gizi
kubis segar juga
mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, seerat. Kalsium, fosfor, besi,
natrium, kalium, vitamin ( A,C,E, tiamin, riboflavin, nicotinamide ) dan beta
karoten. Kubis segar merupakan sumber antioksidan alami, vitamin C. Mengandung
36,6 mg atau sekitar 61% dari RDA, melebihi jeruk,
2.2.4 Kandungan Kimia
Sianohidroksibutena,
Sulforan, Iberin (Ekasari,2010)
2.2.5 Manfaat
Mencegah pertumbuhan kanker,
mengatasi tungkak lambung, kubis adalah sumber yang baik dari asam amino
glutamine dan dipercaya untuk membantu
mereka yang menderita dari semua jenis peradangan (anti-inflamasi),
karena tinggi akan vitamin C kubis membantu tubuh untuk melawan terhadap
radikal bebas (meningkatkan system kekebalan tubuh) , mencegah resiko katarak,
vitamin K dan antosianin, antioksidan mengurangi plak pada otak, sehingga dapat
membantu mencegah penyakit Alzheimer,meringankan sembelit, asam laktat membantu
meringankan nyeri otot.
2.3 Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu
kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini
merupakan zat warna merah, ungu, dan biru. Flavonoid mempunyai kerangka dasar
karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6)
terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu
susunan C6-C3-C6.
Flavonoid terdapat pada semua bagian
tumbuyhan termasuk daun, akar, kayu, kulit tepung sari, nectar, bunga, buah
buni, dan biji.
Klasifikasi flavonoid sangat
beragam, diantaranya ada yang mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon,
flavonon, isoflavon, flavonol, flavonon, antosianin, dan kalkon. (lenny,2006)
2.4 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau
senyawa yang kehilangan pasangan elektronnya (Kumalaningsih,2006). Radikal
bebas merupakan spesies yang tidak stabil karena memiliki electron yang tidak
berpasangan dan mencari pasangan electron dalam makromolekul biologi. Radikal
bebas memiliki reaktivitas yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh
sifatnya yang segera menarik atau menyerang electron di sekelilingnya
(winarsi,2007), baik berupa senyawa lipid, lipoprotein, protein, karhohidrat,
RNA, maupun DNA. Radikal bebas dapat masuk dan terbentuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan, kondisi lingkungan yang tidak sehat dan makanan berlemak.
2.5 Antosianin
Gambar 2.5.1 Rumus
Struktur Antosianin
2.5.1 Deskripsi
Antosianin merupakan pigmen pembawa
warna merah keunguan pada buah-buahan, sayuran, dan tanaman bunga. Antosianin
merupakan senyawa flavonois yang dapat melindungi sel dari ultraviolet (Anonym,
2010). Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatic
tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan
penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi (Prayogo,
2010)
Antosianin tidak mantap dalam
larutan netral atau basa, maka dari itu harus diekstraksi dengan pelarut dalam
suasana asam dan larutannya harus disimpan di tempat gelap dan sebaiknya
didinginkan.
2.5.2 Sumber
Antosianin
Antosianin mudah ditemukan pada
sayuran dan buah-buahan berwarna merah keunguan. Contoh pangan kaya antosianin
adalah blackberry, blueberry, cranberry, black raspberry, red raspberry,
strawberry, buah terong belanda, plum, murbei, anggur, kismis, kubnis merah,
lobak merah, bawang merah, terong dan lain-lain. Antosianin dalam jumlah sangat
sedikit juga ditemukan pada buah pisang, asparagus, kacang polong, buah pir dan
kentang (Anonym,2010)
2.5.2 Manfaat
Antosianin
Salah satu fungsi antosianin adalah
sebagai antioksidan di dalam tubuh, yaitu dengan cara memperlambat atau
mencegah proses oksidasi, sehingga dapat mencegah terjadinya ateroklerosis,
penyakit penyumbatan pembuluh darah. Selain itu, antosianin juga merelaksasi
pembuluh darah untuk mencegah penyakit asteoklerosis dn penyakit kardiovaskuler
lainnya. Berbagai manfaat positif dari antosianin untuk kesehatan manusia
adalah melindungi lambung dari kerusakan, menghambat sel tumor, meningkatkan
kemampuan penglihatan mata, serta berfungsi sebagai senyawa anti-inflamasi yang
melindungi otak dari kerusakan. Selain itu, dapat menangkal radikal bebas.
2.5.4 Stabilitas
Antosianin
Antosianin secara umum mempunyai
stabilitas yang rendah. Pada pemanasan yang tinggi, kestabilan dan ketahanan
zat warna antosianin akan berubah dan mengakibatkan kerusakan. Selain
mempengaruhi warna antosianin, pH juga mempengaruhi stabilitasnya, dimana dalam
suasana asam akan bewarna merah dan suasana basa bewarna biru. Antosianin lebih
stabil dalam suasana asam daripada dalam suasana alkalis maupun netral. Zat ini
juga tidak stabil dengan adanya oksigen dan asam askorbat. Asam askorbat kadang
melindungi antosianin tetapi ketika antosianin menyerap oksigen, asam askorbat
akan menghalangi terjadinya oksidasi. Pada kasus lain,jika enzim menyerang asam
askorbat yang akan menghasilkan hydrogen peroksida yabng mengoksidasi sehingga
antosianin mengalami perubahan warna (Luthana,2010).
2.5.5 Ekstraksi
Antosianin
Isolasi pigmen antosianin dilakukan
dengan modifikasi metode Wijaya Widjanarko dan Susanto (2010). Ekstraksi
dimulai dengan menimbang kubis merah sebanyak 50 g, lalu tambahkan 1/3 bagian
dari total larutan pengekstrak (500 ml) dan dihancurkan dengan blender. Larutan
pengekstrak ( aquades, etanol, atau etil asetat ) dibuat dalam kondisi asam (
asam sitrat, asam asetat, dan asam tartarat ). Setelah itu hancuran kubis merah
dipindahkan ke dalam gelas kimia dan sisa larutan pengekstrak (2/3 bagian)
ditambahkan ke dalam hancuran kubis merah. Kemudianb dilakukan proses ekstraksi
secara maserasi yaitu mengaduk campuran kubis merah dan pelarut tersebut dengan
pengaduk magnetic pada suhu ruang selama 24 jam. Hasil yang diperoleh
disentrifugasi, lalu supernatannya disaring dengan penyaring vacuum. Filtrate
yang diperoleh dipekatkan dengan evaporator sehingga diperoleh ekstrak pekat
yang siap dianalisis (Tensiska, Een, & Dita,2010).
2.6 Antioksidan
2.6.1 Mekanisme Kerja Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang
mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Mekanisme kerja antioksidan
secara umum adalah menghambat oksidasi lemak (Kumalaningsih,2006). Oksidasi
lemak terdiri dari tiga tahap utama, yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi.
Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam emak, yaitu suatu senyawa
turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari
hilangnya satu atom hydrogen. Pada tahap propagasi yaitu pemanjangan rantai
radikal, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi. Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan
hidroperoksida dan radikal asam lemak dengan radikal asam lemak lain atau
dengan penangkal radikal, sehingga potensi propagasinya rendah/
Antioksidan yang baik akan bereaksi
dengan radikal asam lemak segera setelah senyawa tersebut terbentuk. Dari
berbagai antioksidan yang ada, mekanisme kerja serta kemampuannya sebagai
antioksidan sangat bervariasi. Seringkali, kombinasi beberapa jenis antioksidan
memberikan perlindungan yang lebih baik (sinergisme) terhadap oksidasi
disbanding dengan satu jenis antioksidan saja (Kumalaningsih,2006).
2.6.2 Sumber
Antioksidan
Berdasarkan asalnya, antioksidan
terdiri atas antioksidan yang berasal dari dalam tubuh (endogen) dan dari luar
tubuh (eksogen). Adakalanya sistem endogen tidak cukup mampu mengatasi stress
oksidatif yang berlebihan. Stress oksidatif merupakan keadaan saat mekanisme
antioksidan tidak cukup untuk memecah spesi oksidasi reaktif. Oleh karna itu,
diperlukan antioksidan dari luar (eksogen) untuk mengatasinya.
2.6.3 Penggolongan Antioksidan
2.6.3.1
Penggolongan Antioksidan Berdsarkan Sumbernya
Penggolongan antioksidan berdasarkan
sumbernya dibedakan menjadi antioksidan amai dan sintetik.
2.6.3.2
Penggolongan Antioksidan Berdasarkan Mekanisme Kerjanya
2.6.3.2.1
Antioksidan Primer
Antioksidan primer berperan untuk
mencegah pembentukan radikal bebas baru dengan memutus reaksi berantai dan
mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil. Contoh antioksidan primer ialah
enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, dan glutation dimustase.
2.6.3.2.2
Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder berfungsi
menangkap senyawa radikal serta mencegah terjadinya reaaksi berantai. Contoh
antioksidan sekunder diantaranya yaitu vitamin E, vitamnin C.
2.6.3.2.3 Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier berfungsi
memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Contohnya yaitu enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin
sulfoksida reduktase.
2.7 Pengujian
Antioksidan
Aktivitas
antioksidan tidak dapat diukur secara langsung, melainkan melalui efek
antioksidan dalam mengontrol proses oksidasi. Banyak metode yang bisa digunakan
untuk mengukur aktivitas antioksidan, pada pengukuran aktivitas antioksidan
perlu diperhatikan sumber radikal bebas dan substrat. Hal ini dikarenakan
antioksidan melindungi lipid dari kerusakan oleh radika bebas, namun di waktu
yang sama dapat mempercepat kerusakan molekul sel lainnya. Untuk mengatasi
masalah ini dapat digunakan metode pengukuran aktivitas antioksidan untuk
mengevaluasi efek dari antioksidan yang salah satunya menggunakan uji DPPH atau
2,2-difenil-1-pikrilhidrazil. DPPH merupakan suatu radikal bebas yang stabil
dan tidak membentuk dimer akibat delokalisasi dari electron bebas pada seluruh
molekul. Delokalisi electron bebas ini juga mengakibatkan terbentuknya warna
ungu pada larutan DPPH sehingga bisa diukur absorbansinya pada panjang
gelombang sekitar 520 nm.
Ketika larutan DPPH dicampur dengan
senyawa yang dapat mendonorkan atom hydrogen, maka awarna ungu dari larutan
akan hilang seiring dengan tereduksinya DPPH. Uji aktivitas antioksidan dengan
menggunakan metode ini berdasarkan dari hilangnya awarna ungu akibat
teredukasinya DPPH oleh antioksidan.
2.9 Kromatografi
Lapis Tipis ( KLT )
Kromatografi
merupakan salah satu teknik analisis yang terpenting untuk pemisahan campuran
senyawa-senyawa kimia. Pada dasarnya teknik kromatografi terdiri atas dua fase
yaitu fase diam (berupa cairan atau padat) dan fase gerak (berupa cairan dan
gas). Pemisahan komponen campuran dapat terjadi karena adanya perbedaan
kecepatan migrasi. Sedangkan perbedaan kecepatan migrasi ini timbul karena
adanya perbedaan perbandingan distribusi (penyerapan) dari komponen campuran
diantara dua fase tersebut (Khopkar, S. M., 1990).
Kromatografi
lapis tipis merupakan metode pemisahan komponen-komponen atas dasar perbedaan
adsorbsi atau partisi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut pengembang atau
pelarut pengembangan campuran. Dalam kromatografi terdapat fase diam dan fase
gerak. Fase diam adalah bahan padat yang diletakkan pada plat gelas, logam atau
plastik secara uniform dengan ketebalan lebih kurang 0,250 mm. Fase gerak
dipakai cairan atau campuran cairan yang dikenal sebagai pelarut pengembang
atau pelarut pengembangan. Kromatografi lapis tipis merupakan metode
kromatografi yang paling mudah di antara yang lainnya. Kromatografi ini
menggunakan plat yang dicelupkan ke dalam larutan pengembang. setelah elusi selesai lempeng dikeringkan dan disemprotkan
dengan larutan DPPH 0,01 Nm dalam methanol.
2.9 Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian
yang sederhama. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding seldan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang ada
diluar sel, maka larutan yag terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel
dan di dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian
simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengandung zat yang mudah mengembang
dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,stiral, dll.
Cairan yang digunakan dapat berupa
air, ethanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air, maka untuk
mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan pada
awal penyarian.
Keuntungan cara pemnyarian dengan
maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan
mudah diusahakan (Depkes RI,1986)
2.10 Filtrasi
Filtrasi adalah operasi dimana
campuran yang heterogen antara fluida dan partikel-partikel padatan dipisahkan
oleh media filter yang meloloskan fluida tetapi menahan partikel-partikel
padatan. Hal yang paling utama dalam filtrasi adalah mengalirkan fluida
memlalui media berpori. Filtrasi dapat terjadi karena adanya gaya dorong,
misalnya gravitasi, tekanan, dan gaya sentrifugal (Anonym,2010)
2.11 Evaporasi
Evaporasi atau penguapan merupakan
pengambilan sebagai uap air yang bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi
padatan dari suatu bahan cair. Salah satu tujuan lain adalah untuk mengurangi
volume dari suatu produk sampai batas-batas tertentu tanpa menyebabkan
kehilangan zat-zat mengandung gizi. Evaporasi terjadi karena molekul-molekul
air punya cukup energy kinetic untuk melepaskan diri dari permukaan cairan
(Anonym,2010)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Persiapan Alat dan
Bahan disiapkan kubis
merah ethanol 70%
Untuk proses
penyarian & aktivitas dan
asam tartarat
antioksidan
Maserasi sentrifugasi Filtrasi Evaporasi
Identifikasi
senyawa flavonoid dan antosianin
flavonoid dilakukan
dengan antosianin
dilakukan dengan
metode reaksi warna kromatografi kertas
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak kubis merah.
Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kubis merah di daerah Lawang, Malang
sebanyak 1 buah sampel.
3.4 Definisi
Operasional
Variabel
|
Definisi Operasional
|
indikator
|
Alat ukur
|
Hasil ukur
|
» Bebas
Ekstrak kubis merah
|
dengan metode
maserasi menggunakan etanol 70% dalam suasana asam , asam tartarat 0,76%
dilakukan pada suhu ruang selama 24 jam sambil dilakukan pengadukan, kemudian
di sentrifuge untuk memisahkan filtrate dan residu disaring dengan penyaring
vacuum filtrate yang didapatkan di pekatkan dengan evaporator
|
Ekstrak pekat
|
Maserasi
Evaporator
|
Rasio
|
» Terikat
(aktivitas
antioksidan)
|
Menggunakan fase gerak BAA
(Butano-Asam Asetat-Air) (4:1:5) setelah elusi selesai lempeng dikeringkan
dan disemprotkan denganlarutan DPPH 0,01 Nm dalam methanol.
|
Warna kuning
|
KLT dengan
penampak noda( ungu ke kuning)
|
Nominal
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar