Makalah Terpenoid
Oleh :
1. Aghfariza Indriani 12.002
2. Aslam Al Basri 12.005
3. Faiqotul Himmah 12.009
4. Jinggo Adedahani 12.018
5. Patrisius Eston Ndoa 12.030
6. Pungkas Nur Halima 12.035
7. Tri Siwi Larasati 12.042
8. Winda Dwi Kurnia 12.047
9.Calvin Wijaja 11.048
AKADEMI ANALIS
FARMASI dan MAKANAN
PUTRA INDONESIA
MALANG
Oktober 2013
1.1 Pengertian
Dalam
tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon teroksigenasi
yang merupakan senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlah besar
senyawa tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara
biosintesis semua senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi,
semua terpenoid berasal dari molekul isoprene CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka
karbonnya dibangun oleh penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian
senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan
yang terdapat dalam senyawa tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8
(C40).
Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan
oksigenasi dari senyawa terpen. Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon
yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul
terpen adalah (C5H8)n. Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan
karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia
terenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai terbuka
atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau
gugus fungsi lainnya.
Terpenoid merupakan komponen
penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri berasal dari tumbuhan yang pada awalnya
dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan
atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan
dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa teresbut adalah
golongan terpenoid. Minyak atsiri
bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organic yang
kadangkala terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan.
Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung
karbon dan hydrogen atau karbon, hydrogen dan oksigen. Minyak atsiri adalah
bahan yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahan-bahan lain yang
terdapat dalam tumbuhan. Salah satu cara yang paling banyak digunakan adalah
memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuhan adalah destilasi. Dimana, uap
air dialirkan kedalam tumpukan jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri
tersuling bersama-sama dengan uap air. Setelah pengembunan, minyak atsiri akan
membentuk lapisan yang terpisah dari air yang selanjutnya dapat dikumpulkan.
Minyak atsiri terdiri dari golongan terpenoid berupa monoterpenoid (atom C 10)
dan seskuiterpenoid (atom C 15).
Triterpenoid adalah senyawa yang
kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis
diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena. Triterpenoid dapat
digolongkan menjadi triterpena sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida
jantung (Harborne, 1996).
1.2 Sifat
umum Terpenoid
• Sifat fisika dari terpenoid adalah :
1) Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak
berwarna, tetapi jika teroksidasi warna akan berubah menjadi gelap
2) Mempunyai bau yang khas
3) Indeks bias tinggi
4) Kebanyakan optik aktif
5) Kerapatan lebih kecil dari air
6) Larut dalam pelarut organik: eter dan alcohol
• Sifat Kimia
1) Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)
2) Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi
dalam dua bentuk enantiomer.
Terpenoid
terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu
monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena
menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40).
Masing-masing golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan
metabolisme maupun pada ekologi tumbuha. Terpenoid merupakan unit isoprena
(C5H8). Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik
yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan
berupa alcohol, aldehid atau atom karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna,
berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optic yang
umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya.
1.3 Sintesa Terpenoid
Asam
mevalonat, senyawa enam-atom karbon yang diturunkan dari kondensasi tiga
molekul asam asetat merupakan progenitor pokok dan universal dari senyawa
terpenoid yang membentuk “satuan isopren”
dengan cara melepaskan air dan karbon dioksida secara bersamaan.
Kondensasi
dua molekul asetil koenzim A yang menghasilkan asetoasetil, koenzim A merupakan
langkah yang muncul identik dengan langkah pertama dalam pembentukan senyawa
poli-β-keto-asetat dan untuk menghasilkan siklisasi rantai poliketida atau
dengan langkah intermediet reduksi-dehidrasi-reduksi menjadi asam lemak. Namun,
mikroorganisme terpenoid yang berawal dari langkah pertama dan dengan
kondensasi serupa aldol asetil Co A dengan turunan asam asetoasetat membentuk
β-hidroksi-β-metilglutanil Co A. Reduksi senyawa tersebut menghasilkan asam
mevalonat
Fosforilasi
asam mevalonat (dengan ATP) menghasilkan asam mevalonat-5-pirofosfat. Ini
merupakan senyawa induk intermediet satuan lima karbon (isopren).
Isopentil
pirofosfat merupakan satuan isopren biogenetik. Keterlibatannya dalam
biosintesis isoprenoid (dan konversinya menjadi zat prenilasi aktif) adalah
bergantung pada prototropi yang dikatalis oleh enzim, dengan senyawa tersebut
ia diubah menjadi campuran seimbang isopentil ester dan bimetilalil ester.
Prototropi
adalah stereo spesifik dari gugus metil yang diturunkan dari gugus =CH2
isopentil ester timbul trans terhadap
gugus –CH2CH2 OPP. Stereospesifiksitas memungkinkan untuk
membedakan antara gugus-gugus-metil dari dimetilalil pirofosfat bila gugus
tersebut diturunkan dari induk spesifik yang berlabel. Misal, jika 2 – 14C
– asam mevalonat (C – 2 bertanda dalam persamaan 2) digunakan dalam percobaan =
CH2, maka salah satu gugus –CH3 dari alil pirofosfat akan
berlabel. Akibatnya, jika hasil akhir metabolisme tanaman mengandung gugus gem – dimetil, maka hanya satu gugus
metil yang akan mengandung label isotop. (persamaan 4)
Dimetilalil pirofosfat berkelakuan
sebagai zat elektrofilik yang memindahkan satuan satuan dimetilalil ke pusat
nukleofil. Dimetilalil pirofosfat tidak hanya memiliki sistem alil yang sangat
tinggi reaktivitasnya, tetapi gugus pirofosfat juga merupakan gugus pergi bagus
sekali dalam penggantian nukleofil.
Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi
dasar, yaitu:
a.
Pembentukan
isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
b.
Penggabungan
kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-, dan
poli-terpenoid.
c.
Penggabungan
ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
Asam
asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen
menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil
koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang
sebagaimana ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah
fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang
selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit
isopren aktif bergabung secara kepada ke-ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini
merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan
terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan
rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti
oleh penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat
(GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.
Penggabungan
selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yang sama seperti
antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan
senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawa-senyawa diterpen
diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi
antara atau satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama pula.
Bila
reaksi organik sebagaimana tercantum dalam Gambar 2 ditelaah lebih mendalam,
ternyata bahwa sintesa terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhan a sifatnya.
Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa
jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan
GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan
beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah
hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat
berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti
isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya.
Dari
persamaan reaksi di atas terlihat bahwa pembentukan senyawa-senyawa monoterpen
dan senyawa terpenoida berasal dari penggabungan 3,3 dimetil allil pirofosfat
dengan isopentenil pirofosfat.
Secara
umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul umum (C5H8)n.
Klasifikasi biasanya
tergantung pada nilai n.
Nama
|
Rumus
|
Sumber
|
Monoterpen
|
C10H16
|
Minyak Atsiri
|
Seskuiterpen
|
C15H24
|
Minyak Atsiri
|
Diterpen
|
C20H32
|
Resin Pinus
|
Triterpen
|
C30H48
|
Saponin, Damar
|
Tetraterpen
|
C40H64
|
Pigmen, Karoten
|
Politerpen
|
(C5H8)n
n 8
|
Karet Alam
|
Dari
rumus di atas sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya
merupakan kelipatan lima. Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula bahwa
sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau
lebih unit C5 yang disebut unit isopren. Unit C5
ini dinamakan demikian karena kerangka karbonnya seperti senyawa isopren.
Wallach (1887) mengatakan bahwa struktur rangka terpenoid dibangun oleh
dua atau lebih molekul isopren. Pendapat ini dikenal dengan “hukum isopren”.
1.Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat
melalui asam mevalonat.
2.Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan
membentuk mono-,seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid.
3.Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20
menghasilkan triterpenoid dan steroid.
1.4 Isolasi
Dan Identifikasi Terpenoid
Cara ekstraksi dapat dilakukan
dengan metode maserasi, sokletasi dan destilasi uap. Dengan metode perkolasi
tidak memungkinkan karena sifat terpenoid yang mudah menguap akan menyebabkan
kehilangan zat. Dengan metode refluks juga tidak memungkinkan karena pemanasan
langsung dapat menyebabkan putusnya ikatan rangkap dan perubahan struktur kimia
terpenoid. Metode infundasi kurang optimal karena pelarut air kurang dapat
menarik terpenoid.
Pelarut yang digunakan untuk proses
ekstraksi adalah pelarut organik yang cenderung bersifat non-polar seperti eter
karena terpenoid merupakan rantai hidrokarbon yang panjang sehingga bersifat
hidrofob.
Identifikasi senyawa terpenoid
dengan skrining fitokimia adalah dengan mereaksikan terpenoid dengan reagen
Liebermann-Burchard (asam asetat anh dan asam sulfat P) yang positif
menghasilkan warna merah.
Ekstraksi senyawa terpenoid
dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan maserasi.
1. Sekletasi
1. Sekletasi
Dilakukan dengan melakukan
disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak
n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana
dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri.
2. Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol.
Ekstrak methanol dipekatkan lalu
lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl4M.hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x
50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH
10%. Ekstrak n-heksanadikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas
bakteri.
Uji aktivitas bakteri dilakukan
dengan pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose yang dilakukan secara
aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Muller-Hinton broth
kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35°C. suspensi
baketri homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media
Muller-Hinton agar secara merata dengan menggunakan lidikapas yang steril.
Kemudian tempelkan disk yang berisi sampel, standartetrasiklin serta pelarutnya
yang digunakan sebagai kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C.
dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap baketri.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan
menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan
campuran antara asam setatanhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya
asam asetat anhidrat adalahuntuk membentuk turunan asetil dari steroid yang
akan membentuk turunan asetildidalam kloroform setelah. Alasan penggunaan
kloroform adalah karena golongansenyawa ini paling larut baik didalam pelarut
ini dan yang paling prinsipil adalahtidak mengandung molekul air. Jika dalam
larutan uji terdapat molekul air makaasam asetat anhidrat akan berubah menjadi
asam asetat sebelum reaksi berjalandan turunan asetil tidak akan terbentuk.
1.4.1
Skrinning fitokimia
Identifikasi
Terpenoid
1. Menghaluskan 1 gram sampel.
2. Menambahkan 2 ml kloroform, kocok dan saring filtratnya.
3. Menambahkan 2 tetes asetat anhidrat pada filtrat.
4. Kemudian menambahkan 2 tetes asam sulfat pekat.
5. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
1. Menghaluskan 1 gram sampel.
2. Menambahkan 2 ml kloroform, kocok dan saring filtratnya.
3. Menambahkan 2 tetes asetat anhidrat pada filtrat.
4. Kemudian menambahkan 2 tetes asam sulfat pekat.
5. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
(metode lieberman-burchard, jika positif
menghasilkan merah jingga/ungu)
Kloroform digunakan untuk
mengekstraksi terpenoid dalam sampel dan memisahkannya dari pengotor. Asam
asetat anhidrat digunakan untuk
1.5 Kegunaan Terpenoid
Kegunaan terpenoid bagi
tumbuhan antara lain :
a.
Fitoaleksin
Fitoaleksin adalah suatu senyawa
anti-mikrobial
yang dibiosintesis (dibuat) dan diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme
patogen atau terpapar
senyawa kimia tertentu dan radiasi dengan sinar UV.
b.
Insect antifectan, repellant
c. Pertahanan tubuh dari
herbifora
d. Feromon Hormon tumbuhan.
Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya
pikat seks pada hewan jantan maupun betina].
Selain kegunaan
diatas juga mempunyai manfaat sebagai berikut:
1) sebagai pengatur pertumbuhan
(seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberellin)
2) sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum (monoterpenoid)
3) sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria (triterpenoid).
4) sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen (diterpenoid)
5) Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis (seskuiterpenoid)
6) penghasil karet (politerpenoid)
7) Karotenoid memberikan sumbangan terhadap warna tumbuhan dan juga diketahui sebagai pigmen dalam fotosintesis
8) Monoterpen dan seskuiterpen juga memberikan bau tertentu pada tumbuhan
9) Terpenoid memegang peranan dalam interaksi tumbuhan dan hewan, misalnya sebagai alat komunikasi dan pertahanan pada serangga.
10) Beberapa terpenoid tertentu yang tidak menguap juga diduga berperan sebagai hormon seks pada fungus.
2) sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum (monoterpenoid)
3) sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria (triterpenoid).
4) sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen (diterpenoid)
5) Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis (seskuiterpenoid)
6) penghasil karet (politerpenoid)
7) Karotenoid memberikan sumbangan terhadap warna tumbuhan dan juga diketahui sebagai pigmen dalam fotosintesis
8) Monoterpen dan seskuiterpen juga memberikan bau tertentu pada tumbuhan
9) Terpenoid memegang peranan dalam interaksi tumbuhan dan hewan, misalnya sebagai alat komunikasi dan pertahanan pada serangga.
10) Beberapa terpenoid tertentu yang tidak menguap juga diduga berperan sebagai hormon seks pada fungus.
Bioaktivitas
terpenoid pada akar dan daun Jatropha gaumeri (jarak). Karena pada
tanaman ini terkandung golongan senyawa terpenoid dan juga pada ekstrak daun
ini memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan. Aktivitas tersebut
dihasilkan dengan isolasi dan identifikasi pada akar yang menghasilkan
2-epi-jatrogossidin (1). Salah satunya suatu rhamnofolane diterpene dengan
aktifitas antimicrobial, dan kedua 15-epi-4E jatrogrossidentadione (2), suatu
lathyrane diterpene tanpa aktivitas biologi. Dengan cara yang sama, pemurnian
dengan penelitian yang telah diuji dari ekstrak daun dapat mengdentifikasi
sitosterol dan triterpen amaryn, traraxasterol. Metabolit ini ternyata bisa
digunakan sebagai aktifitas antioxidant.
1.6 Struktur
kimia
Terpenoid terdiri dari
banyak isopren yang bersusun dari kepala ke ekor.
Isopren
(C5):
Monoterpenoid
(C10) :
Seskuiterpen
(C15) :
Diterpen
(C20):
Triterpenoid
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar