FITOKIMIA
Portofolio
ini
disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas
Mata Kuliah Fitokimia
“ALKALOID”
Disusun oleh:
1.
Azizatun
Finintan Navi’a (11.005)
2.
Fitri Martina (11.018)
3.
Dwi Anggraini
Luturmas (12.008)
4.
Ferliya Etsa O (12.011)
5.
Mey Rinawati (12.026)
6.
Prilla Aditia S (12.033)
7.
Simon Alexander
K (12.040)
8.
Trisna Frans H (12.043)
9.
Vannisa Amalia
M. H (12.045)
AKADEMI ANALIS FARMASI
DAN MAKANAN
PUTRA INDONESIA MALANG
2013
RANGKUMAN MATERI
1. TENTANG
SENYAWA ALKALOID
Pengertian
Alkaloid
Alkaloid
adalah senyawa organik yang terdapat di alam dan bersifat basa atau alkali dan
sifat basa ini disebabkan karena adanya atom nitrogen dalam molekul senyawa
tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis
kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Selain itu ada
beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom nitrogennya
terdapat dalam rantai lurus atau alifatis.
Sumber Alkaloid
Sebagian
besar sumber alkaloid adalah tanaman berbunga (Angiospermae), berikutnya
penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada hewan, serangga, organisme laut,
mikroorganisme dan tanaman rendah. Karena alkaloid sebagai suatu kelompok
senyawa yang terdapat pada sebagian besar tanaman berbunga, maka para ilmuwan
sangat tertarik pada sistematika aturan tanaman. Berdasarkan sistem Engler
dalam tanaman tinggi terdapat 60 order. Sekitar 34 merupakan tanaman yang
mengandung senyawa alkaloid. Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkoloid
penting adalah Liliaceae, Solanaceae, dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak
lazim mengandung alkaloid adalah Papaveraceae.
Pada
tanaman yang mengandung alkaloid, alkaloid mungkin terlokasi dalam jumlah yang
tinggi pada bagian tanaman tertentu. Sebagai contoh resepin konsentrasi pada
akar Ranvolia sp, quinin terdapat
pada kulit Chinchona ledgeriana dan
morfin terdapat pada getah atau lateks Papaver
samniferum.
Klasifikasi Alkaloid
Menurut Hegnauer,
senyawa alkaloid diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu:
Ø Berdasarkan
asal-usul asam amino
1. Alkaloid
sesungguhnya
Alkaloid sesungguhnya
adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologi yang luas,
hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung nitrogen dalam cincin
heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat “aturan” tersebut
adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak
memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam
daripada bersifat basa. Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; toksik,
perbedaan keaktifan fisiologis yang besar, basa, biasanya mengandung atom
nitrogen di dalam cincin heterosiklis, turunan asam amino, distribusinya
terbatas dan biasanya terbentuk di dalam tumbuhan sebagai garam dari asam
organik. Tetapi ada beberapa alkaloid ini yang tidak bersifat basa, tidak
mempunyai cincin heterosiklis dan termasuk alkaloid kuartener yang lebih
condong bersifat asam. Contoh dari alkaloid ini adalah koridin dan serotonin.
Koridin Serotonin
serotonin
2. Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana
dimana nitrogen dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik.
Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat
basa. Pengertian ”amin biologis” sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh,
adalah meskalin, ephedin dan N,Ndimetiltriptamin. Alkaloid jenis ini
memiliki ciri-ciri; mempunyai struktur amina yang sederhana, di mana atom
nitrogen dari asam aminonya tidak berada di dalam cincin heterosiklis,
biosintesis berasal dari asam amino dan basa, istilah biologycal amine sering
digunakan untuk alkaloid ini. Contoh dari alkaloid ini adalah meskalina dan
efedrina.
meskalina
3.
Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino
atau alkalois semu. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri
alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh:
konessin dan purin (kaffein). Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; tidak
diturunkan dari asam amino dan umumnya bersifat basa. Contohnya adalah kafeina.
Ø Berdasarkan
atom nitrogennya
a. Alkaloid
dengan atom nitrogen heterosiklik
1. Alkaloid
Piridin-Piperidin-Pirolizinidin
Anggota golongan
piridin yang paling banyak diteliti adalah nikotin, suatu alkaloid yang
terkandung dalam tembakau (Nicotiana
tabacum) yang bersifat stimulant, yang bertanggung jawab terhadap sifat
adiktif rokok dan bentuk tembakau lainnya. Nikotin digunakan sebagai model
untuk adiksi terhadap obat-obatan lain seperi heroin. Senyawa ini memiliki
cincin pirol yang melekat pada cincin piridin. Secara farmasetik nikotin dibuat
menjadi permen karet untuk membantu berhenti merokok, misalnya produk
Nicorette.
Tanaman hemlock Eropa (Conium maculatum,Apiaceae) menghasilkan
alkaloid piperidin yang sangat beracun koniin yang memiliki rantai samping
alkil (CH3) pada posisi 2 dalam cincin piperidin. Tanaman ini
terkenal karena digunakan untuk meracuni filsuf Yunani Socrates yang didakwah
bersalah atas penghianatan dan dipaksa meminum ramuan hemlock. Keracunan akibat
tanaman ini kadang-kadang terjadi karena anak-anak menggunakan batang yang
berlubang sebagai penembak polong sehingga menelan sejumlah kecil racun.
Lobelin ditemukan dalam
daun dan pucuk Lobelia inflate
dan
juga dikenal dengan tembakau liar atau pokeweed. Lobelin memiliki efek serupa dengan nikotin dan
arekolin serta digunakan untuk mencegah
keinginan merokok. Penelitian
telah banyak dilakukan untuk menemukan alkaloid yang memiliki aktifitas
terhadap HIV dan
kastanospermin dari Castanospermum austral merupakan senyawa yang istimewa.
Senyawa ini merupakan inhibitor, yakni enzim yang terlibat dalam pemrosesan
glikoprotein yang
penting dalam pembentukan penyalutan virus dan jika hal ini
terganggu, infeksi terhadap sel darah putih dapat dihentikan. Kastanospermin
adalah alkaloid terpoli-hidroksilasi dan merupakan analog gula sehingga
memiliki aktivitas terhadap enzim glukosidase yang berperan dalam pembentukan
glikoprotein. Senyawa ini kadang digolongkan sebagai alkaloid indolizidin,
tetapi senyawa ini juga memiliki sistem cincin piperidin sehingga dimasukan
dalam pembahasan ini.
Senesionin adalah
anggota golongan alkaloid pirolizidin,yang tidak popular karena bersifat
hepatotoksik. Senyawa ini memiliki
karbon reaktif yang mudah dialkilasi oleh gugus tiol reaktif dalam
berbagai enzim di dalam hati.
Hal
ini juga yang menyebabkan penarikan comfrey (Symphytum officinale) yang memiliki riwayat
panjang sebagai tanaman obat,
tetapi
juga memiliki alkaloid toksik.
Senesionin
terdapat dalam groundsel (Seneco vulgaris, Asteraceae), yang
menimbulkan masalah di tanah pertanian dan lintasan pacu kuda karena dapat
menyebabkan keracunan pada ternak dan kuda.
2. Alkaloid
Tropan
Mengandung satu atom
nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum
tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang
digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili
Solanaceae, Hyoscyamusniger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansias
pp, Mandragora officinarum. Alkaloid Kokain dari Erythroxylum
coca (Famili Erythroxylaceae).
3. Alkaloid
Quinolin
Senyawa
murni digunakan secara ekstensif sebagai antimalaria dan menjadi suatu tempat
untuk antimalaria sintetis,seperti kuinakrin, klorokuin, dan meflokuin. Mempunyai
2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah Cinchona
ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic
terhadap Plasmodium vivax. Resistensi
terhadap senyawa-senyawa ini
terutama
klorokuin semakin
banyak terjadi terutama akibat pembuangan zat antimalaria dari sel oleh
mekanisme refluks terikat membran plasmodium, yang menyebabkan konsentrasi obat
intraseluler yang rendah (tidak efektif). Yang menarik kinin bersifat aktif terhadap
malaria yang resisten klorokuin
dan
kini obat tersebuat semakin banyak digunakan. Kinin juga digunakan sebagai obat
kram malam pada orang tua dan ditambahkan pada air tonik Indian yang memberikan
rasa pahit dan fluorosensi terang di bawah sinar UV. Pada penderita malaria
yang juga menderita fibrilasi atrium termati bahwa pasien tersebut dapat sembuh
dari aritmianya karena adanya kuinin dan kuinidin. Kuinidin digunakan untuk
mengobati aritmia jantung tipe I.
4. Alkaloid
isoquinolin
Dalam senyawa alkaloid
sebagai satu golongan,isokuinolin memiliki efek sangat besar pada masyarakat
sebagai senyawa pereda nyeri dan obat yang disalahgunakan . Khususnya opium
yang kaya akan isokuinolin tipe morfinan yang digunakan selama ribuan tahun untuk
pengobatan nyeri dan sebagai senyawa narkotik dan dapat dibuktikan, tidak ada
senyawa lain yang telah menyebabkan begitu banyak penderita pada manusia selain
opium. Isoquinolin mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom
nitrogen. Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus
spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius danSophora
secondiflora.
Opium ada eksudat getah
dari buah opium poppy (papaver somniferum ,Papaveraceae ) yang belum matang dan
mengandung lebih dari 30 alkaloid,dengan komponen utamanya morfin, kodein,
tebain, papaverin, dan noskapin.
Morfin memiliki amin
tersier basa dan gugus fungsional fenol yang bersifat asam.Dikenal sebagai
analgesic yang sangat baik jika diinjeksikan (terlepas dari sifat adiktifnya).
Morfin segera dikonfersi menjadi obat heroin (diamorfin) melalui asetilasi
kedua gugus hidroksil dengan anhidrida asetat. Telah banyak publikasi tentang
sifat merusak heroin sebagai obat yang sering disalahgunakan,tetapi senyawa ini
sangat berguna dalam penanganan nyeri,terutama pada pasien kanker stadium
akhir.
Kodein adalah eter
metal fenolik morfin dan banyak digunakan sebagai analgesik bebas dan penekan
batuk. Obat ini diformulasi senyawa analgesic lain seperti aspirin. Baik morfin
maupun kodein adalah analgesic
terpenting
untuk pengobatan nyeri sedang hingga parah. Sejumlah morfinan semisintetis
diproduksi sebagai analgesic dan penekan batuk diantaranya folkodin dan
dihidrokodein. Morfin juga digunakan sebagai tempat untuk senyawa analgesik
seperti petidin yang merupakan salah satu opiate sintetis yang paling banyak
dipakai.
5. Alkaloid
Indol
Seperti
isokuinolin, alkaloid indol merupakan sumber senyawa bioaktif sangat penting.
Alkaloid Indol mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin
indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari
Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus
roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk
penyakit Leukimia dan Hodgkins.
Pule
pandak (Rauwolfia serpentine,Apocynaceae) adalah tanaman bersemak yang banyak
terdapat di subkontinen India yang digunakan sebagai obat pada system
pengobatan Ayurveda dan juga untuk gigitan ular dan gangguan jiwa. Reserpin,
komponen utama spesies
ini, dulu digunakan sebagai senyawa antihipertensi, tetapi dikarenakan efek
sampingnya (neurotoksisitas, sitotoksisitas, dan depresi) kini tidak lagi
menjadi obat pillihan.
6. Alkaloid
Imidazol
Berupa cincin karbon
mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili Rutaceae.
Contohnya; Jaborandi paragua yang hanya
bermanfaat untuk farmasetik yakni pohon yang umunya terdapat di Amerika
Selatan. Pilokarpin merupakan senyawa kolinergik dan digunakan untuk menstimulasi reseptor muskarimik pada
mata untuk pengobatann glaucoma. Pada mata, senyawa ini dan turunannya
(garam-garam seperti hidroklorida dan nitrat) menyebabkan konstriksi pupil
(miosis) dan meredakan tekanan mata dengan cara mempermudah drainase ocular
yang lebih baik. Kini adanya minat terhadap golongan alkaloid ini sebagai
agonis muskarinik untuk pengobtan penyakit Alzheimer.
7. Alkaloid
Lupinan
Mempunyai 2 cincin
karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (family
: Leguminocaea).
8. Alkaloid
Steroid
Mengandung 2 cincin karbon
dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin
karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.
9. Alkaloid
Amina
Golongan ini tidak
mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari
feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau
tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam
Gnetaceae)
10. Alkaloid
Xanthin
Alkaloid
xantin kemungkinan besar merupakan kelomppok alkaloid yang paling dikenal,
sebagai unsur pokok minuman harian yang populer, seperti teh (Camelia sinensis) dan kopi (Coffea arabica). Kopi mengandung
alkaloid xantin (atau purin), yakni kafein (1-2%) khususnya secangkir kopi
instan yang mengandung sekitar 50 mg kafein. Kandungan kafein terkonsentrasi
lebih tinggi hingga 300 mg kafein per cangkir kopi Tirki atau Arab. Kafein
merupakan stimulant SSP dan merupakan komponen Proplus, suatu produk yang
sangat populer diantara para pelajar untuk mengatasi keletihan dan kantuk.
Senyawa ini juga merupakan diuretik dan digunakan dalam kombinasi dengan
analgesik.
Bersama
dengan kafein, teofilin dan teobromin hanya terdapat sedikit dalam teh,
teobromin juga terdpaat dalam kokoa (Theobroma
cacao). Ketiga alkaloid tersebut memiliki perbedaan hanya pada nomor dan
posisi subtituen metil disekeliling
sistem cincin xantin. Teofilin merupakan diuretik dan turunannya (contohnya, aminofilin)
digunakan untuk merelaksasi otot polos bronkus untuk meredakan asma.
b. Alkaloid
tanpa atom nitrogen heterosiklik
1. Alkaloid
Efedrin
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang
merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan
dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada
tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae).
2. Alkaloid
Capsaicin
Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu
; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum
frutescens, Capsicum chinense.
Fungsi Alkaloid
Alkaloida telah dikenal
selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena pengaruh
fisiologisnya terhadap binatang menyusui
dan pemakaiannya
di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur.
Beberapa mendapat mengenai kemungkinan perannya ialah sebagai berikut :
1.
Salah satu pendapat yang
dikemukakan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi, ialah bahwa alkaloid
berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat hewan.
2.
Beberapa alkaloid mungkin
bertindak sebagai tendon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun
dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan
nitrogen.
3.
Pada beberapa kasus,
alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan
parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang
mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, ini barangkali merupakan konsep yang
direka-reka dan bersifat “manusia sentries”.
4.
Alkaloid dapat berlaku
sebagai pengatur tumbuh karena segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai
pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangsang perkecambahan yang terhambat tumbuhnya.
5.
Semula disarankan oleh
Liebig bahwa alkaloid sebagian
bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan
ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan saran ini, pengamatan menunjukkan bahwa
pelolohan nikotina ke dalam biakan akar tembakau meningkatkan ambilan nitrat.
Alkaloid dapat pula berfungsi dengan cara pertukaran dengan kation tanah.
Tatanama dan Sifat
Kimia Fisika
1. Tatanama
senyawa alkaloid
Begitu banyak tipe
alkaloid maka tidak mungkin diadakan penyatuan penamaan. Bahkan dalam satu
kelompok alkaloid, sering terjadi tidak adanya sistem penamaan dan penomeran
yang konsisten. Suatu contoh adalah alkaloid indol, dimana banyak terdapat
kerangka yang berbeda. Kebanyakan dalam bidang ini sistem penomeran yang
digunakan didasarkan pada biogenesis, namun Chemical
Abstract mempunyai sistem penomeran yang sangat membingungkan untuk setiap
kerangka individu.
Karakteristik yang
lazim penamaan alkaloid adalah bahwa nama berakhitan “in”. Disamping itu alkaloid
seperti bahan alam lain diberi nama yang dikenal “trivial” (yaitu
non-sistematik). Beberapa contoh sistem penamaan pada senyawa alkaloid:
Basa organik à
piridina
N.genus à
hidrastina, atropina
N. jenis à
kokaina, belladona
N.umum à
ergotamina
Aktivitas fisiologik à
emetina, morfina
Nama penemu à
pelletierina
2. Sifat
fisika senyawa alkaloid
Kebanyakan
alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal dengan titik lebur yang
tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk
amorf dan beberapa seperti morfin dan koniin berupa cairan. Kelarutan
alkaloida bebas hanya larut dalam pelarut organik, pseudo dan protoalkaloida
larut dalam air, betanina (merah) bentuk garamnya dan alkaloida kuaterner larut
dalam air. Alkaloida seringkali optik aktif dan biasanya hanya satu dari isomer
optik dijumpai di alam, beberapa terdapat dalam bentuk rasemat, kadang juga
satu tumbuhan mengandung satu isomer dan tumbuhan lain mengandung enantiomernya
Umumnya bersifat basa, sifat
ini tergantung pada adanya pasangan elektron dari nitrogen. Jika gugus
fungsional berdekatan nitrogen bersifat melepaskan elektron (misalnya gugus
alkil) maka kesediaan elektron nitrogen naik dan senyawa bersifat basa. Sebagai
contoh trietilamin lebih basa dari dietilamin dan dietilamin lebih basa dari
etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional berdekatan bersifat menarik
elektron (gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan
pengaruh ditimbulkan alkaloida dapat bersifat netral atau bahkan sedikit
bersifat asam. Misalnya senyawa yang mengandung amida.
Kebanyakan
alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, spesies aromatik berwarna
(contoh berberin berwarna kuning dan bertanin berwarna merah). Pada umumnya,
basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa
pseudoalkaloid dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid
quartener sangat larut dalam air.
3. Sifat
kimia senyawa alkaloid
Kebanyakan alkaloid
bersifat basa, sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada
nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat
melepaskan elektron, sebagai contoh: gugus alkil, maka ketersediaan elektron
pada nitrogen naik dan senyawa lebih
bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih
basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan
bersifat menarik elektron (contoh: gugus karbonil), maka ketersediaan pasanagn
elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral
atau bahkan sedikit asam. Contoh : senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid
menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh
panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa
N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan
berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan
garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau abnorganik (asam
hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam
peradangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
2.
JALUR
PEMBENTUKAN ALKALOID
Pada dasarnya metabolit
sekunder yang terdapat
pada bahan alam merupakan hasil dari
metabolit primer yang mengalami reaksi spesifik sehingga menghasilkan
senyawa-senyawa tersebut.
Biosintesis alkaloid
mula-mula didasarkan pada hasil analisa terhadap ciri struktur tertentu yang
sama-sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloid. Alkaloid aromatik mempunyai
satu unit struktur yaitu β-ariletilamina. Alkaloid-alkaloid tertentu dari jenis
1-benzilisokuinolin seperti laudonosin mengandung dua unit β-ariletilamina yang
saling berkondensasi. Kondensasi antara dua unit β-ariletilamina tidak lain
adalah reaksi kondensasi Mannich (reaksi
mannich). Menurut reaksi ini, suatu aldehid berkondensasi dengan suatu amina
menghasilkan suatu ikatan karbon-nitrogen dalam bentuk imina atau garam
iminium, dikuti oleh serangan suatu atom karbon nukleofilik ini dapat berupa
suatu enol atau fenol.
Dari percobaan
menunjukkan bahwa β-ariletilamina berasal dari asam-asam amino fenil alanin dan
tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi menghasilkan amina. Asam-asam amino
ini dapat menyingkirkan gugus-gugus amini (deaminasi oksidatif) diikuti oleh
dekarboksilasi menghasilkan aldehid. Kedua hasil transformasi ini yaitu amina
dan aldehid melakukan kondensasi Manich.
Di samping reaksi-reaksi
dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksi sekunder yang
menyebabkan terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu dari
reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada
posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme
radikal bebas. Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi nitrogen
menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman
struktur alkaloid disebabkan
oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevanolat,
fenilpropanoid dan poliasetat.
Dalam biosintesa
higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh reaksi
Mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi
esterifikasi menghasilkan hiosiamin.
3. SKREENING
ALKALOID
Skrining fitokimia merupakan analisis
kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari
bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam
aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan
pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari
metabolit sekunder (Harborne, 1987).
Uji alkaloid dilakukan menurut
Douglas et al. (Sangi et al., 2008) Sampel sebanyak 4 g
ditambahkan kloroform secukupnya, selanjutnya ditambahkan 10 mL amoniak dan 10
mL kloroform. Kemudian larutan disaring ke dalam tabung reaksi dan filtrat
ditambahkan 10 tetes H2SO4 2N. Campuran dikocok dengan
teratur, dibiarkan beberapa menit sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas
dipindahkan ke dalam tiga tabung reaksi masing-masing sebanyak 1 mL. Kemudian
masing-masing tabung tersebut ditambahkan beberapa tetes pereaksi Mayer, Wagner
dan Dragendorff. Apabila terbentuk endapan menunjukan bahwa sampel tersebut
mengandung alkaloid, dengan pereaksi Mayer memberikan endapan putih, dengan
pereaksi Wagner memberikan endapan berwarna coklat dan pereaksi Dragendorff
memberikan endapan berwarna jingga.
4. EKSTRAKSI
ALKALOID
Alkaloid
merupakan senyawa metabolit sekunder yang bersifat basa dan dapat diperoleh
dari ekstraksi kulit kayu, akar, daun,batang dan buah-buahan pada tumbuhan,
Sumber alkaloid tidak hanya terdapat dalam tumbuhan, namun sering dapat dijumpai
pada mikroorganisme, hewan dan sebagainya. Alkaloid merupakan senyawa yang
paling banyak ditemui dalam tumbuhan setelah flavonoid, karena keberadaannya
yang melimpah inilah yang menjadikan banyak peneliti menggunakannya sebagai
obat dalam dunia medis. Alkaloid memiliki beberapa khasiat antara lain antipiretik,
insektisida, antiradang, stimulansia, diuretikum dan sebagainya. Ada beberapa
metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstraksi senyawa ini dari tumbuhan, namun
banyak peneliti lebih memilih mengekstraksi senyawa alkaloid dengan menggunakan
ekstraksi panas yaitu sokletasi dan
refluks.
Ekstraksi sokletasi ini digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dari
bahan padat dan senyawa tersebut tidak bersifat volatil terhadap prosesnya yang
berulang-ulang. Pada proses isolasi senyawa alkaloid dari bahan tanaman terutama
seperti pada bagian biji dan daun sering sekali mengandung banyak lemak, lilin
yang sangat non polar. Oleh karena itu untuk memisahkan zat-zat ini terlebih
dahulu ditambahkan pelarut petroleum eter untuk memisahkannya.
Kebanyakan alkaloid tidak larut dalam petroleum eter,
namun ekstrak harus sesekali dicek untuk mengetahui adanya alkaloid dengan
menggunakan salah satu pereaksi pengendap alkaloid. Bila diketahui sejumlah
alkaloid larut dalam pelarut petroleum eter, maka bahan tanaman pada awal
ditambah dengan asam berair untuk mengikat alkaloid sebagai garamnya.
Setelah lemak dipisahkan bahan tanaman dapat diekstrak
dengan air, dengan etanol atau methanol, alkohol berair atau dengan larutan alkohol berair yang telah diasamkan. Larutan alkohol diuapkan hingga diperoleh sirup kental dan residu yang dihasilkan
kemudian dipartisi antara larutan asam berair dan pelarut organik.
Pada keadaan ini sering terjadi pengendapan. Larutan
basa berair diekstrak dengan pelarut organik yang cocok biasanya kloroform atau etil asetat.
Larutan yang mengandung alkaloid dikeringkan dengan Na2CO3
disaring dan diuapkan dalam rotari vakum untuk mendapatkan sisa alkaloid kotor.
Dari
serangkaian proses ekstraksi
tersebut dapat dihasilkan senyawa alkaloid, namun terkadang masih ada proses
lanjautan yaitu proses pemurnian agar didapatkan alkaloid murni.
5. PEMURNIAN
ALKALOID
Pemurnian
alkaloid dengan cara rekristalisasi ekstrak dari hasil ekstraksi. Cara lain
dalam pemurnian alkaloid juga dapat dilakukan dengan cara pemurnian senyawa
alkaloid dalam ekstrak kloroform dengan metode KLT
pada plat silika gel GF254
dengan fasa gerak kloroform:aseton (5:1)
6. IDENTIFIKASI
ALKALOID
1.
Reaksi
Gugus Fungsi
a. Gugus Amin Sekunder
Reaksi
Simon: larutan alkaloid + 1% asetaldehid
+ larutan natrium
nitroprussida hasil positif menujukkan warna biru-ungu.
Hasil cepat ditunjukkan
oleh Conilin, Pelletierin dan Cystisin. Hasil
lambat ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain, Emetin, Colchisin dan
Physostigmin.
b.
Gugus
Metoksi
Larutan
dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi formaldehid, dinyatakan dengan
reaksi SCHIFF. Kelebihan Kalium Permanganat dihilangkan
dengan Asam Oksalat. Hasil positif untuk
Brucin, Narkotin, Koden,
Chiksin, Kotarnin, Papaverin, Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lain.
c.
Gugus
Alkohol Sekunder
Reaksi
Sanches: Larutan alkaloid + Larutan 0,3%
Vanilin dalam HCl pekat, dipanaskan di atas
tangas air menghasilkan reaksi positif
berwarna merah-ungu. Hasil positif untuk Morfin,
Heroin, Veratrin, Kodein, Pronin, Dionin, dan Parakonidin.
d. Gugus Formilen
-
Reaksi Weber & Tollens: Larutan alkaloid + larutan
Floroglusin 1% dalam Asam Sulfat (1:1), panaskan menghasilkan
reaksi positif berwarna merah.
-
Reaksi Labat: Larutan alkaloid + Asam Gallat +
asam Sulfat pekat, dipanaskan diatas tangas air menghasilkan
reaksi positif berwarna hijau-biru. Hasil positif untuk Berberin,
Hidrastin, Kotarnin, Narsein, Hidrastinin, narkotin, dan Piperin.
e.
Gugus
Benzoil
Reaksi
bau: Esterifikasi dengan alkohol
+ Asam Sulfat pekat = bau ester. Hasil positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin,
Stivakain, Beta eukain, dan lain-lain.
f.
Reaksi
Guerrt
Larutan alkaloid didiazotasikan lalu
+ Beta Naftol menghasilkan reaksi positif
berwarna merah-ungu. Hasil positif untuk Kokain, Atropin, Alipin,
Efedrin, Tropakain,
Stovakain, Betaeukain, dan lain-lain.
g.
Reduksi
Semu
Larutan alkaloid + asam klorida + kalomel +
sedikit air menghasilkan reaksi positif
berwarna hitam tereduksi
menjadi logam raksa. Raksa (II) klorida yang terbentuk terikat dengan alkaloid
sebagai kompleks. Hasil positif untuk kokain, Tropakain, Pilokarpin, Novokain,
Pantokain, alipin, dan lain-lain.
h.
Gugus
Kromofor
-
Reaksi
King: Larutan alkaloid
+ 4 volume Diazo A + 1 volume Diazo B + natrium Hidroksida menghasilkan reaksi positif berwarna
merah intensif. Hasil positif untuk Morfin, Kodein, Tebain dan lain-lain.
-
Reaksi
Sanchez: Larutan Alkaloid +
p-nitrodiazobenzol (p-nitroanilin + Natrium Nitrit + Natrium Hidrolsida) menghasilkan reaksi positif berwarna
ungu kemudian jingga. Hasil positif untuk alkaloid opium kecuali Tebain,
Emetin, Kinin, kinidin setelah dimasak dengan Asam Sulfat 75%.
2. Reaksi pengendapan
a. Reaksi
Mayer: (HgCl2 1 bagian + KI 4 bagian) menghasilkan reaksi positif timbul
endapan kuning atau larutan kuning bening
b. Reaksi
Bouchardat (I2 2 bagian + KI 4 bagian) menghasilkan reaksi positif coklat
merah.
3. Reaksi warna
a. Dengan
asam kuat: H2SO4 pekat dan
HNO3 pekat umumnya menghasilkan warna kuning atau
merah
b. Pereaksi
Marquis (4 tetes formalin + 1 ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung,
pelan-pelan) menghasilkan reaksi
positif berwarna pink
c. Pereaksi
Forhde (larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat) menghasilkan reaksi positif berwarna
kuning kecoklatan
d. Reaksi
Nelzer Larutan zat dalam alkohol absolut + 1 tetes CuSO4 ber warna coklat seperti minyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar